•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Senin, 16 April 2012

Jodoh Buatan - Part 1 [revisi]


Kedua matanya baru terbuka lebar lalu menggambarkan sebuah senyuman menyambut sinar mentari yang merangsek masuk diantara tirai jendela kamarnya. Sinar yang begitu hangat mulai menyinari tubuhnya, saatnya untuk beraktifitas.
Dilihatnya foto Mama yang ada di meja yang ada disamping tempat tidurnya, dia kembali tersenyum lebar. Dia mengambil figura foto tersebut, memandangi wajah Mama yang juga tersenyum, tersenyum dari surga sana. Iya Mama sudah meninggal, sejak kelahiran adiknya.
Oneechan. Bangun! Sudah siang”, teriak Oxel sambil membuka pintu kamar kakaknya.
Ternyata Oliv sudah siap dengan handuknya, dia sudah berdiri didepan pintu kamar mandi yang ada dikamarnya. Oxel agak terperanga dibuatnya, dia sedikit terkejut melihat kakaknya yang ternyata sudah siap untuk mandi. Kemudian Olivia langsung masuk ke kamar mandi tanpa berkata apa-apa pada adiknya itu.
Kemudian Oxel keluar dari kamar kakaknya itu. Dia masih dalam masa liburan sekolah makanya Oxel santai-santai saja. Rencananya dia bakal melanjutkan sekolahnya di Jepang. Dia memang bermimpi bisa bersekolah disana.
“Papa belum berangkat?”, tanya Oxel yang masih melihat Papa nya ada di meja makan sambil membaca koran online di tab milik Papa.
Papa masih serius membaca berita pagi ini tapi tidak lantas mengacuhkan anaknya, “Sebentar lagi. Ini masih terlalu pagi”, balas Papa.
Lalu Oxel mendekati Papa dan duduk di tempat duduk yang terdekat dengan Papa, sambil dia menyiapkan roti untuknya sarapan pagi ini.
“Kak Oliv beneran nggak ikut ke Jepang, Pa?”, tanya Oxel.
Papa menggeser lembar koran online-nya, “Kakak kamu maunya tetap disini, dia pengin tetap di Indonesia”.
“Yah. Gak seru dong, masa aku di Jepang sendirian”, seru Oxel dengan mulut yang penuh dengan roti sarapannya.
“Kan ada Papa, jadi nggak bakalan sepi”.
“Kalau gitu pasti kak Oliv yang bakal kesepian”.
“Papa bakal sering ngunjungin kakak kamu disini”.
“Kalau gitu Oxel dong yang jadi kesepian saat Papa ada disini”.
Papa lalu meletakkan tab-nya. “Nggak usah bikin bingung gitulah. Kita lihat aja ntar”.
Terdengar langkah kaki yang mendekat kearah mereka berdua. Ternyata Oliv sudah selesai mandi dan selesai dengan semua persiapannya. Oliv lalu menyapa Papa dan adiknya sambil mengambil posisi duduk disamping Oxel.
“Nggak usah dibikin repot gitu. Aku nggak apa-apa kok sendirian dirumah ini”, seru Oliv sambil mengolesi roti dengan selai coklat.
“Ayolah kak, ikut aja ke Jepang. Pasti lebih seru disana”.
Oliv menggeleng, “Biar kakak disini bareng Mama dan kamu di Jepang bareng Papa”.
“Ah kakak. Lagian Mama pasti juga setuju kalau kakak mendingan ikut kita ke Jepang”.
Oliv kembali menggeleng.
“Huft”, desah Oxel. “Kalau aja kak Oliv sudah nikah dan punya suami, pasti aku nggak bakal sekhawatir ini ninggalin kakak sendirian di Indonesia”.
Oliv yang baru beberapa saat mengunyah makananya terasa tersedak lalu mencoba menelannya dan meminum susu putih yang tersedia dimeja makan. Papa yang tadi mulai sibuk dengan tab-nya kini kembali meletakkannya di meja dan tertegun dengan apa yang Oxel omongkan tadi.
Oxel melirik kearah Oliv yang tersedak lalu kearah Papa yang tertegun, wajah keduanya terlihat aneh dan Oxel hanya melanjutkan makannya tanpa mempedulikan ekspresi yang Papa dan kakaknya itu tampilkan.
Saatnya untuk Oliv berangkat ke kampus. Dia pamit kepada Papa dan adiknya yang kemudian keluar dari rumahnya dengan penuh semangat.
Langkah kakinya begitu mantab pagi ini. Dia akan menjalani sesuatu yang baru, mulai hari ini dia resmi menjadi seorang mahasiswi dari universitas terkemuka di Indonesia. Dia masuk jurusan desain grafis, karena memang bidang tersebut sudah dia gemari saat masih kecil. Dia juga pintar menggambar.
Masa orientasi mahasiswa yang menyesakkan dada sudah selesai dilaksanakan seminggu yang lalu. Dan semua mahasiswa baru sudah resmi masuk perkuliahan hari ini.
Dengan mobil warna putihnya, Oliv melaju kencang membela keramaian jalanan kota. Wajahnya kali ini berbinar cerah, dia akan melewati hari yang baru dengan harapan menjalaninya dengan baik dan sepenuh hati. Tak ada satupun guratan keraguan di wajahnya.
“Kamu cerdas”, ucap Papa yang kemudian mengacak-acak rambut Oxel. Papa bangkit hendak pergi kerja, “Papa akan buat Oliv nggak sendirian disini. Ide kamu memang brilian!”, seru Papa sambil menoleh kearah Oxel.
Oxel yang sedang menggigit rotinya hanya bisa diam melihat tingkah Papa-nya yang aneh pagi ini. Ide Oxel yang mana coba yang brilian, Papa aneh dipikiran Oxel pagi ini.
“Emangnya tadi aku ngomong apa?”, Oxel mencoba mengingat kembali ucapannya. Sesaat kemudian Oxel teringat, “Jangan-jangan Papa mau menikahkan kak Oliv sama seseorang”.
Kemudian Oxel tertawa nyaring begitu geli dengan pemikirannya saat itu mengenai kemungkinan rencana Papa yang akan diperuntukkan buat Oliv.
Kenapa Oxel bisa berpikiran seperti itu karena memang dia ratunya drama, semua film-film drama sudah dia tonton, novel-novel, atau apapun yang berbau drama selalu menemaninya setiap hari. Pokoknya Oxel is Drama Queen.
ᴥᴥᴥ
Turun dari mobilnya, Oliv tersenyum melihat gedung universitasnya yang megah. Kemudian dia berjalan sendirian menuju gedung tersebut yang mulai ramai dengan mahasiswa yang berdatangan.
“Dia kuliah disini juga”, seru Disti terkejut saat melihat Oliv mulai memasuki kampus.
Disti yang baru turun dari mobil pacarnya itu sampai-sampai mengacuhkan pacarnya itu yang sekarang berdiri tepat disampingnya. Pacarnya itu juga ikut melihat kearah apa yang Disti lihat dari tadi, melihat kearah Oliv.
“Siapa sayang?”, tanya Adit pacar dari Oliv.
“Itu yang pakai kemeja warna orange”, tunjuk Disti, “Dia musuh aku waktu di SMP. Kelihatannya aja alim, padahal sering ngebully aku dan yang lainnya”, lanjut Disti semangat.
“Masa sih?”, tanya Adit nggak percaya sambil merangkul Disti.
Disti mengangguk, “Sampai-sampai dia rebut juga cinta pertamaku”.
Mendengar kalimat itu Adit melirik kearah Disti, dia agak nggak nyaman mendengar kalimat yang Disti lontarkan padanya. Tapi Disti nggak menangkap keanehan itu, dia terus menjelek-jelekkan Oliv didepan pacarnya itu.
“Kekelas aja yuk”, ajak Adit.
Mereka berdua berjalan kekelas bersama-sama. Adit terlebih dulu mengantarkan Disti kekelas yang memang nggak terlalu jauh. Setelah itu Adit kembali melanjutkan perjalanannya menuju kelasnya yang berada dilantai atas.
“Aku kekelas dulu ya. Nanti kita ketemu di kantin”, seru Adit.
Disti mengangguk sambil tersenyum, Adit kemudian berjalan meninggalkannya sendirian. Setelah Adit lenyap dari hadapannya, Disti berjalan masuk kekelasnya.
Sungguh sangat tidak terduga, Disti mendapati Olivia duduk didalam kelas yang sama dengannya. Mereka berdua sekelas.
Disti berusaha wajar saja karena memang dia tidak mau berurusan dengan Oliv. Sudah cukup banyak mahasiswa yang memenuhi kelas tersebut, tapi tidak ada satupun yang bersama Oliv. Oliv memang tidak bisa bergaul, dia terbiasa sendiri sejak SMP, dia lebih senang menyendiri.
“Hey Oliv”, sapa Disti dengan nada sangat dipaksakan supaya terdengar manis.
Oliv lantas menoleh kearah Disti yang memanggilnya, sungguh dengan tatapan tidak senang. Lalu Oliv bangkit dengan cepat dan yang tidak terduga adalah Disti yang terjatuh, dia tersungkur kelantai saat Oliv bangkit tadi.
“Lo kenapa sih? Gue cuma mau berteman sama lo, kenapa lo dorong gue sampai begini?”, seru Disti keras membuat suasana kelas hening dan semua orang yang ada didalamnya mendengar apa yang dia ucapkan.
Oliv tersenyum sinis dan membiarkan Disti jatuh dihadapannya.
Kenapa gue harus ketemu dia lagi disini? Apa nggak ada universitas lain, kenapa dia harus milih kuliah disini?
Ada seseorang datang dan langsung membantu Disti berdiri, “Lo nggak apa-apa?”, tanya cewek itu.
Disti mengangguk lemah.
“Lo kenapa sih, ini hari pertama kuliah sudah cari gara-gara!”, seru cewek itu didepan wajah Oliv.
Tapi Oliv nggak menanggapi mereka berdua, dia kembali duduk dibangkunya dan mulai disibukkan dengan buku yang sedang dia baca tadi.
Lalu cewek itu mengajak Disti untuk duduk berdekatan, suasana kembali seperti semula tapi sungguh sorotan mata terhadap Oliv berubah, sepertinya Oliv akan mendapatkan banyak musuh dikelasnya ini dan Disti akan mendapatkan teman yang sangat banyak, karena memang setelah dia duduk banyak orang yang care dan menanyakan keadaannya setelah jatuh tadi.

Siang harinya di kantin.
Suasananya sudah ramai, Disti bersama Selly teman barunya yang tadi membantunya berdiri dikelas setelah terjatuh dihadapan Oliv. Mereka menjadi teman yang akrab sekarang. Mereka duduk bersama setelah membeli makanan.
“Udah lama?”, tanya Adit setelah mengecup pipi kiri pacarnya itu.
“Nggak kok. Udah duduk disini”, seru Disti sambil menarik tangan kanan Adit.
Kemudian Adit duduk disamping Disti, Selly duduk dihadapan mereka berdua. Lalu teman-teman Adit juga mulai berdatangan dan duduk ditempat yang sama dengan mereka bertiga.
“Hey cantik. Gue Hengki, nama lo siapa?”, tanya Hengki pada Selly.
“Nama gue Selly”.
“Sekelas sama Disti?”, tanya Hengki lagi.
Selly mengangguk mantab, “Iya”.
“Kenalin, gue senior lo. Ketua BEM kampus ini”, Hengki menyodorkan tangannya.
Lalu Selly menanggapi, mereka berdua bersalaman. Dan Selly baru tahu kalau ternyata Hengki itu seniornya, dia agak tersipu malu karena sok akrab tadi, tapi ya sudahlah mereka kini sudah berteman.
Olivia celingukan kesana-kemari untuk mencari tempat duduk yang kosong sambil dia membawa nampan berisi makanan, sampai akhirnya dia menemukan tempat duduk kosong yang tidak jauh letaknya dari tempat duduk Disti dan kawan-kawan.
