•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Senin, 19 September 2011

Jodoh Buatan [Part 2]


Seminggu sebelum acara pernikahan berlangsung, undangan sudah 90% tersebar termasuk pada teman-teman Adit dan Olivia. Berita itu menghebohkan kampus dan menjadi topik perbincangan nomer satu di kampus mengingat keduanya memang sosok yang terkenal dan sering dibicarakan di kampus.
Adit yang merupakan idola di kampus dan juga salah satu mahasiswa berprestasi membuatnya banyak dikenal orang, begitu juga dengan Olivia yang terkenal nggak punya teman dan sombong, tapi Olivia memiliki kelebihan karena dia juga salah satu mahasiswa yang berprestasi di kampus itu.
“Menikah?”, tanya Selly terkejut pada Fani yang sedang memegang undangan pernikahan yang ditujukan kepadanya.
Fani teman sekelas Adit dan Selly teman sekelas Olivia juga Disti tapi Selly lebih bersahabat dengan Disti bisa dibilang mereka satu geng.
“Loe nggak dapet undangannya?”, tanya Fani setelah melihat keterkejutan Selly.
Selly menggelengkan kepalanya, “Mana mungkin teman-teman kelas gue di undang, di kelas kan Oliv nggak punya temen!”
Tiba-tiba Disti datang yang membuat Selly dan Fani merasa terkejut, Fani berusaha untuk menyembunyikan undangan itu tapi keburu direbut oleh Disti. Lagi-lagi, Disti merasa tersambar petir di siang bolong, dengan mata berkaca-kaca dia membawa undangan itu menuju kelas Adit.  Tapi mereka bertemu disebuah koridor dan Disti langsung melemparkan undangan tersebut ke wajah Adit.
“Apa maksud semua itu?”, tanyanya keras.
Adit melihat sebuah undangan terbang didepan matanya dan membiarkan undangan itu terjatuh kelantai. Dengan cepat diraihnya kedua tangan Adit, “Ini nggak seperti apa yang kamu pikirkan. Ini salah paham!”, ucap Adit mencoba menenangkan Disti.
“Terus kenapa ada undangan itu?”, tanya Disti.
Adit menghela nafas, “Ya! Aku sama Oliv memang akan menikah minggu depan”, ucapnya menjelaskan. Adit buru-buru melanjutkan kalimatnya karena tangan Disti terlepas dari genggamannya, “Tapi itu semua bukan kehendak aku sama Oliv, ini perjodohan!”
Tapi Disti tetap nggak terima itu semua, Disti pergi menjauh dari Adit dan lagi-lagi Adit nggak mengejar Disti. Dia ingin mengejarnya tapi dia bingung akan berkata apa pada Disti agar Disti percaya padanya. Disti yang sedang menangis berjalan masuk ke toilet dan nggak disangka-sangka Olivia ada di toilet itu juga, dengan cepat Disti langsung menyudutkan Olivia ke tembok dan berusaha mencekik leher Olivia.
“Loe harus mati!”, ancam Disti yang terlihat sangat kacau. Rambutnya acak-acakan dan air matanya terus mengalir.
Olivia yang nggak mau mati konyol di tangan Disti langsung menjambak rambut Disti membuat Disti berlaku yang sama yaitu menjambak rambur Olivia juga. Toilet itu sepi, hanya mereka berdua yang ada didalam. Gantian Olivia yang memojokkan Disti ke tembok, tapi dengan keras Disti kembali mendorong Olivia ke tembok, keduanya bertengkar hebat. Dalam posisi yang terjepit Oliv mendong Disti menjauh sampai akhirnya ada seseorang yang masuk. Disti langsung merubah posisinya, dia menarik tangan Oliv dan meletakkannya di kerah bajunya lalu dia terduduk di lantai, agar orang yang datang itu mengira Disti yang di bully oleh Olivia.
Ternyata yang masuk itu bukan hanya satu orang tapi banyak orang karena dari luar samar-samar terdengar suara pertengkaran yang cukup membuat penasaran, tentu saja mereka sangat terkejut melihat Oliv dan Disti yang terlihat kacau karena bertarung. Ada Selly disana yang langsung mendekati mereka berdua, “Loe gila ya?! Loe mau bunuh Disti setelah loe ngambil Adit dari dia?!”, bentak Selly keras sambil mendorong tubuh Olivia hingga Olivia tersungkur dan jatuh.
Semuanya langsung mengolok-olok Olivia atas pertengkaran itu, mereka pikir Olivia yang telah memulai itu semua. Setelah Disti telah mereka selamatnya, Olivia dibiarkan begitu saja didalam toilet itu. Olivia memegang lehernya yang terasa sakit, ada bekas tangan yang mencekik leher Oliv dan sedikit lecet juga lehernya itu karena goresan dari kuku Disti.
Berita itu dengan cepat beredar dan sampai juga di telinga Adit yang langsung tergesa-gesa mencari Disti yang masih dia anggap pacarnya itu. Disti sedang ada di klinik kampus untuk mendapatkan perawatan, padahal sih dia nggak kenapa-napa. Secara Oliv hanya menjambak rambutnya. Adit melihat Disti yang sedang beristirahat di klinik kampus tersebut, ada seorang perawat yang menghampirinya.
“Dia baik-baik saja, nggak ada luka ditubuhnya. Hanya dia mengaku sakit kepala, mungkin tadi dia sempat jambak-jambakan. Sebentar lagi pasti dia sehat kembali”, ucap perawat itu mengenai kondisi Disti.
Disti membuka matanya dan melihat ada Adit di sampingnya yang menunggu dirinya sadar. “Aku nggak mau lihat kamu lagi, pergi!”, Adit di usir.
“Nggak!”, Adit nggak mau pergi. Dia kembali menjelaskan semuanya pada Disti dan membuat Disti tenang dan mau baikan dengannya.
Setelah itu Adit meminta Disti untuk istirahat lagi sementara itu dia lekas pergi untuk menemui Olivia. Dia bertanya pada orang-orang yang dia temui, tapi nggak ada seorangpun yang mengetahui keberadaan Olivia, sampai akhirnya Adit bertemu dengan Fani dan Fani tahu dimana Olivia. Adit bergegas menuju tempat yang Fani tunjukkan. Terlihat Olivia sedang duduk sendirian di bangku taman, dia sudah rapi kembali dan melanjutkan membaca buku.
“Loe gila atau apa sih? Disti itu cewek gue! Ya memang kita akan menikah tapi gue tetep sayang sama Disti, dan loe harus tahu itu!”, benar-benar kasar, Adit membentak Olivia.
Olivia tersenyum sambil menutup bukunya dan bangkit dari tempat duduk menatap tajam Adit, “Loe yang gila! Dan suatu saat loe bakalan menyadari kalau loe itu gila, karena loe percaya sama Disti!”, ucap Olivia nggak mau kalah, dia mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Adit.
Adit nggak ngerti sama apa yang Olivia katakan tadi.
Olivia pulang naik taksi kerumahnya dan langsung mengurung diri dikamar. Dipandangnya lekat-lekat foto Bundanya yang sudah meninggal sejak kelahiran Oxel. “Bunda, apa Oliv harus ngelakuin ini semua?”, yang dimaksud itu perjodohan. “Oliv menikah dengan orang yang sayang sama orang lain, jujur Oliv juga nggak suka sama dia? Kenapa ini semua membingungkan?”, Oliv terus menanyakan itu semua pada foto Bundanya.
Disti pulang diantar  oleh Adit, dan Adit terus meyakinkan bahwa ini semua akan lebih baik lagi dan keduanya akan tetap bersama.
Hari H pernikahan Adit dan Olivia.
Olivia sedang didandani di sebuah ruangan didalamnya juga ada Adit, Oxel, dan Mamah Adit. Si perias melihat luka kecil di leher Oliv dan ada lebam membentuk gambar tangan walaupun terlihat samar tapi Olivia nggak bisa menutupinya. “Leher kamu kenapa? Kayak ada bekas cekikan.”, tanya si perias itu.
Adit dan Mamahnya terkejut. Mamah mendekati Olivia dan melihat leher Oliv dengan matanya sendiri, “Ya ampun sayang, siapa yang mencekik kamu? Bilang sama Mamah!”, tanya Mamah dengan penuh perhatian.
Disisi lain Adit mulai teringat kembali dengan kejadian perkelahian antara Disti dan Olivia, apa mungkin itu karena di cekik Disti? Adit terus berpikiran seperti itu tapi dia nggak mau memikirkannya terlalu lama. Olivia buru-buru menjelaskan kenapa lehernya seperti ini, dengan alasan yang nggak masuk akal tapi ya sudahlah, Olivia kembali di dandani.
Beberapa kerabat dari keduanya sudah berada di tempat ijab qobul begitu juga dengan Adit dan Olivia yang juga sudah siap disana. Acara dimulai, semua persiapan untuk pernikahan itu telah selesai disiapkan, tangan penghulu dan tangan Adit bersalaman dan penghulu mulai mengucapkan kalimat sakral dan setelah kalimat itu selesai sang penghulu menggoyangkan tangannyasebagai pertanda Adit untuk melanjutkan kalimatnya, “Saya terima nikah dan kawinnya Olivia Putria Wijaya dengan maskawin tersebut, tunai!”.
Nggak disaknga-sangka, Adit mengucapkan kalimat itu dengan lancar tanpa gangguan. Padahal tadinya Adit mau menggagalkan kalimatnya itu tapi yang terlontar dari mulutnya adalah kalimat yang tepat dan akurat. Tentu saja para saksi menganggap itu semua sah, dan sah lah mereka menjadi sepasang suami istri. Saatnya untuk Adit mengecup kening Olivia dan setelah itu giliran Olivia yang mencium tangan Adit yang kini merupakan suaminya.
Dirumahnya Disti sangat menunggu-nunggu kabar dari Adit yang berniat menggagalkan pernikahan itu tapi faktanya Adit dan Olivia sudah menjadi suami istri.
Sampai sore Disti menunggu tapi nggak ada kabar, lalu dia bersiap-siap dengan gaunnya untuk pergi keacara resepsi pernikahan Adit dan musuhnya Olivia.
Di tempat resepsi pernikahan keduanya sudah banyak tamu yang berdatangan, sangat terlihat aura bahagia diwajah orang tua Adit dan  Olivia, Adit dan Olivia juga terlihat merekahkan senyuman walaupun itu terpaksa demi menyenangkan kedua orang tuanya. Selly dan Fani datang bersama dan naik kepelaminan untuk mengucapkan selamat pada Adit dan Olivia, lalu mereka berfoto bersama.
Sampai juga Disti di acara itu, bukan sedih dan kecewa lagi yang dia rasakan, tapi kemarahan yang dalam pada Olivia. Beberapa teman sekampusnya memanggil Disti tapi dia mengacuhkannya dan berjalan terus menuju pelaminan, matanya terus tertuju pada Adit dan Olivia sampai mengacuhkan orang tua Adit.
Tapi Mamah dengan cepat meraih tangan Disti dan menariknya, “Ngapain kesini? Nggak pernah ada undangan buat kamu!”, ucap Mamah yang nggak suka dengan Disti.
Disti melepaskan tangannya dai cengkraman Mamah dan mengabaikannya, dia berjalan menuju Adit dan Olivia. Disti menjabat tangan Adit, “Selamat!”, ucapnya singkat.
Adit enggan untuk melepaskan tangan Disti tapi Disti mencoba terus melepaskannya sampai akhirnya terlepas juga, giliran Disti yang menyalami Olivia, “Gue belum kalah! Loe bakalan nyesel pernah berurusan sama gue!”, ucap Disti sambil menyalami tangan Olivia dan mendekatkan mulutnya ke telinga Olivia, sambil berpura-pura cipika-cipiki sama Oliv sambil membisikan kata-kata itu.
“Terima kasih”, ujar Oliv singkat dengan senyuman merekah.
Tamu-tamu yang lain juga naik ke pelaminan untuk memberikan selamat pada pasangan pengantin baru itu.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...