•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Minggu, 16 Oktober 2011

Jo#2 - Tiktok Tiktok, Irama Degup Jantung


Part2#Tiktok Tiktok, Irama Degup Jantung#

Dua hari setelah operasi penggantian katup jantung yang Jovita jalani. Sekarang keadaannya mulai membaik setelah katup jantung yang sepuluh tahun lalu dipasang di jantungnya itu di lepas lalu digantikan dengan katup jantung mekanik. Yang di harapkan bisa bertahan selamanya.
Mamah lagi ada jadwal operasi jadi nggak terlihat di kamar rawat Jo. Di dalam kamar hanya ada Papah dan Jovan, Papah yang menjadi dokter yang mengoperasi Jo terlihat sangat menaruh harapan agar semuanya baik-baik saja.
Nggak lama kemudian Jo terbangun, dia melihat kesekelilingnya, dan dia nggak merasa asing dengan tempat itu. Karena sudah beberapa kali dia keluar masuk rumah sakit dan menempati ruangan yang sama seperti kali ini.
Papah dan Jovan mendekati Jo yang terlihat tersenyum. Melihat Jo tersenyum, Papah dan Jovan juga dibuat tersenyum walau sebenarnya hati Papah dan Jovan masih khawatir dengan keadaan Jo yang kapan saja bisa melemah.
“Mamah mana?”, tanya Jo lirih.
“Mamah ada operasi, jadi kesininya nanti”, jawab Jovan.
Jo kembali tersenyum, lalu dipegangnya dada dimana jantungnya ada di dalamnya. Dia merasakan keanehan dalam tubuhnya. Ada suara ‘tik tok tik tok’ dalam dadanya.
“Pah, pinjem stetoskopnya”, pinta Jo.
Papah memberikan stetoskopnya dan memasangkan di telinga Jo, lalu Jo mengarahkan kepala stetoskop ke dadanya. Benar jasa, irama degup jantunya sekarang berubah.
Kembali Jo tersenyum, “Papah nggak kelupaan ninggalin jam tangan di dalam tubuh Jo kan?”, ledek Jo sambil sedikit tertawa.
Papah dan Jovan di buat tertawa lagi oleh ulah Jovita. Nggak ada raut wajah sakit dan menderita pada Jo, dia benar-benar cewek yang kuat, dia bener-bener cewek yang spesial, yang tetap tersenyum walau keadaannya memprihatinkan. Karena dia buka tipe orang yang suka di kasihani oleh orang banyak, jadi hanya beberapa orang saja yang mengetahui tentang kondisi dirinya itu.
---
“Joovviiitttaaaaaa”, ucap Desty keras saat memasuki kamar rawat Jo.
“Berisik!”, ucap ketus Jovan menanggapi Desty.
“Biarin! Bukan urusan loe”, lanjut Desty yang nggak kalah ketus.
Jo yang lagi main PSP sambil duduk di ranjangnya hanya tersenyum ringan. Desty yang baru kesitu kemarin mengaku sudah kangen banget sama Jo, dia bener-bener kangen sama Jo. Tapi pertanyaannya itu Jo Jovan atau Jo Jovita? Dua duanya adja lah ya.
Desty merebut PSP yang Jo mainkan, “Orang sakit nggak boleh main PSP”, ucap Desty sok ngerti. “Nih pegang sendok ini aja, terus makan ini”, Desty memberikan Jovita sebuah sendok dan meletakkan kotak eskrim di meja makan pasien.
Nggak disangka-sangka Jovan datang mendekat lalu meraih kotak eskrim itu dan juga sendok yang dipegang Jo, “Orang sakit tuh nggak boleh makan eskrim!”, ucap Jovan sambil berlalu menuju sofa dekat pintu.
Jo dan Desty memasang ekspresi yang sama, ekspresi yang sebel banget. Akhirnya mereka hanya mengobrol sambil menikmati cemilan dan buah segar yang ada, Jovan asyik sendirian makan eskrim yang enak dan segar banget itu.
---
Seminggu kemudian.
Dikamarnya Jo lagi asyik mendengarkan musik, tentu saja lagu-lagu yang dinyanyikan Ferdinand yang dia dengarkan. Nggak lupa dia juga ikut bernyanyi bersama Ferdinand.
Sudah beberapa hari ini Jo hanya berdiam diri dirumah, dia belum boleh main-main keluar rumah, karena kondisinya yang masih lemah. Setiap harinya dia nggak boleh lupa mengkonsumsi obat agar katup jantungnya yang baru tetap bekerja dengan baik.
Tiba-tiba hp-nya berdering, tapi Jo nggak mendengar suara hp-nya yang berdering karena lagu Ferdinand lebih keras suaranya. Tapi untungnya dia berbalik badan hendak mengambil sesuatu dan melihat hp-nya yang bersinar, langsung saja dia matikan musik yang keras tadi.
“Halo”, sapa Jo singkat.
“Idih ketusnya”, keluh Desty dari seberang sana, “Gue mau ikut nganterin Maya ke airport nih, loe baik-baik ya dirumah”, lanjut Desty.
“Gue ikut!”, ucap Jo manja.
“Nggak! Nggak boleh! Lagian Maya juga nggak apa-apa tanpa loe”, ucap Desty tanpa beban sama sekali.
Jo menarik nafas panjang dan langsung menghembuskannya, “Ya sudah sana pergi”, Jo langsung menutup telfon.
Kembali Jo mendengarkan lagu faforitnya yang Ferdinand nyanyikan.
Di cafe.
“Sendirian aja boss”, ucap salah satu karyawan pada Jovan
“Iya nih, tadinya sih Jo minta ikut, tapi gue larang”, jawab Jovan sambil meletakkan tasnya di salah satu meja untuk customer. “Bisa minta jus jeruk nggak? Kering nih tenggorokan”, lanjut Jovan sambil duduk.
“Siap boss!”, ucap karyawan itu yang langsung pergi untuk mengambil minuman untuk Jovan sang boss-nya.
Jovan merogoh tasnya, dia mencari sesuatu. Setelah merogoh dia ternyata mencari hp-nya, lalu dia menelfon Jovita yang ada di rumah.
Cukup lama Jovan menunggu Jo mengangkat telfon darinya.
Nggak lama kemudian terdengar suara Jo dari seberang sana, “Ada  apa bang?”, ucapnya begitu saja.
“Loe itu ya, main nyerocos aja. Sapa dulu dong abang loe yang ganteng nan rupawan ini”, ledek Jovan.
Disaat yang sama ada seorang pelayan yang mengantarkan minuman untuk Jovan, Jovan membiarkan pelayan itu lalu pergi begitu saja, tanpa melihat ekspresi wajah dari pelayan itu yang geli dengan ucapan Jovan tadi.
“Sudah makan apa belum?”, lanjut Jovan.
“Sudah tadi makan bubur ayam buatan bibi. Abang masih ada kuliah?”, tanya Jo setelah menjawab pertanyaan dari Jovan.
Jovan menikmati jus jeruknya, “Nggak kok, sudah selesai kuliahnya”, jawab Jovan singkat.
“Terus sekarang diman? Lagi di cafe ya?”, lanjut Jo.
“Ya”, jawab Jovan makin singkat.
“Ntar kalau mau pulang bawain martabak manis ya bang”, pinta Jo manja.
“Loe kepengin martabak manis? Ya sudah nanti gue bawain”, jawab Jovan menyanggupi apa yang Jo minta.
Dari dulu Jovan memang menjadi pelindung bagi Jo. Jovan selalu membantu Jo dan melindungi Jo. Pokoknya dia sayang banget sama adik perempuan satu-satunya itu, yang nasibnya agak nggak baik karena harus hidup dengan kondisi jantung yang nggak baik.
---
Desty sudah sampai di rumah Jovita dan Jovan. Hari ini ada TM buat OSPEK minggu depan, dan mahasiswa baru wajib berangkat.
Jo dan Desti di terima di perguruan tinggi yang sama, jurusan yang mereka ambil juga sama, kemungkinan mereka juga berada di kelas yang sama. Sunggu menyenangkan.
“Loe nggak usah berangkat juga gak apa-apa”, ucap Jovan pada Jo yang lagi menyisir rambutnya.
“Masa Jo nggak berangkat? Lah gue sendirian dong”, keluh Desty yang nggak mau sendirian tanpa Jo.
“Gue sudah sembuh bang, tenang aja”, jawab Jo ringan sambil meletakkan sisir di meja.
“Ya terserah loe aja, asal kalau ada apa-apa loe langsung bilang sama gue”, lanjut Jovan sambil membuka pintu kamar Jo. “Jangan lama-lama, gue tunggu dibawah”, ucap Jovan yang kemudian menutup pintu kamar Jo.
Ketiganya berangkat ke kampus bersama-sama. Jo meminta Desty yang duduk didepan disamping Jovan, dengan alasan dia mengantuk jadi memilih duduk dibelakang saja. Padahal sih ingin mendekatkan Jovan dengan Desty, tapi susahnya minta ampun.
Sesekali Jovan melihat spionnya untuk melihat keadaan Jo, begitu juga dengan Desty yang beberapa kali juga melihat kebelakang untuk melihat Jo. Yang diperhatikan malah asyik senyum-senyum sendiri sambil memegangi dadanya.
“Kenapa loe Jo? Senyum-senyum sendiri”, tegur Desty.
Jo tersadar, “Gue lagi asyik dengerin musik dari dada gue. Tik tok tik tok, kenapa bukan jeb ajeb ajeb aja yah bunyinya?”, ledek Jo sambil tertawa lebar.
“Gila loe!”, ucap Desty.
“Loe tuh bener-bener yah! Orang yang tahu loe sakit tetap khawatir sama keadaan loe, tapi loe malah kayak gitu. Bikin gue ragu aja kalau loe itu sakit”, Jovan ikut-ikutan ngomong menanggapi perkataan Jo tadi.
Mereka sampai juga di kampus, Jovan langsung mengantarkan Jo dan Desty ke aula, setelah itu dia keruang penitia dulu untuk breafing. Secara dia ketua acara OSPEK, jadi dia harus mengontrol semuanya agar berjalan dengan baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.
---
Untuk makan malam kali ini Jo, Jovan, dan Desty, makan sama-sama di cafe milik Jovan. Setelah capek beraktifitas hari ini emang asyik makan malam bersama-sama orang-orang terdekat.
Mereka menikmati dengan lahap makanan-makanan yang sudah dihidangkan untuk mereka bertiga. Di iringi lantunan musik yang dibawakan band yang sering manggung di cafe itu membuat suasana makin nyaman dan betah.
“Hei Desty, loe makan malam disini juga?”, sapa seorang cowok pada Desty yang sudah hampir selesai dengan makanannya.
“Hey Boby. Iya gue sering kesini”, jawab Desty.
“Gue lihat tadi pagi loe berangkat naik taksi, berarti loe nggak bawa mobil sendiri kan?”, tanya cowok itu lagi.
Membuat Jovan terlihat sedikit kesal.
“Iya gue nggak bawa mobil”.
“Kalau gitu pulang bareng gue aja yuk?”, ajak Boby ramah.
Desty bangkit dari tempat duduknya, “Ayo”, jawabnya singkat.
Tiba-tiba Jovan juga ikut-ikutan berdiri, “Desty pulang bareng gue sama Jo, jadi loe nggak perlu repot-repot nganterin dia”, ucap Jovan serius. “Iya kan Des?”.
Desty terlihat ragu, tapi akhirnya dia menjawab juga, “Iya”, dengan nada suara gemetar. “Loe pulang duluan aja”, lanjutnya kemudian duduk kembali.
Jovan juga duduk lagi dan Boby langsung pergi gitu aja. Keadaan mereka bertiga agak aneh karena kejadian tadi.
Dalam hatinya Desty terus bertanya-tanya apa maksud dari Jovan yang melarangnya pulang dengan Boby, apa mungkin Jovan cemburu? Apa Jovan punya rasa yang sama kayak dia? Pemikiran itu membuat Desty senyum-senyum sendirian.
“Nggak usah berharap lebih, gue kasih loe tumpangan sampai rumah gue doang. Selebihnya loe bisa naik taksi kayak loe berangkat tadi pagi”, ucap Jovan ketus kemudian menikmati jus jeruk kesukaannya.
“Tega banget loe bang!”, timpal Jo. “Pokoknya loe harus nganterin Desty sampe ke rumahnya”, lanjut Jo tegas.
Desty terlihat kecewa dengan perkataan Jovan, “Biar gue pulang naik taksi aja. Sampai ketemu besok Jo”, pamit Desty pada Jo dan mengacuhkan Jovan.
Jo ikut-ikutan bangkit, “Nggak boleh gitu, loe bareng kita aja”, Jo mencoba menahan sahabatnya itu.
Tapi itu keputusan Desty, nggak bisa dirubah lagi, “Biar gue pulang naik taksi aja”, lanjut Desty yang langsung berjalan keluar dari cafe.
Akhirnya Desty pulang sendirian naik taksi, Jo bener-bener di buak kesal sama kakaknya itu, “Loe kan suka sama Desty, kenapa loe selalu buat dia sengsara gitu bang? Apa maksud loe sebenernya?”, tanya Jo dengan nada ketus karena sebel.
Jovan hanya diam, dia nggak menjawab apa-apa. Dalam hati, Jovan bener-bener nggak berniat berkata kasar seperti itu pada Desty. Tapi karena dia nggak mau kalau sampai dia ketahuan suka sama Desty, jadi dia terus menutup-nutupinya dengan berbuat seperti itu. Dia selalu membuat sebel Desty padahal niat hatinya nggak gitu.

to be continued....





2 komentar:

  1. Hahaha, ngakak dgr kata2 jo yg mw irama jantung nya yg tik tok di ganti dgn ajeb2.

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...