Kemudian Oliv berjalan kesana karena hanya tempat itu yang kosong. Pandangan mata Disti dan Sellyterlihat tajam dan hanya mengarah pada Oliv yang duduk tidak jauh dari mereka.
“Bukannya dia orang yang lo tunjuk tadi pagi, say?”, tanya Adit.
Disti menganggukkan kepalanya, “Iya. Tadi juga dikelas dia ngedorong gue sampai jatuh, padahal gue niatnya baik mau menyapa dia, eh malah dia bikin gue jatuh. Untung Selly langsung nolongin gue”.
“Iya. Cari sensasi paling tuh orang, syukurin deh jadi nggak punya temen sekarang”.
“Tapi lo nggak apa-apa kan? Ada yang luka nggak?”, tanya Adit khawatir.
Lalu Disti menggelengkan kepalanya, “Enggak kok”.
“Emang dia siapa?”, tanya Hengki setelah meminum jus jambunya.
“Olivia”, balas Selly sambil mengaduk-aduk minumannya.
ᴥᴥᴥ
Setelah selesai bekerja Papa tidak langsung pulang, dia harus menjemput Oxel terlebih dulu. Oxel lagi di mall yang dekat dengan kantor Papa, Oxel pergi sendirian tadi kesana hanya untuk membeli buku.
Mereka janjian bertemu di sebuah restoran, sekalian mereka akan makan malam dan membiarkan Oliv makan sendirian dirumah. Karena memang Oliv tidak suka keluyuran, dia lebih suka menghabiskan waktu dirumahnya.
“Ah Papa lama deh”, gerutu Oxel saat Papa ada dihadapannya.
“Maaf, sayang”, ucap Papa yang kemudian duduk disamping Oxel.
Mereka berdua lalu memanggil pelayan untuk memesan makanan.
“Mana buku yang kamu beli?”, tanya Papa.
“Ini”, seru Oxel sambil menunjukkan plastik besar yang berisikan buku yang dia beli.
“Sepuluh atau duapuluh buku?”, tanya Papa lagi.
“Nggak sebanyak itu juga kali Pa. Cuma delapan belas buku doang”.
Mendengar jawaban dari Oxel, Papa hanya bisa mendesah payah. Anaknya yang satu ini memang boros banget, untung borosnya itu bukan untuk membeli yang macem-macem, bukan untuk hura-hura dan sebagainya tapi memboroskan uangnya untuk membeli buku.
“Buku yang belanja lewat online shop kemarin sudah sampai?”, tanya Papa lagi.
Oxel menggelengkan kepalanya, “Besok katanya baru sampai”.
Akhirnya makanan yang mereka pesan datang juga. saatnya untuk menikmati makanan itu, perut mereka memang sudah sangat lapar.
“Beni”, seru seseorang menyebut nama Papa.
Kemudian Papa menoleh kearah sumber suara yang memanggilnya. Sesaat kemudian dia tersenyum setelah melihat siapa yang memanggilnya. Papa berdiri dan memeluk orang yang tadi memanggilnya.
“Hendra. Gimana kabar?”, tanya Papa bersemangat.
Mereka melepas pelukannya, Oxel melongo kebingungan dengan apa yang dia lihat.
“Alhamdulillah baik. Kamu? Oh ya ini Oliv?”, lanjut orang itu.
“Alhamdulillah aku juga baik. Oh ya kenalin ini adiknya Oliv, namanya Oxel. Oxel kenalin ini om Hendra teman Papa”.
Oxel berdiri kemudian bersalaman dengan orang yang disebut Papa sebagai om Hendra tersebut. Lalu mereka duduk ditempat yang sama karena memang tempat duduk disana hampir penuh.
“Mamih, duduk sini”, seru om Hendra sambil melambaikan tangannya kearah orang yang baru keluar dari toilet.
Hendra melambaikan tangannya pada istrinya tersebut. Mengajaknya duduk bersamanya, Beni, dan juga Oxel. Dia juga terkejut melihat Beni, sudah lama sekali mereka tidak pernah bertemu dengan Beni.
“Suci mana?”, tanya Heny, istrinya Hendra.
