Selesai makan mereka memutuskan untuk langsung pulang. Dion, Bagas, dan Bella masih di satu mobil yang sama. Karena rumah mereka memang searah jadi apa salahnya pulang juga bersama, lagian hari ini Dion nggak bawa mobil. Dan sekarang giliran Bagas yang menyetir.
“Bang, aku turun di markas aja. Kakek lagi disana. Biar abang aja yang bawa mobilnya, nanti aku bareng sama kakek pulangnya.”
Bagas melihat pantulan sosok Bella di spionnya, “Ok bos. Tapi emangnya ada latihan? Bukannya cuman hari minggu sama jum’at latihannya?”.
Dion hanya celingak-celinguk, setiap Bagas ngomong dia melihat kearah Bagas, giliran Bella yang ngomong dia menoleh ke arah Bella.
Bella menyimpan i-Pod nya kedalam tas, “Kan mau ada turnamen, jadi porsi latihannya di tambah.”
“Ok deh!” jawab Bagas singkat.
Mobil merah itu berhenti disebuah sekolah sepak bola yang cukup besar, Bella turun dari mobil dan langsung masuk ke sekolahan itu, Bagas dan Dion juga langsung pergi lagi. Sekolah ini merupakan sekolah sepak bola kepunyaan dari kakeknya yang berdiri belum lama ini.
“Sekolah sepak bola?”, tanya Dion bingung.
“Ya. Sekolah sepak bola. Ini sekolah yang pernah aku ceritain. Bella ikut ngurusin sekolah itu, karena bisa dibilang sekolah itu milik Bella.” Bagas menjelaskan semuanya pada Bagas.
***
Di kantin kampus terlihat seorang cewek yang rambutnya dikepang menggunakan jersey barcelona, siapa lagi kalau bukan Bella. Dia duduk dikantin sendirian sambil menikmati minuman yang ada di depannya. Dalam lamunannya dia kembali ke masa lalu, seminggu setelah adiknya meninggal, dengan kaki kiri yang di gip dan tangan kiri yang masih disangga Bella yang sudah remaja merengek meminta ikut pada kedua orang tuanya yang sudah resmi bercerai.
Bella meminta ikut tinggal dengan Mamahnya tapi dengan keras Mamah menolaknya, “Nggak! Enak aja ikut sama Mamah, sana ikut Papah aja!”.
Tangisannya nggak kunjung berhenti saat mendapat penolakan juga dari Papah nya, “Kamu nggak pantes ikut Papah!”.
Papah dan Mamah Bella pergi dari rumah mereka sendiri-sendiri, rencananya Papah akan menikah lagi dengan sekretarisnya dan akan menetap di Malaysia. Sedangkan Mamah akan di boyong oleh suami barunya ke Belanda. Dan Bella sendirian di rumah itu, pembantunya yang kasihan menelfon kakek Bella, dan nggak lama kemudian kakek datang untuk menjemput Bella.
Dengan kondisi Bella yang belum sembuh itu, dia harus pindah ke rumah kakek dan memulai hidup baru disana.
“Hayo, lagi ngelamunin apaan sih?”, suara Bagas membuyarkan ingatan Bella.
Bella tersenyum ringan pada Bagas. Bagas datang bersama Fajar, Bagas duduk bersebelahan dengan Bella dan Fajar duduk di depan mereka berdua. Fajar tersenyum pada Bella, tapi Bella nggak menghiraukannya, dia malam menikmati minumannya lagi.
Mereka bertiga lagi asyik ngobrol tiba-tiba dateng Dion yang langsung duduk disamping Fajar. Bagas menegurnya dengan nada bercanda, suasana di kantin itu jadi riuh dan mengasyikan. Bagas, Fajar, dan Dion memesan makanan dan minuman sedangkan Bella duduk diam. Tadinya Bella sudah pamit pergi tapi nggak boleh sama ketiganya, mereka mau Bella ada bersama ketiganya.
Makanan dan minuman yang mereka pesan akhirnya datang juga, belum sempat Dion mencicipi makanannya tiba-tiba ada yang mengejutkannya, kedatangan Hera yang langsung duduk disampingnya membuat dia terkejut.
Hera merupakan pacar Dion, dia itu ceweknya centil, sok cantik, sok baik, sok asyik, cerewet, nyebelin, dan sebagainya dan itu semua kata Dion. Sebenarnya Dion sudah nggak suka sama Hera tapi dia belum nemu cara untuk mutusin Hera, karena dia nggak mau mutusin ceweknya itu dengan alasan yang cemen.
“Say, aku mau itu. Suapin dong!”, rengek manja Hera meminta disuapi makanan yang ada di hadapan Dion.
Bella mengalihkan pandangannya ke arah lain karena muak melihat cewek yang tipe-tipenya seperti Hera, Bagas dan Fajar juga melakukan hal yang sama. Dion mulai menyuapi makanannya untuk Hera sambil sesekali dia juga ikutan makan, tapi Hera nggak mau banyak-banyak soalnya dia ada kelas jadi buru-buru pergi dari kantin itu.
Dion menghela nafas panjang, “Kapan ya gw bisa lepas dari dia?”, keluhnya pada teman-temannya.
Fajar tertawa girang, “Kapan aja boleh!”.
Semuanya juga ikutan tertawa, tapi ekspresi Bella tetap biasa aja. Dion heran melihat Bella yang begitu dingin dan misterius. Nggak lama kemudian Bella pamit karena ada kelas dan Amel sama Grace sudah menunggunya di kelas.
Empat jam sudah Bella, Amel, dan Grace ada di kelas, mereka bertiga memutuskan untuk langsung pulang saja karena hari makin sore. Amel dan Grace brangkat bersama dan pulang juga bersama karena rumah mereka satu kompleks hanya saja bloknya yang berbeda. Bella juga pulang ke rumah kakeknya yang berada tepat di samping rumah Bagas.
Bersambung ke Cinta Untuk Bella (Part 4)
Kembali ke Cinta Untuk Bella (Part 2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar