Seminggu
sebelum acara pernikahan berlangsung, undangan sudah 90% tersebar termasuk pada
teman-teman Adit dan Olivia. Berita itu menghebohkan kampus dan menjadi topik
perbincangan nomer satu di kampus mengingat keduanya memang sosok yang terkenal
dan sering dibicarakan di kampus.
Adit yang
merupakan idola di kampus dan juga salah satu mahasiswa berprestasi membuatnya
banyak dikenal orang, begitu juga dengan Olivia yang terkenal nggak punya teman
dan sombong, tapi Olivia memiliki kelebihan karena dia juga salah satu
mahasiswa yang berprestasi di kampus itu.
“Menikah?”,
tanya Selly terkejut pada Fani yang sedang memegang undangan pernikahan yang
ditujukan kepadanya.
Fani teman
sekelas Adit dan Selly teman sekelas Olivia juga Disti tapi Selly lebih
bersahabat dengan Disti bisa dibilang mereka satu geng.
“Loe nggak
dapet undangannya?”, tanya Fani setelah melihat keterkejutan Selly.
Selly
menggelengkan kepalanya, “Mana mungkin teman-teman kelas gue di undang, di
kelas kan Oliv nggak punya temen!”
Tiba-tiba Disti
datang yang membuat Selly dan Fani merasa terkejut, Fani berusaha untuk
menyembunyikan undangan itu tapi keburu direbut oleh Disti. Lagi-lagi, Disti
merasa tersambar petir di siang bolong, dengan mata berkaca-kaca dia membawa
undangan itu menuju kelas Adit. Tapi mereka
bertemu disebuah koridor dan Disti langsung melemparkan undangan tersebut ke
wajah Adit.
“Apa maksud
semua itu?”, tanyanya keras.
Adit melihat
sebuah undangan terbang didepan matanya dan membiarkan undangan itu terjatuh
kelantai. Dengan cepat diraihnya kedua tangan Adit, “Ini nggak seperti apa yang
kamu pikirkan. Ini salah paham!”, ucap Adit mencoba menenangkan Disti.
“Terus kenapa
ada undangan itu?”, tanya Disti.
Adit menghela
nafas, “Ya! Aku sama Oliv memang akan menikah minggu depan”, ucapnya
menjelaskan. Adit buru-buru melanjutkan kalimatnya karena tangan Disti terlepas
dari genggamannya, “Tapi itu semua bukan kehendak aku sama Oliv, ini
perjodohan!”
Tapi Disti
tetap nggak terima itu semua, Disti pergi menjauh dari Adit dan lagi-lagi Adit
nggak mengejar Disti. Dia ingin mengejarnya tapi dia bingung akan berkata apa
pada Disti agar Disti percaya padanya. Disti yang sedang menangis berjalan
masuk ke toilet dan nggak disangka-sangka Olivia ada di toilet itu juga, dengan
cepat Disti langsung menyudutkan Olivia ke tembok dan berusaha mencekik leher
Olivia.
“Loe harus
mati!”, ancam Disti yang terlihat sangat kacau. Rambutnya acak-acakan dan air
matanya terus mengalir.
Olivia yang
nggak mau mati konyol di tangan Disti langsung menjambak rambut Disti membuat
Disti berlaku yang sama yaitu menjambak rambur Olivia juga. Toilet itu sepi,
hanya mereka berdua yang ada didalam. Gantian Olivia yang memojokkan Disti ke
tembok, tapi dengan keras Disti kembali mendorong Olivia ke tembok, keduanya
bertengkar hebat. Dalam posisi yang terjepit Oliv mendong Disti menjauh sampai
akhirnya ada seseorang yang masuk. Disti langsung merubah posisinya, dia
menarik tangan Oliv dan meletakkannya di kerah bajunya lalu dia terduduk di
lantai, agar orang yang datang itu mengira Disti yang di bully oleh Olivia.
Ternyata yang masuk
itu bukan hanya satu orang tapi banyak orang karena dari luar samar-samar
terdengar suara pertengkaran yang cukup membuat penasaran, tentu saja mereka
sangat terkejut melihat Oliv dan Disti yang terlihat kacau karena bertarung.
Ada Selly disana yang langsung mendekati mereka berdua, “Loe gila ya?! Loe mau
bunuh Disti setelah loe ngambil Adit dari dia?!”, bentak Selly keras sambil
mendorong tubuh Olivia hingga Olivia tersungkur dan jatuh.
Semuanya
langsung mengolok-olok Olivia atas pertengkaran itu, mereka pikir Olivia yang
telah memulai itu semua. Setelah Disti telah mereka selamatnya, Olivia
dibiarkan begitu saja didalam toilet itu. Olivia memegang lehernya yang terasa
sakit, ada bekas tangan yang mencekik leher Oliv dan sedikit lecet juga
lehernya itu karena goresan dari kuku Disti.
Berita itu
dengan cepat beredar dan sampai juga di telinga Adit yang langsung tergesa-gesa
mencari Disti yang masih dia anggap pacarnya itu. Disti sedang ada di klinik
kampus untuk mendapatkan perawatan, padahal sih dia nggak kenapa-napa. Secara
Oliv hanya menjambak rambutnya. Adit melihat Disti yang sedang beristirahat di
klinik kampus tersebut, ada seorang perawat yang menghampirinya.
“Dia baik-baik
saja, nggak ada luka ditubuhnya. Hanya dia mengaku sakit kepala, mungkin tadi
dia sempat jambak-jambakan. Sebentar lagi pasti dia sehat kembali”, ucap
perawat itu mengenai kondisi Disti.
Disti membuka
matanya dan melihat ada Adit di sampingnya yang menunggu dirinya sadar. “Aku
nggak mau lihat kamu lagi, pergi!”, Adit di usir.
“Nggak!”, Adit
nggak mau pergi. Dia kembali menjelaskan semuanya pada Disti dan membuat Disti
tenang dan mau baikan dengannya.
Setelah itu
Adit meminta Disti untuk istirahat lagi sementara itu dia lekas pergi untuk
menemui Olivia. Dia bertanya pada orang-orang yang dia temui, tapi nggak ada
seorangpun yang mengetahui keberadaan Olivia, sampai akhirnya Adit bertemu
dengan Fani dan Fani tahu dimana Olivia. Adit bergegas menuju tempat yang Fani
tunjukkan. Terlihat Olivia sedang duduk sendirian di bangku taman, dia sudah
rapi kembali dan melanjutkan membaca buku.
“Loe gila atau
apa sih? Disti itu cewek gue! Ya memang kita akan menikah tapi gue tetep sayang
sama Disti, dan loe harus tahu itu!”, benar-benar kasar, Adit membentak Olivia.
Olivia
tersenyum sambil menutup bukunya dan bangkit dari tempat duduk menatap tajam
Adit, “Loe yang gila! Dan suatu saat loe bakalan menyadari kalau loe itu gila,
karena loe percaya sama Disti!”, ucap Olivia nggak mau kalah, dia mengambil
tasnya dan pergi meninggalkan Adit.
Adit nggak
ngerti sama apa yang Olivia katakan tadi.
Olivia pulang
naik taksi kerumahnya dan langsung mengurung diri dikamar. Dipandangnya
lekat-lekat foto Bundanya yang sudah meninggal sejak kelahiran Oxel. “Bunda,
apa Oliv harus ngelakuin ini semua?”, yang dimaksud itu perjodohan. “Oliv
menikah dengan orang yang sayang sama orang lain, jujur Oliv juga nggak suka
sama dia? Kenapa ini semua membingungkan?”, Oliv terus menanyakan itu semua
pada foto Bundanya.
Disti pulang
diantar oleh Adit, dan Adit terus
meyakinkan bahwa ini semua akan lebih baik lagi dan keduanya akan tetap
bersama.
Hari H
pernikahan Adit dan Olivia.
Olivia sedang
didandani di sebuah ruangan didalamnya juga ada Adit, Oxel, dan Mamah Adit. Si
perias melihat luka kecil di leher Oliv dan ada lebam membentuk gambar tangan
walaupun terlihat samar tapi Olivia nggak bisa menutupinya. “Leher kamu kenapa?
Kayak ada bekas cekikan.”, tanya si perias itu.
Adit dan
Mamahnya terkejut. Mamah mendekati Olivia dan melihat leher Oliv dengan matanya
sendiri, “Ya ampun sayang, siapa yang mencekik kamu? Bilang sama Mamah!”, tanya
Mamah dengan penuh perhatian.
Disisi lain
Adit mulai teringat kembali dengan kejadian perkelahian antara Disti dan
Olivia, apa mungkin itu karena di cekik Disti? Adit terus berpikiran seperti itu
tapi dia nggak mau memikirkannya terlalu lama. Olivia buru-buru menjelaskan
kenapa lehernya seperti ini, dengan alasan yang nggak masuk akal tapi ya
sudahlah, Olivia kembali di dandani.
Beberapa
kerabat dari keduanya sudah berada di tempat ijab qobul begitu juga dengan Adit
dan Olivia yang juga sudah siap disana. Acara dimulai, semua persiapan untuk
pernikahan itu telah selesai disiapkan, tangan penghulu dan tangan Adit
bersalaman dan penghulu mulai mengucapkan kalimat sakral dan setelah kalimat
itu selesai sang penghulu menggoyangkan tangannyasebagai pertanda Adit untuk
melanjutkan kalimatnya, “Saya terima nikah dan kawinnya Olivia Putria Wijaya
dengan maskawin tersebut, tunai!”.
Nggak
disaknga-sangka, Adit mengucapkan kalimat itu dengan lancar tanpa gangguan.
Padahal tadinya Adit mau menggagalkan kalimatnya itu tapi yang terlontar dari
mulutnya adalah kalimat yang tepat dan akurat. Tentu saja para saksi menganggap
itu semua sah, dan sah lah mereka menjadi sepasang suami istri. Saatnya untuk
Adit mengecup kening Olivia dan setelah itu giliran Olivia yang mencium tangan
Adit yang kini merupakan suaminya.
Dirumahnya
Disti sangat menunggu-nunggu kabar dari Adit yang berniat menggagalkan
pernikahan itu tapi faktanya Adit dan Olivia sudah menjadi suami istri.
Sampai sore
Disti menunggu tapi nggak ada kabar, lalu dia bersiap-siap dengan gaunnya untuk
pergi keacara resepsi pernikahan Adit dan musuhnya Olivia.
Di tempat
resepsi pernikahan keduanya sudah banyak tamu yang berdatangan, sangat terlihat
aura bahagia diwajah orang tua Adit dan
Olivia, Adit dan Olivia juga terlihat merekahkan senyuman walaupun itu
terpaksa demi menyenangkan kedua orang tuanya. Selly dan Fani datang bersama
dan naik kepelaminan untuk mengucapkan selamat pada Adit dan Olivia, lalu
mereka berfoto bersama.
Sampai juga
Disti di acara itu, bukan sedih dan kecewa lagi yang dia rasakan, tapi
kemarahan yang dalam pada Olivia. Beberapa teman sekampusnya memanggil Disti
tapi dia mengacuhkannya dan berjalan terus menuju pelaminan, matanya terus
tertuju pada Adit dan Olivia sampai mengacuhkan orang tua Adit.
Tapi Mamah
dengan cepat meraih tangan Disti dan menariknya, “Ngapain kesini? Nggak pernah
ada undangan buat kamu!”, ucap Mamah yang nggak suka dengan Disti.
Disti
melepaskan tangannya dai cengkraman Mamah dan mengabaikannya, dia berjalan
menuju Adit dan Olivia. Disti menjabat tangan Adit, “Selamat!”, ucapnya
singkat.
Adit enggan
untuk melepaskan tangan Disti tapi Disti mencoba terus melepaskannya sampai
akhirnya terlepas juga, giliran Disti yang menyalami Olivia, “Gue belum kalah!
Loe bakalan nyesel pernah berurusan sama gue!”, ucap Disti sambil menyalami
tangan Olivia dan mendekatkan mulutnya ke telinga Olivia, sambil berpura-pura
cipika-cipiki sama Oliv sambil membisikan kata-kata itu.
“Terima kasih”,
ujar Oliv singkat dengan senyuman merekah.
Tamu-tamu yang
lain juga naik ke pelaminan untuk memberikan selamat pada pasangan pengantin
baru itu.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar