•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Sabtu, 03 Desember 2011

Something Called Love - Part 3


Something Called Love - Part 3
Pinkan malah membatu didepan pintu, dia merasa malu tadi saat rambutnya di acak-acak Bian. Kedua pipinya merona merah, dia masih membatu karena salah tingkah harus berbuat apa. Bian yang menyadari itu langsung menarik tangan kanan Pinkan untuk segera masuk dalam rumah.
“Ayo masuk. Ngapain diluar aja”, timpal Bian sambil menarik tangan Pinkan.
Pinkan-pun mengikutinya masuk dalam rumah.
Mereka menyiapkan makanan yang tadi Pinkan pesan.
Bian memutar mata melihat sekeliling rumah Pinkan, “Kok sepi? Orang tua lo kemana?”, tanya Bian pada Pinkan yang sedang menikmati pasta yang tadi dia pesan.

Sambil mengunyah pasta, “Mana gue tahu!”, ucap Pinkan ketus.
“Kok gitu?”, tanya Bian lagi.
Sekarang Pinkan lagi menikmati pizza ukuran besarnya, “Sudahlah. Nggak usah tanya-tanya soal mereka! Gue nggak tahu mereka ada dimana”, jawab Pinkan malas.
Bian menangkap ada keanehan, sepertinya keadaan keluarga Pinkan ini nggak baik. Pinkan terlihat enggan untuk membahas kedua orang tuanya. Karena memang Pinkan malas membahas itu, membahas kedua orang tua yang selalu nggak ada untuknya.
Lalu Bian meminum strawberry milkshake yang ada dimeja. Baru beberapa sedotan saja minuman itu langsung Pinkan rebut. Itu minuman faforit Pinkan, dan Bian nggak boleh menikmati itu. Pinkan cepat-cepat meminum milkshake-nya itu dan beberapa detik kemudian minumannya ludes habis, gelas minumannya itu kosong.
Bian melihat hp-nya Pinkan yang ada di atas meja, “Oh ya, gue belum tahu nomer hp lo. Gue minta sih”, ucap Bian mulai mengganti topik pembicaraan.
“SMS aja sih dari hp gue ke hp lo”, ucap Pinkan ringan sambil mengambil lagi potongan pizza.
Bian mengambil hp Pinkan, dan mengirimkan SMS ke nomer hp-nya sendiri. Beberapa detik kemudian ada pesan masuk ke hp Bian dengan nomer yang baru, itu nomer hp-nya Pinkan. Bian juga sudah menyimpan nomernya di hp Pinkan.
Mulut Bian terbuka, dia menguap. Tiba-tiba ada yang masuk dalam mulutnya, sebuah potongan pizza yang sengaja Pinkan masukkan dalam mulut Bian. Pinkan tertawa puas karena melihat mulut Bian yang penuh dengan pizza. Bian membiarkan saja, membiarkan membuat Pinkan tertawa, dia senang melihat Pinkan yang tertawa lepas. Rasanya sangat nyaman dan menyenangkan.
Bian mengunyah pizza itu lalu menelannya, “Lo manis deh kalau lagi ketawa”, ucap Bian memuji membuat Pinkan langsung tutup mulut, dia salah tingkah kedua pipinya juga merona merah, “Lebih manis lagi kalau kayak gini”, ledek Bian pada Pinkan. Dia mengambil sedikit es krim dari banana split dan menggoreskannya di pipi Pinkan.
Pinkan manyun sejadinya karena sebel dengan apa yang Bian lakukan. Dia ingin mencoba membalas ulah Bian tadi, tapi Bian pintar dalam mengelak. Pinkan gagal karena Bian yang terlalu gesit.
---
Pinkan sudah sampai duluan di dalam kelas. Dia berangkat sendiri hari ini, itu karena dia bangun terlalu pagi dan dia nggak tahu mau apa jadi dia memutuskan untuk berangkat ke sekolah lebih awal saja. Bian sudah mengetahui hal itu karena Pinkan sudah mengirimkan sms untuk Bian tentang itu semua.
Nggak lama kemudian Vina datang dan langsung menyapa Pinkan yang sedang membaca buku pelajaran.
“Lo sudah datang dari tadi?”, tanya Vina sambil duduk dibangkunya.
Pinkan mengangguk lalu menutup buku yang dia baca tadi. Dia membungkuk di mejanya, dia terlihat malas sekali hari ini.
“Nggak bareng Bian”, tanya Vina lagi.
Pinkan menggelengkan kepala, “Enggak. Gue ingin berangkat sendiri”, jawab Pinkan ringan.
“Lo benerankan nggak pacaran sama Bian?”, tanya Vina lagi dengan nada tegas.
Tersirat ada maksud tersembunyi dalam pertanyaan Vina itu. Pingkan kembali duduk tegak dengan menaikkan kedua alisnya, “Lo suka sama Bian ya?”, tanya Pinkan cepat.
“Huuuusst”, Vina mencoba membuat Pinkan memelankan suaranya, “Jangan kenceng-kenceng”, lanjut Vina.
“Jadi lo suka sama Bian?”, tanya Pinkan lagi dengan nada lebih rendah.
Vina mengangguk, “Emangnya kelihatan banget ya kalau gue suka sama dia?”, tanya Vina lagi setelah mengakui hal itu.
Mendengar pengakuan dari Vina itu membuat hati Pinkan sedikit sakit. Entah karena apa dia bisa merasakan sakit itu. Dia merasa kecewa dan nggak suka dengan pengakuan Vina tadi, dia nggak rela Bian menjadi milik Vina. Muncul juga pertanyaan dibenaknya, apa Bian juga suka sama Vina? Apa yang harus Pinkan lakukan.
“Woi”, ucap Bian keras mencoba mengagetkan Pinkan dan Vina yang sedang bertemu pandang.
Vina sedikit salah tingkat, Pinkan juga tapi nggak terlalu ketara.
“Sudah sampai lo”, sahut Vina sedikit kikuk.
Bian membalasnya hanya dengan senyuman sambil mengangguk menanggapi pertanyaan dari Vina. Sedetik kemudian Bian malah mengalihkan pandangannya pada Pinkan.
“Ditanyain sama Bunda lho tadi”, ucap Bian ringan lalu memberikan Pinkan sebuah kotak makan berisi sandwich, “Bunda nitip ini buat lo”, lanjutnya kemudian beranjak pergi ketempat duduknya.
Vina terlihat nggak suka tapi dia bersikap biasa saja, dia berpikir positif, secara mereka tetangga apa salahnya Bunda membawakan bekal untuk Pinkan, mungkin Bunda tahu kalau Pinkan belum sarapan tadi pagi karena Bunda melihat Pinkan berangkat pagi-pagi sekali.
“Makasih”, ucap Pinkan sambil tersenyum.
“Oh ya nanti sore lo disuruh makan di rumah gue. Bunda sama temen-temennya ngadain arisan gitu”, ucap Bian sambil meletakkan tasnya diatas meja.
Pinkan sedikit mengangguk, “Ok”, jawab Pinkan ringan.
Terbersit ide di otak Vina, “Gue boleh ikut nggak?”, tanya Vina memelas.
“Gue sih ok-ok aja, tanya aja gih sama Bian”, sahut Pinkan yang kemudian membuka kotak makanan itu.
“Gimana?”, tanya Vina pada Bian.
Bian mengangguk, “Ok. Lo boleh ikut”, jawab Bian singkat.
“Gue mbonceng lo ya”, lanjut Vina pada Pinkan.
Pinkan yang lagi makan menggelengkan kepalanya, “Nggak ada helm lagi, mendingan lo sama Bian aja yang bawa dua helm. Iya kan Bian?”, tanya Pinkan pada Bian.
Bian hanya menganggukkan kepalanya.
“Makasih”, ucap Vina pada Bian membuat Bian kembali mengangguk.
“Makasih say”, ucap Vina manis pada Pinkan.
“Buat apa?”, tanya Pinkan balik.
“Buat semuanya”, ucap Vina sambil tersenyum lebar.
---
Bian dan Vina sudah sampai di halaman rumah Bian, kedunya langsung turun lalu masuk kedalam rumah. Sedangkan Pinkan masuk kedalam rumahnya sendiri yang sepi itu. Dia bergegas untuk mandi karena merasa nggak nyaman dengan badannya yang bau matahari.
“Nama saya Vina, tante”, ucap Vina memperkenalkan diri pada Bunda.
Bunda tersenyum senang. Vina disuruh untuk makan dulu bareng Bian, tapi karena Bian pamit buat mandi dulu akhirnya Vina makan sendirian. Bunda dan pembantu yang ada mulai menyiapkan makanan-makanan untuk para tamu teman-teman arisan Bunda.
Pinkan selesai juga dengan mandinya, dia mengenakan dress santai dengan corak bunga-bunga kecil yang tentunya berwarna pink yang cerah dengan warna dasar putih. Lalu dia meninggalkan rumahnya yang masih sepi itu, dia sudah benar-benar acuh dengan kedua orang tuanya yang sepertinya menganggapnya nggak ada.
“Assalamuallaikum”, sapa Pinkan sambil masuk kedalam rumah Bian yang pintunya terbuka.
Bunda yang lagi nyiapin makanan di meja langsung menjawabnya, “Walikumsallam”, sahut Bunda dengan senyuman, “Eh Pinkang”, lanjut Bunda yang kemudian mencium pipi kanan dan pipi kiri Pinkan. “Sudah makan apa belum?”, tanya Bunda sambil merapikan rambut Pinkan.
“Sudah kok tadi waktu disekolah”, jawab Pinkan ringan.
“Itu makan siang. Sekarang ayo makan lagi”, lanjut Bunda sambil menggandeng Pinkan menuju ruang makan.
Vina sudah selesai makannya. Bunda menyuruh Vina untuk tetap disitu menemani Pinkan makan. Ok deh, tentu Vina mau saja, dia bisa lebih lama di rumah Bian ini. Bian yang sudah selesai mandi langsung turun dan bergabung bersama dengan Vina dan Pinkan di ruang makan.
“Lo nggak makan?”, tanya Bian pada Vina.
Dalam hati Vina sangat senang mendengar pertanyaan itu, Bian yang perhatian padanya, “Sudah kok tadi”, jawab Vina singkat sambil tersenyum.
Bian mengangguk lalu duduk tepat didepan Pinkan yang sedang makan. Keduanya mulai makan. Vina sering mencuri-curi pandang pada Bian yang duduk didepannya itu. Pinkan juga melakukan hal yang sama, dia mencuri pandang melihat Vina yang dari tadi terus melihat kearah Bian. Pinkan nggak suka dengan Vina yang seperti itu.
“Makan yang banyak dong sayang”, ucap Bunda pada Pinkan.
Pinkan hanya bisa tersenyum dan mengangguk karena mulutnya penuh dengan makanan yang terlihat enak itu.
“Kok cuman Pinky sih?”, tukas Bian yang iri dengan apa yang Bunda lakukan pada Pinkan.
Itu panggilan dari Bian buat Pinkan, yaitu Pinky. Hahaha.
Bunda lalu mendekat pada Bian dan memberikan sebuah kecupan hangat di pipi kanan jagoannya itu. Bunda terlihat sayang sekali pada Bian, begitu juga Bian dia sangat menyayangi Bunda-nya itu. Bian nggak malu dengan semua itu, dia nyaman-nyaman saja kalau di cium seperti itu oleh Bundanya.
“Makanannya enak tante”, sahut Vina mencoba mencari perhatian.
Tante tersenyum senang, “Kalau gitu sering-sering saja mampir kesini”, lanjut Bunda yang kemudian beranjak pergi.
Bian dan Pinkan sudah selesai dengan makanan mereka. Tiba-tiba hp Vina berdering nyaring memecah kesunyian. Mamahnya ternyata telfon dan Vina disuruh untuk pulang sekarang juga karena sudah malam. Vina dengan berat hati akhirnya pamit pulang juga pada Bunda yang sedang berada didapur untuk mengambil minuman.
“Bian, anterin Vina pulang kerumahnya ya”, perintah Bunda.
Bian mengangguk ringan, “Iya Bunda”, jawab Bian singkat.
Dan untuk pertama kalinya Bian mengantarkan Vina pulang kerumah, Vina sangat amat terlihat senang sekali. Hari ini hari yang baik untuknya, untuk pertama kali dia mbonceng di motor Bian, dan untuk kali pertama ini juga Bian mengantarkannya pulang kerumah. Secara tidak langsung ini semua gara-gara Pinkan. Gara-gara Pinkan dia bisa dekat dengan Bian.
To Be Continued....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...