“Maaf!”. Ucap Laura pada Arya.
Sambil mengaduk-aduk bubur untuk Laura, “Untuk?”
“Semuanya.”
Arya tersenyum dan kembali menyuapi Laura dengan penuh kasih sayang.
“Makasih!”. Ucap Laura singkat pada Arya.
“Untuk?”.
Laura mengarahkan pandangannya ke Arya, “Untuk semuanya, termasuk...”, Laura menunjuk ke arah kantong darah yang Arya donorkan untuk Laura.
Arya tersenyum gembira sambil mengelus-elus rambut Laura yang hitam dan panjang itu.
Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh kedatangan Reza, Sari, Citra, Sherly, dan Dika. Setelah selesai sekolah mereka langsung pergi ke rumah sakit.
Mereka bercanda bersama, tertawa, untuk mencairkan suasana, mereka tidak mengingat-ngingat lagi peristiwa-peristiwa buruk yang terjadi sebelum ini. Arya masih terus menyuapi Laura walau dari tadi Laura sudah minta berhenti karena kenyang. Siang itu menjadi siang yang indah di tengah kondisi Laura yang mulai pulih.
Malemnya Arya masih ada disitu. Dia setia menjaga Laura.
“Pulang sana! Bosen lihat kamu melulu!”, keluh Laura secara terang-terangan.
Arya diam tanpa ekspresi.
“Udah sana pulang, besokkan kamu harus ke sekolah! Masa ikut-ikutan bolos kayak aku?!”, lanjut Laura.
Arya masih diam, sekarang dia berjalan menuju tempat duduk yang ada disamping ranjang Laura. Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Reza datang. Untuk malam ini Reza disuruh Bunda untuk menemani Laura di rumah sakit.
“Tuh, Reza sudah dateng! Kamu pulang sana!”, usir Laura.
Dengan berat hati Arya pergi dengan raut muka yang sedikit geram sampai-sampai ia tak menyapa Reza terlebih dulu. Arya langsung pulang karena memang hari sudah cukup malam, dan Reza akan menemani Laura malam ini.
Pagi-pagi banget Reza sudah bangun dan bersiap-siap untuk pulang karena hari ini dia harus tetap berangkat ke sekolah, dia lalu pamit sama Laura dan bergegas untuk pulang. Nggak lama setelah itu tiba-tiba ada yang membuka pintu kamar Laura lagi.
“Haduuuh, kok kamu lagi?”, ucap Laura setelah menyadari kalau yang dateng itu Arya.
Dia sudah rapi memakai seragam sekolahnya tanpa membawa tas, mungkin tasnya di simpan di mobil. Arya menenteng sebuah tempat makan, entah isinya apa, dengan percaya dirinya dia langsung duduk disamping Laura yang sedang melanjutkan sketsanya.
“Sarapan dulu ya, ini bubur ayam buatan Mamahku spesial dibuatin untuk kamu.”
Laura melongo bingung, segitu perhatiannya Arya sama dia, “Halaaah, palingan bubur ayam beli depan rumah sakit!”, celetuk Laura.
“Rasain dulu!”, Arya mulai menyuapi Laura.
Ternyata rasanya enak diatas standar, dan Laura yakin ini benar-benar bubur ayam buatan dari Mamahnya Arya. Arya terus menyuapi Laura dengan penuh perhatian, dari luar pintu ternyata Ayah dan Bunda Laura memperhatikan keduanya lewat sela-sela pintu yang sedikit terbuka. Ayah dan Bunda terlihat tersenyum bahagia melihat anaknya sudah kembali pulih.
“Kamu sudah sarapan?”, tanya Laura pada Arya.
Arya menggelengkan kepalanya, Laura meletakkan pensilnya dan mengambil bubur untuk disuapkan pada Arya, tadinya Arya menolak tapi karena Laura pintar memaksa akhirnya Laura berhasil juga menyuapi Arya.
“Nanti ada acara?”.
Arya menyuapi Laura lagi, “Emm, ada. Nanti sore mau latihan basket sama anak-anak.”
Laura menghela nafas, “Huft.”
“Emangnya kenapa?”, tanya Arya.
Laura mengambil pensilnya lagi dan meneruskan gambarnya, “Tadinya sih kalau kamu nggak ada acara, aku mau minta tolong nanti sore anterin aku pulang. Aku nggak betah lama-lama disini!”
Arya terkejut mendengar jawaban dari Laura tersebut, dengan cepat dia menyanggupinya, “Tapi aku bisa ijin latihan kok.”
Laura memandang Arya lalu tersenyum, Arya mengelus-elus lembut rambut Laura.
Waktunya untuk Arya pergi kesekolah, Laura nggak mau kalau Arya sampai terlambat gara-gara dirinya. Setelah selesai menyuapi Laura, Arya bergegas keluar dari kamar dan berangkat kesekolah yang nggak terlalu jauh dari rumah sakit.
Tepat jam tiga sore Laura sudah siap dengan tasnya, dia tinggal menunggu Arya datang menjemputnya dan mengantar dia pulang kerumah. Dan nggak perlu lama menunggu, Arya datang dengan mendorong kursi roda untuk membawa Laura nanti, tapi sayang Laura menolaknya karena dia yakin sudah kuat untuk berjalan sampai lobby rumah sakit.
“Atau aku gendong aja ya?”, Arya yang baik.
Laura menggelengkan kepalanya, “Kayak anak kecil aja!”.
Arya mengambil tas Laura dan membawanya sambil menggandeng tangan Laura yang dingin, mereka berdua menyusuri lorong demi lorong yang ada dirumah sakit itu dan sampailah mereka didepan rumah sakit yang ternyata mobil Arya parkir nggak jauh dari situ.
Keduanya langsung pulang karena memang Arya khawatir dengan kondisi Laura, takutnya kondisi Laura drop lagi.
Sampai dirumah Laura yang terlihat sepi, bahkan Mbok Ijah yang biasanya membukakan pintu sekarang tidak terlihat sosoknya. Dengan masih dipapah oleh Arya, Laura berjalan menuju kamarnya yang ada di lantai dua rumahnya. Kamarnya tak ada perubahan sama sekali dan Laura terlihat sedikit kecewa.
Dia membuka lemarinya dan mencari-cari sesuatu dan ternyata benda yang dia cari itu tidak ada ditempatnya, dia makin sedih. Mungkin semua yang berhubungan dengan hobinya itu sudah dimusnahkan oleh kedua orang tuanya.
“Katanya pengen pulang, setelah nyampe rumah kok malah manyun?”, ejek Arya.
Laura hanya menghela nafasnya panjang.
Arya sedikit tersenyum dan senyumannya itu sedikit aneh karena bisa terlihat bukan senyuman biasa, sepertinya ada makna yang khusus dari senyuman ini.
“Oh ya, hampir aja lupa! Ada kejutan buat kamu, tutup matanya dulu ya.”
Laura bangkit dari duduknya dan berjalan sesuai arahan Arya, “Mau kemana sih?”.
“Ikut aja!”.
Arya membawa Laura ke arah balkon yang ada di kamar Laura, lalu Arya membuka tutup mata Laura, “Taaraaaaa....”
Dari atas balkon, Laura melihat kebawah ada Ayah dan Bundanya, ada juga pembantu-pembantunya, nggak ketinggalan Reza, Sari, Citra, Sherly, dan Dika. Mereka semua ada dibawah membentangkan sebuah spanduk yang bertuliskan ‘LAURA DESIGN’, dan terlihat juga gudangnya sudah beralih fungsi menjadi bengkel kerja dari Laura, terlihat pula beberapa manekin dan bahan-bahan untuk pembuatan baju.
Laura tersenyum lebar dan juga merasa terharu karena ternyata sekarang ini semua sudah mendukungnya, termasuk kedua orang tuanya tercinta.
Semuanya tertawa lepas, gembira tanpa rasa beban dan rahasia.
***TAMAT***
Karya : chie ech
lama pengerjaannya 3 hari dan selesai tadi malem, Selasa, 28 Juni 2011 jam 22.48 wib.
jangan lupa kasih masukan ya...
^^
nah gitu dunk.....endingnya bahagia hehe btw selesai buat cerbungnya pas tgl ultahku...tetap semangat dalam berkarya echy ^^
BalasHapuswalau telaaat bgtz... happy b'day ya kk :)
BalasHapussering2 baca n coment ya biar q makin semangat :)