•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Senin, 19 September 2011

Jodoh Buatan [Part 1]


“Nggak!”, bantah Adit dan Olivia secara bersamaan ditempat yang terpisah.
Adit menolak keras perkataan kedua orang tuanya. Dulu waktu masih kecil Adit telah dijodohkan dengan seseorang dan semua itu harus benar-benar terlaksana untuk kehidupan mereka. Olivia juga menolak keras rencana perjodohannya, dia nggak mau. Tapi mereka berdua nggak bisa berbuat apa-apa. Orang tua keduanya sudah mempersiapkan semuanya, pokoknya mereka berdua harus benar-benar berjodoh dan diharapkan segera untuk menikah.
Siang yang terik ini, Ayah, Oxel, dan Olivia makan siang bersama disebuah restoran. Ada rencana lain dibalik acara makan siang hari itu, nggak lama kemudian datang tiga orang yang menghampiri mereka. Orang tersebut adalah Adit dan kedua orang tuanya. Olivia dan Adit saling acuh dan nggak saling menyapa. Orang tua mereka malah asyik aja dan terlihat akrab sudah seperti keluarga sendiri.
Pelayan datang, mereka semua mulai memesan makanan. Setelah Ayah, Oxel, Papah, dan Mamah selesai memilih makan giliran Olivia dan Adit yang memesan makanan. Tanpa disengaja keduanya menjawab secara bersamaan dan menyebutkan makanan yang sama.
“Ngapain sih loe ikut-ikutan?!”, bentak Adit pada Olivia.
Olivia nggak mau kalah, “Loe tuh yang ngikutin gue!”.
“Sudah-sudah. Nggak ada yang saling ngikut atau diikutin. Kalau jodoh ya masalah makanan sama aja!”, ujar Mamah Adit menengahi.
Keduanya membuang muka dan meletakkan daftar menu dimeja dengan keras. Adit dan Olivia hanya diam, orang tua mereka asyik mengobrol dan terus membicarakan topik yang sama yaitu tentang perjodohan diantara Olivia dan Adit.
“Haa, kenapa nggak bulan depan aja? Pas sama ulang tahun Adit”, ucap Papah Adit.
“Aku bukan anak kecil! Nggak perlu ngerayain ulang tahun segala”, ucap Adit santai sambil minum.
“Lagian siapa yang mau ngerayain ulang tahun kamu!”, timpal Olivia.
Adit sedikit geram tapi keburu Mamahnya ngomong lagi, “Bukan hanya ngerayain ulang tahun kamu, tapi sekalian acara resepsi pernikahan kalian”, ucap Mamah Adit lancar tanpa beban.
Adit yang lagi minum tersedak mendengar ucapan Mamahnya, Olivia yang lagi diem aja dari tadi langsung jadi berisik untuk menolak semua itu. Tapi penolakan mereka nggak ada hasilnya, pokoknya mereka harus menikah bulan depan.  Karena nggak suka terus diatur-atur seperti itu akhirnya Adit pergi dari acara makan siang itu.
Papahnya mencoba menghalangi tapi tiba-tiba Papahnya itu merasakan sakit di dadanya lalu langsung pingsan. Semuanya terkejut termasuk Adit yang lalu kembali ke orang tuanya dan dengan cepat membawa Papahnya ke Rumah Sakit.
Sampai di Rumah Sakit, Papah langsung dibawa masuk ke IGD untuk mendapatkan pertolongan. Didalam IGD ternyata ada dokter Zaki yang merupakan adik dari Papahnya Adit.
Tiba-tiba Papah membuka matanya dan tersenyum, “Aku nggak sakit! Tapi aku mohon, tolong aku”, ucap Papah seketika setelah bangun.
Ternyata diam-diam papah merencanakan sesuatu, dia ingin Zaki tetap merawatnya di Rumah Sakit walaupun faktanya dia sehat demi untuk memaksa Adit menyetujui perjodohan tersebut, mau nggak mau Olivia juga harus melakukan hal yang sama yaitu menyetujui perjodohan yang dianggapnya konyol dan kampungan itu.
Papah sudah dipindahkan ke kamar Rumah Sakit, Mamah dan Ayahnya Olivia di suruh masuk ruang perawatan Papah dan diberi tahu tentang semuanya. Tentangsakit pura-puranya demi mewujudkan apa yang diinginkannya dan istrinya. Mamah yang tadinya sangat khawatir menjadi lega dan optimis cara seperti ini akan mempermudah rencana mereka. Nggak lama kemudian Adit, Oxel, dan Olivia masuk bersamaan, Adit masih sangat khawatir dengan kondisi Papahnya.  Dia langsung menghampiri papahnya yang padahal sehat itu.
“Papah nggak kenapa-napa, asal kamu setuju dengan perjodohan ini”, ucap Papah sedikit terbata-bata dan sedikit samar karena terhalang alat bantu pernafasan.
Dengan cepat Adit menjawab dengan pasti, “Ya! Ya Pah, aku setuju dengan perjodohan ini!”, kata Adit bersemangat karena nggak mau Papahnya sakit seperti ini.
Orang tua mereka sangat senang, Oxel terkejut, apalagi Olivia yang sangat amat nggak menyangka itu semua dikatakan oleh Adit, bagai tersambar petir di siang bolong Olivia sangat terkejut. Papah berhasil berakting didepan anaknya itu, dan apa yang direncanakannya ternyata berhasil dengan mudah.
Tiga hari kemudian Papah keluar dari Rumah Sakit, semuanya menyambut dengan senang. Persiapan pernikahan Adit dan Olivia juga sedang dilakukan, sore nanti keduanya akan fiting baju pernikahan.
Hari ini Olivia ada kuliah begitu juga dengan Adit, keduanya bertemu sebuah lorong di kampus tapi mereka nggak saling menyapa malahan keduanya membuang muka karena memang hubungan mereka belum baik juga walaupun sebentar lagi keduanya akan menikah. Dari kejauhan terlihat ada seorang cewek yang berlari mengejar Adit dan kemudian langsung menggandeng tangan Adit. Dia Disti, dia merupakan pacar dari Adit. Olivia acuh dan langsung meninggalkan mereka.
Adit terkejut melihat Disti, “Kmu sudah pulang?”, tanya Adit.
Disti tersenyum, “Kok kaget gitu? Kan hari ini memang waktunya aku untuk balik kesini. Libur kelamaan nggak asyik”, ucapnya dengan nada manja.
Disti menggenggam tangan kiri Adit dan merasakan ada yang aneh di jari manis pacarnya itu, lalu dilihatnya ada sebuah cincin yang melingkar dijari Adit, “Apa ini?”, tanya Disti seketika itu juga.
Adit nggak bisa menjawab, dia melepaskan cincin itu dan menyimpannya di saku bajunya, “Ini bukan apa-apa”, jawabnya singkat.
Walaupun nggak puas dengan jawaban Adit dan masih penasaran sebenarnya cincin apa itu, tapi Disti membiarkannya dan berjalan beriringan menuju kelas Disti. Olivia sudah ada di kelas, Disti sampai di kelas itu juga dan langsung mengambil tempat duduk, Adit berjalan sendirian menuju kelasnya. Olivia dan Disti sekelas tapi keduanya nggak punya hubungan baik sejak mereka duduk dibangku SMA. Semuanya itu karena keirian Disti pada Olivia yang dianggapnya sempurna dan selalu beruntung.
Disti mendekati Olivia, “Loe masih betah dikelas ini?”, tanyanya ketus.
Masih dengan membaca bukunya Olivia menjawabnya dengan santai, “Loe takut sama gue?”.
Disti tertawa tapi langsung berhenti karena melihat cincin yang serupa dengan yang Adit pakai tadi, cincin itu melingkar di jari manis Olivia. Diangkatnya yangan Olivia, “Cincin apa ini?”, tanya Disti dengan keras dan sedikit terkejut.
“Loe nggak perlu tahu!”, jawabnya singkat sambil melepaskan tangannya dari cengkraman Disti.
Karena tepisan Olivia yang terlalu kencang, Disti sedikit tersungkur disaat beberapa teman-temannya memasuki kelas, tapi Disti lebih mendramatisasikannya lagi sampai dia terjatuh untuk mendapat simpati teman-temannya. Beberapa teman-temannya langsung menolong Disti, “Nggak bisa yah sekali aja loe nggak nyakitin Disti!”, bentak salah seorang cewek yang membela Disti.
Olivia hanya senyum sejenak dan melanjutkan membaca buku.
Adit sudah ada di kantin bersama dengan beberapa teman cowoknya, nggak lama kemudian Disti datang dan langsung bergabung dengan Adit dan kawan-kawan. Beberapa saat kemudian Olivia datang dengan membawa segelas minuman dan semangkok mie ayam untuk dia makan siang ini. Dia memilih duduk sendirian di tempat yang kosong, karena bisa dibilang dia nggak punya teman disitu.
Baru saja dia akan menyantap makanannya tapi gagal karena hp-nya berdering, ada telfon dari Mamahnya Adit. “Hallo Mah”, ucap Olivia. Dia sudah memanggil Mamahnya Adit dengan sebutan Mamah karena itu semua dikehendaki oleh Mamah Adit sendiri.
Tadi Mamah sudah menelfon Adit, sekarang giliran Olivia yang ditelfon. “Jadi kalian berdua lagi ada di kantin?”, tanya Mamah, tadi dia bertanya pada Adit dimana dia sekarang dan Adit menjawab ada di kantin.
Setelah berbincang beberapa saat, Mamah meminta Olivia untuk menyerahkan telfon itu pada Adit. Ingin rasanya menolak tapi ini bukan perintah tapi paksaan, Olivia nggak mau mendekat pada Adit dan Disti, “Adit lagi ngobrol sama temennya Mah, aku nggak enak ngeganggu mereka”, ucap Olivia mencari alasan.
Tapi nggak mempan, Mamah terus memaksa padahal Olivia sudah mengerahkan segala usahanya untuk mengalihkan pembicaraan. Akhirnya dia bangkit juga dari tempat duduknya dan pergi menghampiri Aidt, dengan tangan yang menutup hp-nya Olivia menyerahkan hp-nya itu pada Adit, “Nyokap loe nih, pengin ngomong sama loe!”, ucapnya dengan ketus.
Teman-teman Adit dan tentu saja Disti sangat terkejut dengan ucapan Olivia tersebut.
“Mamah sudah telfon gue tadi! Bilang aja aku lagi ke toilet”, Adit nggak mau berbicara dengan Mamahnya.
Olivia menghela nafas, “Sudah banyak alasan yang aku omongin, termasuk bilang loe lagi ke toilet! Cepet angkat!”, kata Olivia sambil menyerahkan hp-nya ke Adit.
Adit mengambilnya dan mulai berbicara dengan Mamahnya, sementara itu Olivia balik lagi ke tempat duduknya untuk melanjutkan makan siangnya.
“Ya Mah”, ucap Adit singkat sambil menutup telfon dari Mamahnya.
“Sebenarnya ada apa antara kamu sama Oliv? Sampai-sampai Mamah kamu telfon ke Oliv?”, tanya Disti dengan nada cemburu seorang pacar.
Adit membelai lembut rambut panjang Disti untuk menenangkannya, “Aku sama dia nggak ada apa-apa”.
Tapi Disti nggak percaya begitu aja, dia langsung pergi meninggalkan Aidt dan teman-temannya. Adit bingung harus bersikap seperti apa, dia sayang dengan Disti tapi dia harus melakukan perjodohan ini karena nggak mau Papahnya sakit lagi dan itu semua juga merupakan amanat dari Bundanya Olivia yang sudah meninggal.
Disti berharap Adit mengejarnya tapi ternyata harapannya itu nggak terjadi, Adit malah menghampiri Olivia dan langsung menarik tangan Olivia.
“Mau kemana?”, tanya Olivia sambil mencoba melepaskan tangannya.
Adit terus menariknya, “Nggak usah banyak omong, nurut aja sama gue!”, ucapnya keras.
Lagi-lagi ini semua membuat teman-teman Adit melongo kebingungan, kenapa tiba-tiba Adit bersama Olivia yang merupakan musuhnya selama ini, mengapa juga dia itu nggak mengejar Disti malah berjalan kearah Olivia. Apa Adit sudah gila? Disti juga melihat Adit yang menggandeng Olivia menuju parkiran, Disti geram dengan peristiwa itu, “Loe akan ngerasain pelajaran dari gue!”, ancaman dari Disti untuk Olivia.
Ternyata Adit dan Olivia disuruh pergi ke tempat fiting baju saat itu juga karena Mamah sudah ada disana. Didalam mobil keduanya hanya diam, nggak terlihat akrab dan sangat terlihat keduanya itu seperti musuh yang tengah perang di medan pertempuran. Tapi itu semua bakalan sirna saat mereka ada di hadapan orang tua mereka, itu semua demi menyenangkan orang tua, mereka nggak mau menjadi anak yang durhaka.
Sampai di tempat yang dituju, Mamah sudah menunggu mereka dari tadi. Keduanya langsung masuk dan mencoba beberapa baju yang telah Mamah siapkan, ada dua baju. Yang satu kebaya dan berskap serba putih gading untuk ijab qabul dan satu lagi kebaya modern cantik nan elegant berwarna merah hati dan beskap modern berwarna merah hati juga untuk Adit. Keduanya lekas mencoba baju-baju tersebut. Pernikahan mereka akan tetap meriah karena itu kehendak orang tua mereka, padahal Adit dan Olivia hanya ingin pernikahan sederhana dan hanya mengundang beberapa kerabat saja tapi Mamahnya membuat undangan begitu banyak yang nantinya akan dibagikan pada teman-temannya dan juga teman-teman dari Olivia dan Adit.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...