Papa kemudian tersenyum sejenak, Oxel tersedak mendengar pertanyaan itu cepat-cepat dia minum. Suci dan Hendra saling bertukar pandangan, ada apa sebenarnya mereka tidak tahu.
“Suci sudah pergi duluan ke surga”, jawab Papa.
Sungguh Hendra dan Heny tidak tahu dengan kenyataan itu, mereka sama sekali tidak tahu. Karena memang mereka sudah sangat lama tidak bertemu.
Dulu waktu Oxel belum lahir dan Oliv masih belum sekolah, saat Oliv berusia sekitar 3 tahun mereka tinggal dikompleks rumah yang sama. Sampai akhirnya mereka pindah kekota lain karena tuntutan pekerjaan.
Suasana berubah agak tidak nyaman, jadi mereka mulai memakan makanan mereka lagi untuk menetralkan keadaan.
“Gimana kabar Popeye?”, tanya Papa.
“Popeye?”, tanya Oxel bingung.
Heny dan Hendra tertawa, ternyata Beni masih mengingat itu semua. Popeye, teman kecil Oliv yang merupakan anak dari Hendra dan Heny. Anak tunggal dari Heny dan Hendra.
“Dia baik-baik saja. Sekarang dia kuliah di Pelita Nusantara semester 3”, balas Heny.
Sesaat kemudian Papa tersenyum mendengar jawaban itu. “Pelita Nusantara? Sama dong kayak Oliv, dia juga kuliah disitu dan mulai efektif masuk kuliah mulai kemarin”.
“Oh ya? Kalau begitu bagus dong. Kita bisa jodohin mereka lagi”, seru om Hendra bersemangat.
“Iya. Aku selalu nungguin Oliv supaya dia bisa jadi menantu aku. Soalnya nggak ada cewek dirumah”, lanjut Heny.
“Kalau begitu kita jodohkan saja mereka”, lanjut Papa.
Dulu memang kedua orang tua Oliv dan Popeye merencanakan perjodohan untuk keduanya. Dan sampai sekarang mereka masih berpikiran yang sama, mereka mantap untuk menjodohkan anak mereka.
Papa juga menceritakan apa yang akan dilakukannya bersama dengan Oxel, mereka berdua akan pindah ke Jepang tapi Oliv tidak mau ikut, dan karena itu mereka dibuat pusing untuk membuat Oliv tidak kesepian karena tinggal sendirian.
Dan mungkin ini yang namanya jodoh. Disaat yang tepat seperti ini Papa bertemu dengan kawan lamanya yang dulu pernah berencana dengannya juga akan menjodohkan anak mereka.
“Nanti kalau mereka nikah, Oliv bisa tinggal dirumah keluargaku. Oliv nggak bakal kesepian. Terutama aku, aku juga nggak bakal kesepian tanpa ada anak perempuan dirumah”, lanjut Heny.
Mereka sepakat untuk membuat nyata rencana perjodohan ini. Oxel yang ada disitu juga terlihat senang, tapi dia disuruh berjanji agar tidak menceritakan semua itu pada Oliv terlebih dahulu. Pokoknya ini akan menjadi surprise yang sungguh mengejutkan pastinya untuk Oliv dan si Popeye.
Sudah lama kedua orang tua Popeye itu membicarakan tentang perjodohan tersebut, mereka juga berencana untuk mencari dimana keberadaan Beny. Tapi malam ini ternyata mereka dipertemukan dengan sangat mudahnya. Mungkin Tuhan menghendaki mereka untuk bertemu dan membahas tentang masalah perjodohan ini.
Bukan kebetulan, tapi ini memang kehendak dari Tuhan menjadikan mereka bertemu dan berencana mempertemukan anak mereka yang akan dipersatukan dalam perjodohan tersebut. Dan mereka akan mengupayakan semua ini terjadi dan menjadi nyata, mereka akan memaksakan semuanya demi ambisi mereka menyatukan Oliv dan si Popeye.
ᴥᴥᴥ
bersambung.....

NB:: Pada kasih komentar ya, jangan cuma jadi silent reader doang. Kalau pada kasih komen bakal cepet deh aku lanjutin ceritanya. ^_^

2 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...