Jam pelajaran pertama di kelasnya Reza dan Laura itu mata pelajaran Fisika, terlihat jelas kalau gurunya itu killer tapi itu nggak masalah bagi Laura yang mulai kantuk karena semalam begadang. Reza melihat kearah Laura yang makin mengantuk, dia tersenyum dan tiba-tiba Dika nyerobot bicara.
“Ya gitulah Laura, cantik tapi gitu. Oh ya, bentar lagi pasti dia minta keluar kelas tuh. Kalau nggak ke UKS ya ke kantin, atau apalah terserah dia.”
Reza terlihat bingung dengan apa yang Dika katakan, disisi lain Laura sudah tertidur dengan nyenyak. Dika menggunakan bahasa tubuh untuk mengarahkan Reza melihat ke papan tulis. Di depan pak guru baru saja selesai menuliskan soal dan menyuruh semuanya mengerjakan, Reza langsung saja mengerjakan karena dia itu merasa bisa, tidak dengan Dika yang bingung gimana cara mengerjakannya.
Dika melihat Reza yang mulai mengerjakan, “Weitzzz, bisa kamu ngerjain itu?”. Tanya Dika nggak percaya.
Reza hanya tersenyum lalu melirik ke arah Laura yang masih tertidur, dan diapun mengerjakan soal itu kembali. Terdengar langkah kaki berjalan disamping Reza, dan itu ternyata langkah pak guru yang berjalan ke tempat duduk Laura. Tiba-tiba pak guru memukul meja Laura dan membuat Laura melonjak karena kaget.
Dengan ringan sambil membuka matanya dia berkata, “Ada apa sih pak?”.
Pak guru memberikan board marker pada Laura, “Kerjakan soal yang didepan”.
Laura mengalihkan pandangannya ke papan tulisan sejenak dan kelmbali lagi memandang gurunya, mata Laura seolah-olah berkata sesuatu kalimat yang membuat pak guru paham apa yang Laura kamsud.
“Maksudnya apaan tuh Dik?”, tanya Reza yang masih belum tahu semuanya.
“Lihat aja!”, jawab Dika singkat.
Pak guru meletakkan board markernya diatas meja Laura, “Lakukan apa yang kamu mau lakukan!”.
Reza makin bingung dengan perkataan pak guru tadi. Mendengar perkataan pak guru, Laura meraih board marker yang ada di mejanya dan bangkit berjalan menuju papan tulis.
Sejenak dia membaca soal dengan seksama dan sedetik kemudian dia mulai menggoreskan board markernya di papan tulis. Dengan wajah yang terlihat lusuh karena habis tidur, Laura terus menyelesaikan soal yang pak guru buat.
Dika mulai membandingkan jawaban Reza dengan yang Laura tulis didepan, dan ternyata hasilnya sama, tapi Laura lebih meringkas jawabannya agar dapat dimengerti semuanya. Laura menutup board markernya dan berjalan ke arah pak guru, dia menyerahkan board marker pada pak guru lalu dia berjalan menuju tempat duduknya dan mengambil tasnya.
Laura berjalan kearah pak guru yang sedang mengoreksi jawaban Laura. “Boleh saya keluar?”, tanya Laura singkat.
Pak guru nggak bicara apa-apa, dia mempersilakan Laura keluar dengan menganggukan kepalanya.
“Itu tandanya kalau jawabannya itu benar!”, terang Dika pada Reza yang terlihat terkejut melihat Laura seperti itu.
Laura keluar dari kelas dan berjalan menuju kantin sendirian, ada Arya dan teman-temannya di kantin yang sedang istirahat sehabis olah raga, Laura memilih duduk sendiri tapi Arya melihatnya dan berjalan menuju tempat duduk Laura.
Arya membawa sebotol minuman dan memberikannya pada Laura, “Mau sarapan ya? Ini minumannya.”
Laura tersenyum, “Makasih, tapi aku lagi pengen duduk sendiri nih!”.
