•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Senin, 19 September 2011

Jodoh Buatan [Part 5]


“Mbok tolong bikinin bubur ya, terus anterin ke kamar. Tapi inget jangan bilang-bilang sama Mamah dan Papah”, Adit meminta pembantunya itu untuk membuatkan bubur.
Dia kembali kekamarnya dan terlihat Olivia masih tertidur pulas, tergambar simpul kecil senyum dibibir Adit yang langsung beranjak kekamar mandi untuk mandi.
Hari ini Olivia nggak ada kuliah, tapi Adit ada kuliah jadinya pagi-pagi gini sudah siap-siap. Setelah selesai ganti baju, Adit membukakan pintu kamarnya untuk si mbok yang dari tadi sudah mengetuk pintu. “Makasih ya mbok.” Adit kembali menutup pintu kamarnya.
Sesaat setelah Adit meletakkan nampan di meja, Olivia terbangun dan langsung duduk sambil memegangi kepalanya karena terasa pening, Adit mendekat dan lagi-lagi mengecek suhu tubuh Oliv.
“Gue nggak kenapa-napa”, ucap Oliv sambil menepis tangan Adit.
Raut wajah Adit berubah makin serius, “Nggak kenapa-napa gimana, kamu itu tadi malem bikin aku bener-bener nggak bisa tidur!”, nada suara Adit naik.
Olivia sedikit terkejut dengan perkataan Adit, “Apa? Aku bikin kamu nggak bisa tidur gitu?”.
Buru-buru Adit mengoreksi kalimatnya, “Bukan, maksud gue itu ya loe bikin repot gue. Gue terus-terusan gantiin kompresan loe jadi gue nggak bisa tidur”. Suara Adit tergagap. “Sudahlah, nggak usah dibahas lagi, mandi sana. Terus makan tuh bubur yang ada diatas meja, gue mau kuliah dulu”, ucap Adit sambil berlalu menjauh dari Olivia.
Adit keluar dari kamarnya dan meninggalkan Oliv didalam. Oliv pergi untuk mandi.
Selesai mandi Olivia menghampiri makanan yang ada dimeja. Ada bubur, segelas susu coklat, segelas air putih, dan beberapa potongan buah-buahan. Dia tersenyum, “Makasih Dit”. Lalu dia menikmati hidangan yang telah disajikan.
Niat Oliv hari ini yaitu ngerjain proyek yang dosennya kasih buat dia. Sudah dua hari ini dia kerja keras buat menyelesaikan proyek itu agar dapat selesai tepat waktu dengan hasil yang memuaskan. Walau sekarang dia merasa nggak enak badan tapi dia memaksakan diri untuk menyelesaikan itu semua.
Disti dan Adit, keduanya lagi makan siang di kantin kampus. Nggak jauh dari situ ada Rama yang ternyata sekarang kuliah di kampus yang sama dengan mereka. Rama asyik sendirian membaca buku sambil mendengarkan musik melalui ear phonenya.
Rama bangkit dari posisinya yang sekarang dan bergegas pergi dari situ karena melihat sosok seorang Olivia, “Oliv, tunggu!”, teriaknya sebagai upaya menghentikan langkah Olivia.
Mendengar itu Adit langsung mengarahkan pandangan ke sosok yang dilihat Rama, ternyata memang Olivia. Olivia ada di kampus. Ingin rasanya Adit menghampiri Oliv tapi ada Disti disitu yang membuatnya nggak bisa mengejar Olivia. Melihat kejadian kemarin Adit mulai ragu dengan Disti, dia sekarang mulai berfikir mungkin selama ini yang sering menyakiti yaitu Disti bukannya Oliv. Dia benar-benar bingung harus berbuat apa.
“Mau kemana? Bukannya kamu nggak ada kelas hari ini?”, tanya Rama yang seolah-olah sudah tahu jadwal kelasnya Oliv.
Oliv kembali berjalan beriringan dengan Rama, “Aku mau ke perpus, ada buku yang harus aku pinjam”, jawab Oliv sambil berjalan dengan sesekali memegangi perut bagian kanannya.
Sesekali Oliv merasakan sakit di bagian itu, entah karena apa. Mungkin karena perlakuan yang dia terima dari Disti.
“Dit nonton yuk?”, ajak Disti manja.
Adit mengambil tasnya, “Jangan sekarang ya, aku mau ke perpus dulu”, jawab Adit yang langsung berlalu pergi tanpa mempedulikan adanya Disti disitu.
Disti yang sebel hanya terduduk manyun sendirian disitu.
Di perpustakaan kampus, Rama lagi menemani Oliv memilih-milih buku. Dia juga membantu membawakan buku-buku yang nantinya Oliv pinjam.
Nggak lama kemudian Adit juga masuk ke perpustakaan, dia nggak tahu kalau Rama dan Oliv ada disitu juga. Dia berkeliling untuk mencari buku dan tepat di sebuah lorong dia melihat Rama dan Oliv yang terlihat sangat akrab dan dekat. Terasa api berkecamuk dalam dadanya, mungkinkah sekarang Adit merasakan cemburu karena Oliv dekat dengan laki-laki lain?
“Aku pilih yang ini aja lah, paling lengkap”, ucapnya sambil mengambil satu buku.
Rama mengangguk, “Ok. Berarti habis ini kita bisa makan dulu kan?”, ajak Rama lagi.
“Siap bos”, jawab Oliv siap. “Tapi jagain buku sama tas aku dulu ya, aku mau ke toilet”, pamit Oliv seketika itu juga.
Rama kembali mengangguk, dia memasukkan buku itu dalam tas Olivia setelah melakukan prosedur peminjaman. Adit yang intinya hanya ingin menghindari Disti makanya ke situ menghampiri Rama yang tengah membawakan tas Olivia.
“Loe cowoknya Oliv?”, tanya Adit saat itu juga.
Mereka berdua berjalan beriringan keluar dari ruangan perpuastakaan.
“Loe kan suaminya”, jawab Rama singkat.
Adit tersenyum sinis, “Ya karna gue suaminya, jadi gue minta loe nggak deket-deket sama Oliv lagi!”
Terdengar tawa singkat dari Rama, “Loe cemburu?”
Adit diam nggak menjawab.
Rama melanjutkan perkataannya, “Kalo loe cemburu ngapain loe juga jalan sama cewek lain? Disti itu cewek loe kan?”
“Ya. Disti memang cewek gue. Tapi Oliv itu istri gue, jadi gue nggak bakal biarin seorang cowokpun yang berniat ngedekatin dia”, ucap Adit tegas sambil meraih tasnya Oliv yang di bawa Rama.
Lalu Adit pergi meninggalkan Rama yang terlihat tersenyum, entah senangkah atau siniskah. Adit berjalan menyusuri koridor yang sepi sendirian. Waktu dia menyusuri tangga langkahnya terhenti karena mendengar suara Disti dan Oliv yang sedang beradu mulut.
‘Plaak’. Disti menampar pipi kanan Oliv.
“Sudah gue bilang, gue sudah nggak mau cari masalah sama loe lagi. Kenapa loe selalu bikin gue sakit?”, tanya Oliv dengan nada tinggi masih memegangi pipinya yang sakit.
Disti tertawa sinis, “Gue marah sama loe yang sudah bikin Adit menolak ajakan gue tadi, dia malah milih nyamperin loe di perpus”.
Flash back, ternyata tadi Disti mengikuti kemana Adit pergi dan melihat ada Oliv juga di sama yang membuatnya marah.
“Adit ngecuekin gue gara-gara loe!”, Disti melanjutkan kalimatnya.
Adit terdiam, dia terkejut melihat itu semua. Ternyata selama ini kejadiannya seperti itu.
Oliv membela diri, “Gue nggak pernah ketemu dia di perpus tadi. Jadi loe itu nggak perlu khawatir gue akan merebut Adit dari tangan loe”, ucap Oliv sambil berusaha beranjak pergi.
Tapi Disti malah menarik tangannya dengan keras sehingga tubuhnya terbanting ke tembok, dan perut sisi kanan Oliv kembali terbentur sekarang terbentur keras ke gagang tangga. Oliv jatuh terduduk karena rasa sakit yang dia rasakan, dia merintih kesakita. Tapi Disti yang nggak berperikemanusiaan menjambak rambut Oliv.
“Stop!”, teriak keras Adit. Dia bergegas menuruni tangga untuk menghentikan itu semua.
Disti yang terkejut dengan kedatangan Adit menjadikan dirinya diam dan nggak bisa berbuat apa-apa.
“Nyesel! Bener-bener nyesel gue percaya sama loe!”, Adit marah besar pada Disti.
Disti terus mengucapkan kata-kata maaf tapi nggak Adit hiraukan. Olivia terlihat lemah dan hampir pingsan karena menahan sakit, Adit langsung menolongnya. Disisi lain Rama juga melihat itu semua, dia sangat khawatir dengan keadaan Olivia tapi dia sedikit lega karena Adit sudah menolong Olivia dan tahu semuanya.
“Nggak apa-apa kok Mah, Pah. Oliv baik-baik aja”, ucap Oliv.
Sekarang dia ada di sebuah kamar rumah sakit. Adit membawa Oliv kerumah sakit karena takut terjadi apa-apa sama Oliv. Sebuah tulang rusuk sebelah kanan di tubuh Oliv mengalami keretakan walaupun nggak terlalu parah tapi dokter menyarankan agar Oliv di rawat intensif dulu di rumah sakit.
“Sudah malem Pah, Mah. Mendingan Papah sama Mamah pulang aja, biar Adit yang ngejagain Oliv disini.”
“Ya sudah, Papah sama Mamah pulang dulu. Jaga Oliv baik-baik ya”, pamit Papah.
Papah dan Mamah pulang juga sekarang tinggal ada Oliv dan Adit di ruangan itu.
Oliv duduk di atas ranjang dan berusaha mengambil tasnya yang ada kursi dekatnya, tapi tangannya terlalu pendek untuk dapat menjangkau tasnya. Dengan cepat Adit membantu Oliv mengambil tas. “Makasih”, ucap Oliv.
Dikeluarkannya leptop dari dalam tasnya, juga beberapa buku dan juga buku yang dia pinjam dari perpustakaan tadi. Tapi Adit langsung merebut laptop itu dan mengambil juga beberapa buku-buku, “Kamu harus istirahat. Maksud gue, loe kan lagi sakit jadi mendingan istirahat aja”, Adit meralat perkataannya.
“Tapi gue ada tugas yang harus selesai malam ini, besok harus di serahin ke dosen. Please, balikin laptop sama buku gue”, rengek Oliv memelas. “Please”.
Adit nggak bisa melihat Oliv yang memelas seperti itu, akhirnya dia menyerahkan kembali semuanya. Oliv terlihat senang lalu dia membuka latopnya kembali tapi terdengar suara berisik pintu yang terbuka, pandangan keduanya mengarah ke pintu. Ternyata yang datang itu Rama.
Dia masuk dan langsung menghampiri Oliv, sekarang Rama yang merebut laptop itu, “Jangan ngerjain proyek ini dulu”, ucapnya sambil meletakkan laptop dan buku-buku dimeja. Lalu dia mengambil sebuah bungkusan, “Mendingan nikmatin yang ini dulu”.
Dua cup Americano ukuran reguler untuknya dan Oliv serta satu kotak cireng bandung, keduanya adalah faforit Olivia. Rama tahu itu semua tapi Adit nggak. Olivia terlihat sangat senang sekali, dimakannya cepat-cepat makanan, lalu menikmati Americano yang masih panas. Tapi karena kebanyakan bergerak dia merasakan sakit lagi di perut sebelah kanannya.
Adit nggak nyaman ada di posisi itu, dia beranjak pergi. Dia sudah menggenggam gagang pintu tapi langsung dihalangi oleh Oliv, “Mau kemana? Sini gabung sama kita”, ajak Oliv.
Walau ragu akhirnya Adit ikut bergabung. Karena nggak ada kursi lagi dia duduk di sebelah kiri ranjang Oliv dan Rama duduk di kursi yang ada di sebelah kanan Oliv. Oliv memberikan kopinya pada Adit, “Cobain nih, lebih enak dari cappuccino”.
Lagi-lagi Adit merasa ragu tapi Oliv memaksanya, Aditpun menikmati Americano milik Oliv. Tanpa berkomentar apa-apa Adit meletakkan cup kopi itu ketempatnya lagi. “Gimana? Enakkan?”, tanya Oliv lagi.
Adit hanya mengangguk.
Cukup lama Rama ada disitu, setelah apa yang dia bawa habis dinikmati oleh Oliv lalu dia pamit pulang karena memang sudah malam.
Adit merapikan semuanya dan pergi keluar untuk membuang sampah. Oliv kembali membuka laptopnya untuk menyelesaikan proyek yang dosennya percayakan pada dirinya itu. Karena pengaruh americano tadi Olivia jadi nggak merasakan kantuk dan dengan cepat menyelesaikan proyeknya itu. Adit kembali kekamar dan duduk di sofa tanpa mengganggu Oliv yang sedang serius.
Jam menunjukkan pukul 2 dini hari, Adit tertidur di sofa, Oliv masih menyelesaikan tugasnya. Nggak lama kemudian akhirnya selesai juga apa yang dia kerjakan, nggak lupa file-filenya langsung disimpan. Adit terbangun karena Oliv berisik menjangkau sesuatu, Adit mendekat dan membantunya mengambilkan flash disk yang ada di tas, “Butuh ini?”.
Olivia mengangguk seketika.
“Tinggal di save ke flash disk ini kan? Biar aku aja, maksud gue biar gue aja yang ngerjain. Kamu..”, Adit geram karena kata-katanya selalu salah, “Terserahlah mau aku kamu atau loe gue, mendingan kamu istirahat aja”. Adit merapikan buku-buku dan memasukkannya dalam tas Oliv, dia juga mengambil latop itu dan meletakkannya di meja dekat sofa.
Olivia rebahan lagi sambil menahan sakit, Adit menaikkan selimutnya.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...