Part2#Tiktok
Tiktok, Irama Degup Jantung#
Dua hari setelah operasi
penggantian katup jantung yang Jovita jalani. Sekarang keadaannya mulai membaik
setelah katup jantung yang sepuluh tahun lalu dipasang di jantungnya itu di
lepas lalu digantikan dengan katup jantung mekanik. Yang di harapkan bisa
bertahan selamanya.
Mamah lagi ada jadwal operasi
jadi nggak terlihat di kamar rawat Jo. Di dalam kamar hanya ada Papah dan
Jovan, Papah yang menjadi dokter yang mengoperasi Jo terlihat sangat menaruh
harapan agar semuanya baik-baik saja.
Nggak lama kemudian Jo terbangun,
dia melihat kesekelilingnya, dan dia nggak merasa asing dengan tempat itu. Karena
sudah beberapa kali dia keluar masuk rumah sakit dan menempati ruangan yang
sama seperti kali ini.
Papah dan Jovan mendekati Jo yang
terlihat tersenyum. Melihat Jo tersenyum, Papah dan Jovan juga dibuat tersenyum
walau sebenarnya hati Papah dan Jovan masih khawatir dengan keadaan Jo yang
kapan saja bisa melemah.
“Mamah mana?”, tanya Jo lirih.
“Mamah ada operasi, jadi
kesininya nanti”, jawab Jovan.
Jo kembali tersenyum, lalu dipegangnya
dada dimana jantungnya ada di dalamnya. Dia merasakan keanehan dalam tubuhnya. Ada
suara ‘tik tok tik tok’ dalam dadanya.
“Pah, pinjem stetoskopnya”, pinta
Jo.
Papah memberikan stetoskopnya dan
memasangkan di telinga Jo, lalu Jo mengarahkan kepala stetoskop ke dadanya. Benar
jasa, irama degup jantunya sekarang berubah.
Kembali Jo tersenyum, “Papah
nggak kelupaan ninggalin jam tangan di dalam tubuh Jo kan?”, ledek Jo sambil
sedikit tertawa.
Papah dan Jovan di buat tertawa
lagi oleh ulah Jovita. Nggak ada raut wajah sakit dan menderita pada Jo, dia
benar-benar cewek yang kuat, dia bener-bener cewek yang spesial, yang tetap
tersenyum walau keadaannya memprihatinkan. Karena dia buka tipe orang yang suka
di kasihani oleh orang banyak, jadi hanya beberapa orang saja yang mengetahui
tentang kondisi dirinya itu.
---
“Joovviiitttaaaaaa”, ucap Desty
keras saat memasuki kamar rawat Jo.
“Berisik!”, ucap ketus Jovan
menanggapi Desty.
“Biarin! Bukan urusan loe”,
lanjut Desty yang nggak kalah ketus.
Jo yang lagi main PSP sambil
duduk di ranjangnya hanya tersenyum ringan. Desty yang baru kesitu kemarin
mengaku sudah kangen banget sama Jo, dia bener-bener kangen sama Jo. Tapi
pertanyaannya itu Jo Jovan atau Jo Jovita? Dua duanya adja lah ya.
Desty merebut PSP yang Jo
mainkan, “Orang sakit nggak boleh main PSP”, ucap Desty sok ngerti. “Nih pegang
sendok ini aja, terus makan ini”, Desty memberikan Jovita sebuah sendok dan
meletakkan kotak eskrim di meja makan pasien.
Nggak disangka-sangka Jovan
datang mendekat lalu meraih kotak eskrim itu dan juga sendok yang dipegang Jo, “Orang
sakit tuh nggak boleh makan eskrim!”, ucap Jovan sambil berlalu menuju sofa
dekat pintu.
Jo dan Desty memasang ekspresi
yang sama, ekspresi yang sebel banget. Akhirnya mereka hanya mengobrol sambil
menikmati cemilan dan buah segar yang ada, Jovan asyik sendirian makan eskrim
yang enak dan segar banget itu.
---
Seminggu kemudian.
Dikamarnya Jo lagi asyik
mendengarkan musik, tentu saja lagu-lagu yang dinyanyikan Ferdinand yang dia
dengarkan. Nggak lupa dia juga ikut bernyanyi bersama Ferdinand.
Sudah beberapa hari ini Jo hanya
berdiam diri dirumah, dia belum boleh main-main keluar rumah, karena kondisinya
yang masih lemah. Setiap harinya dia nggak boleh lupa mengkonsumsi obat agar
katup jantungnya yang baru tetap bekerja dengan baik.
Tiba-tiba hp-nya berdering, tapi
Jo nggak mendengar suara hp-nya yang berdering karena lagu Ferdinand lebih
keras suaranya. Tapi untungnya dia berbalik badan hendak mengambil sesuatu dan
melihat hp-nya yang bersinar, langsung saja dia matikan musik yang keras tadi.
“Halo”, sapa Jo singkat.
“Idih ketusnya”, keluh Desty dari
seberang sana, “Gue mau ikut nganterin Maya ke airport nih, loe baik-baik ya
dirumah”, lanjut Desty.
“Gue ikut!”, ucap Jo manja.
“Nggak! Nggak boleh! Lagian Maya
juga nggak apa-apa tanpa loe”, ucap Desty tanpa beban sama sekali.
Jo menarik nafas panjang dan
langsung menghembuskannya, “Ya sudah sana pergi”, Jo langsung menutup telfon.
Kembali Jo mendengarkan lagu
faforitnya yang Ferdinand nyanyikan.
Di cafe.
“Sendirian aja boss”, ucap salah
satu karyawan pada Jovan
“Iya nih, tadinya sih Jo minta
ikut, tapi gue larang”, jawab Jovan sambil meletakkan tasnya di salah satu meja
untuk customer. “Bisa minta jus jeruk nggak? Kering nih tenggorokan”, lanjut
Jovan sambil duduk.
“Siap boss!”, ucap karyawan itu
yang langsung pergi untuk mengambil minuman untuk Jovan sang boss-nya.
Jovan merogoh tasnya, dia mencari
sesuatu. Setelah merogoh dia ternyata mencari hp-nya, lalu dia menelfon Jovita
yang ada di rumah.
Cukup lama Jovan menunggu Jo
mengangkat telfon darinya.
Nggak lama kemudian terdengar
suara Jo dari seberang sana, “Ada apa
bang?”, ucapnya begitu saja.
“Loe itu ya, main nyerocos aja. Sapa
dulu dong abang loe yang ganteng nan rupawan ini”, ledek Jovan.
Disaat yang sama ada seorang
pelayan yang mengantarkan minuman untuk Jovan, Jovan membiarkan pelayan itu
lalu pergi begitu saja, tanpa melihat ekspresi wajah dari pelayan itu yang geli
dengan ucapan Jovan tadi.
“Sudah makan apa belum?”, lanjut
Jovan.
“Sudah tadi makan bubur ayam
buatan bibi. Abang masih ada kuliah?”, tanya Jo setelah menjawab pertanyaan
dari Jovan.
Jovan menikmati jus jeruknya, “Nggak
kok, sudah selesai kuliahnya”, jawab Jovan singkat.
“Terus sekarang diman? Lagi di
cafe ya?”, lanjut Jo.
“Ya”, jawab Jovan makin singkat.
“Ntar kalau mau pulang bawain
martabak manis ya bang”, pinta Jo manja.
“Loe kepengin martabak manis? Ya sudah
nanti gue bawain”, jawab Jovan menyanggupi apa yang Jo minta.
Dari dulu Jovan memang menjadi
pelindung bagi Jo. Jovan selalu membantu Jo dan melindungi Jo. Pokoknya dia
sayang banget sama adik perempuan satu-satunya itu, yang nasibnya agak nggak
baik karena harus hidup dengan kondisi jantung yang nggak baik.
---
Desty sudah sampai di rumah
Jovita dan Jovan. Hari ini ada TM buat OSPEK minggu depan, dan mahasiswa baru
wajib berangkat.
Jo dan Desti di terima di
perguruan tinggi yang sama, jurusan yang mereka ambil juga sama, kemungkinan
mereka juga berada di kelas yang sama. Sunggu menyenangkan.
“Loe nggak usah berangkat juga
gak apa-apa”, ucap Jovan pada Jo yang lagi menyisir rambutnya.
“Masa Jo nggak berangkat? Lah gue
sendirian dong”, keluh Desty yang nggak mau sendirian tanpa Jo.
“Gue sudah sembuh bang, tenang
aja”, jawab Jo ringan sambil meletakkan sisir di meja.
“Ya terserah loe aja, asal kalau
ada apa-apa loe langsung bilang sama gue”, lanjut Jovan sambil membuka pintu
kamar Jo. “Jangan lama-lama, gue tunggu dibawah”, ucap Jovan yang kemudian
menutup pintu kamar Jo.
Ketiganya berangkat ke kampus
bersama-sama. Jo meminta Desty yang duduk didepan disamping Jovan, dengan
alasan dia mengantuk jadi memilih duduk dibelakang saja. Padahal sih ingin
mendekatkan Jovan dengan Desty, tapi susahnya minta ampun.
Sesekali Jovan melihat spionnya
untuk melihat keadaan Jo, begitu juga dengan Desty yang beberapa kali juga
melihat kebelakang untuk melihat Jo. Yang diperhatikan malah asyik
senyum-senyum sendiri sambil memegangi dadanya.
“Kenapa loe Jo? Senyum-senyum
sendiri”, tegur Desty.
Jo tersadar, “Gue lagi asyik
dengerin musik dari dada gue. Tik tok tik tok, kenapa bukan jeb ajeb ajeb aja
yah bunyinya?”, ledek Jo sambil tertawa lebar.
“Gila loe!”, ucap Desty.
“Loe tuh bener-bener yah! Orang
yang tahu loe sakit tetap khawatir sama keadaan loe, tapi loe malah kayak gitu.
Bikin gue ragu aja kalau loe itu sakit”, Jovan ikut-ikutan ngomong menanggapi
perkataan Jo tadi.
Mereka sampai juga di kampus,
Jovan langsung mengantarkan Jo dan Desty ke aula, setelah itu dia keruang
penitia dulu untuk breafing. Secara dia ketua acara OSPEK, jadi dia harus
mengontrol semuanya agar berjalan dengan baik sesuai dengan rencana yang telah
disusun.
---
Untuk makan malam kali ini Jo,
Jovan, dan Desty, makan sama-sama di cafe milik Jovan. Setelah capek
beraktifitas hari ini emang asyik makan malam bersama-sama orang-orang
terdekat.
Mereka menikmati dengan lahap
makanan-makanan yang sudah dihidangkan untuk mereka bertiga. Di iringi lantunan
musik yang dibawakan band yang sering manggung di cafe itu membuat suasana
makin nyaman dan betah.
“Hei Desty, loe makan malam
disini juga?”, sapa seorang cowok pada Desty yang sudah hampir selesai dengan
makanannya.
“Hey Boby. Iya gue sering kesini”,
jawab Desty.
“Gue lihat tadi pagi loe
berangkat naik taksi, berarti loe nggak bawa mobil sendiri kan?”, tanya cowok
itu lagi.
Membuat Jovan terlihat sedikit
kesal.
“Iya gue nggak bawa mobil”.
“Kalau gitu pulang bareng gue aja
yuk?”, ajak Boby ramah.
Desty bangkit dari tempat
duduknya, “Ayo”, jawabnya singkat.
Tiba-tiba Jovan juga ikut-ikutan
berdiri, “Desty pulang bareng gue sama Jo, jadi loe nggak perlu repot-repot
nganterin dia”, ucap Jovan serius. “Iya kan Des?”.
Desty terlihat ragu, tapi
akhirnya dia menjawab juga, “Iya”, dengan nada suara gemetar. “Loe pulang
duluan aja”, lanjutnya kemudian duduk kembali.
Jovan juga duduk lagi dan Boby
langsung pergi gitu aja. Keadaan mereka bertiga agak aneh karena kejadian tadi.
Dalam hatinya Desty terus
bertanya-tanya apa maksud dari Jovan yang melarangnya pulang dengan Boby, apa
mungkin Jovan cemburu? Apa Jovan punya rasa yang sama kayak dia? Pemikiran itu
membuat Desty senyum-senyum sendirian.
“Nggak usah berharap lebih, gue
kasih loe tumpangan sampai rumah gue doang. Selebihnya loe bisa naik taksi
kayak loe berangkat tadi pagi”, ucap Jovan ketus kemudian menikmati jus jeruk
kesukaannya.
“Tega banget loe bang!”, timpal
Jo. “Pokoknya loe harus nganterin Desty sampe ke rumahnya”, lanjut Jo tegas.
Desty terlihat kecewa dengan
perkataan Jovan, “Biar gue pulang naik taksi aja. Sampai ketemu besok Jo”,
pamit Desty pada Jo dan mengacuhkan Jovan.
Jo ikut-ikutan bangkit, “Nggak
boleh gitu, loe bareng kita aja”, Jo mencoba menahan sahabatnya itu.
Tapi itu keputusan Desty, nggak
bisa dirubah lagi, “Biar gue pulang naik taksi aja”, lanjut Desty yang langsung
berjalan keluar dari cafe.
Akhirnya Desty pulang sendirian
naik taksi, Jo bener-bener di buak kesal sama kakaknya itu, “Loe kan suka sama
Desty, kenapa loe selalu buat dia sengsara gitu bang? Apa maksud loe
sebenernya?”, tanya Jo dengan nada ketus karena sebel.
Jovan hanya diam, dia nggak
menjawab apa-apa. Dalam hati, Jovan bener-bener nggak berniat berkata kasar
seperti itu pada Desty. Tapi karena dia nggak mau kalau sampai dia ketahuan
suka sama Desty, jadi dia terus menutup-nutupinya dengan berbuat seperti itu. Dia
selalu membuat sebel Desty padahal niat hatinya nggak gitu.
Hahaha, ngakak dgr kata2 jo yg mw irama jantung nya yg tik tok di ganti dgn ajeb2.
BalasHapushahaha... lol
BalasHapusaneh ya??