Ok! Arya mengerti, dia memang sabar orangnya kalau sedang menghadapi Laura yang memang keras kepala. Arya pergi menjauh dari Laura dengan senyuman yang tak hentinya. Arya termasuk idola di sekolahan, banyak cewek-cewek yang mengejar-ngejarnya apalagi dia itu seorang kapten tim basket sekolahan itu, tapi hati Arya tetap tertuju untuk Laura entah karena apa tapi Arya begitu sayang dan suka sama Laura.
Laura mulai menyantap bekal dari Bundanya, dari jauh Arya curi-curi pandang memperhatikannya. Laura asyik dengan apa yang dia lakukan saat itu, makan sambil menggambar sketsa rancangan baju buatannya sendiri. Dia memang sangat mencintai fashion, dan sangat berbakat dalam hal rancang baju tanpa diketahui orang tuanya. Karena kedua orang tua Laura nggak mau Laura jadi fashion designer, orang tuanya mau Laura mengikuti jejak mereka menjadi seorang dokter yang handal.
Kembali lagi ke Laura yang ternyata sudah selesai sarapan dan kembali melanjutkan menyelesaikan gambarnya.
Bel istirahat berbunyi nyaring, Laura memasukkan buku gambarnya ke dalam tas juga kotak makannya. Arya kembali lagi mendekati Laura, kali ini Laura agak dingin dan membiarkan Arya duduk bersamanya. Tiba-tiba Citra dan Sherly datang mengagetkan keduanya, disusul Reza dan Dika yang kemudian duduk bersama Laura, Arya, Citra, dan Sherly.
“Waw! Nggak nyangka ternyata kamu kayak gini. Keren!”, Reza memuji Laura.
Tapi Laura malah menatap tajam Reza, “Jangan ceritain apapun yang terjadi di sekolahan, sama Ayah dan Bunda! Kalau kamu cerita, aku jamin kamu nggak akan betah dirumah!”, ancam Laura.
Reza mengiyakan dan berjanji nggak akan cerita apapun sama kedua orang tua Laura. Disisi lain Arya bingung kenapa Laura membahas-bahas tentang rumah dan orang tuanya, apa mereka berdua tinggal serumah? Itu yang langsung Arya tanyakan, dan Laura nggak menjawab apa-apa malah melanjutkan meminum minuman yang Arya berikan tadi. Melihat Arya penasaran, Reza menjawab pertanyaan Arya dengan lengkap dan jelas.
Kemudian mereka ngobrol dengan akrab sambil menikmati makanan yang mereka pesan. Tiba-tiba Lura pergi meninggalkan semua, dia berjalan membawa tasnya menuju kelas kembali dibelakangnya ada Arya yang mengikuti dia diam-diam. Sampai dikelas dia langsung duduk di tempat duduknya dan mulai merebahkan tubuhnya dimeja dan mulai menutup matanya.
Arya tersenyum melihat Laura yang ternyata mau tidur itu, waktu dia berbalik akan pergi ada Reza yang membuatnya kaget, tapi Arya langsung berlalu dan membiarkan Reza ada disana.
Bel pulang sekolah berdering nyaring hingga memekakan telinga, Laura, Citra, dan Sherly bergegas keluar dari kelas. Dibelakang mereka ada Reza yang membuntuti, Laura mengetahui hal itu lalu menghentikan langkahnya dan berjalan menuju Reza, Laura menyuruh Reza untuk pulang sendiri, tapi Reza memaksa untuk ikut mereka bertiga seperti halnya hari-hari kemarin.
Dan hari ini Reza ikut mereka bertiga lagi. Reza bersama Laura menaiki mobil Reza, Citra dan Sherly menaiki mobil Citra, mereka berempat bergegas menuju basecamp mereka yaitu di rumah Sari. Sari merupakan anak dari Mbok Ijah yang kerja jadi tukang masak di rumah Laura, Sari sekolah di SMK jurusan Tata Busana dan karena itu Sari dan Laura membuka sebuah online shop baju-baju cewek yang modis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar