•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Selasa, 12 Juli 2011

Cinta Untuk Bella (Part 5)

Kakek dan Bella sudah sampai di lapangan bola di sekolah sepak bola miliknya dan kakeknya. Kakek ikut melatih anak-anak yang sekolah disitu, sedangkan Bella lagi joging mengelilingi lapangan bola itu. Nggak lama kemudian Bagas dan Dion sampai juga di lapangan. Keduanya menyapa dan bersalaman dengan kakek.
“Kakek, Bella dimana?”, tanya Bagas pada kakek yang lagi duduk sambil memperhatikan anak-anak didiknya berlatih.
Kakek menunjuk kearah Bella yang ada diseberang lapangan, “Itu Bella!”
“Kalau gitu aku sama Dion ikutan lari-lari dulu sama Bella ya.” Bagas dan Dion meletakkan tas mereka di tempat duduk dekat kakeknya.
Keduanya langsung ikutan lari mengejar Bella yang sekarang terlihat sedang duduk di rumput. Ternyata Bella duduk karena kakinya sakit. Bukan karena kesleo tapi akibat kecelakaan mobil setahun yang lalu yang membuat kakinya patah, dan sampai sekarang kalau kakinya di gunakan untuk aktivitas yang berat akan terasa sakit dan nyilu.
“Cewek yang bandel! Sudah berapa kali dibilangin nggak usah lebay larinya, tapi tetep aja lebay. Kasihan kaki lo ini Bell!”, seperti seorang kakak laki-laki yang selalu ngomel-ngomel kalau adiknya salah tapi langsung membantunya.
Bagas memijat pergelangan kaki kiri Bella. Bella meringis kesakitan.
“Emangnya sering sakit gini ya Gas?”, tanya Dion yang juga ikutan duduk disamping Bella.
Bagas mengangguk dan terus memijat pergelangan kaki kiri Bella.
Nyeri di kaki kiri Bella sudah lebih enakan dan meminta Bagas dan Dion untuk ikuta latihan saja sama anak-anak yang lain dan membiarkannya pergi untuk duduk bersama kakeknya.
Keesokan harinya di kampus, Bella, Amel, dan Grace baru keluar dari kelasnya yang berlangsung dari pagi sampai siang menjelang sore ini. Mereka mampir ke kantin dulu untuk mengisi perut, Bella dan Grace menunggu Amel yang sedang memesan makanan.
Bella memegangi perutnya dan mengeluh nyeri, “Ouww. Sakit bener nih perut, gara-gara telat makan nih!”, ucapnya sambil meringis.
“Mau gw beliin obat magh?”, tanya Grace.
Bella menggelengkan kepalanya dan Amel pun datang. Mereka langsung menikmati makanan dan minuman mereka, hari ini memang melelahkan untuk mereka.
“Bell, ntar ikut kita sih ke Mall. Kita nonton, ada film baru tau!”, ajak Amel sambil makan mie gorengnya.
Bella menggelengkan kepalanya, “Sory, nantikan ada lanjutan turnamen bola. Gw mau lihat.”
Amel dan Grace hanya bisa menghela nafas, Bella emang nggak dipaksa.
Setelah selesai makan mereka merpisah dan Bella berjalan sendirian ke lapangan, tiba-tiba dalam langkahnya menuju lapangan pergelangan kakinya terasa nyeri lagi, nyeri banget malahan. Sampai-sampai Bella terduduk dan mencoba meredakan rasa nyerinya.
Tiba-tiba ada yang berlari kearahnya, ternyata Dion, “Kenapa lagi sama kaki lo?”
“Nggak kenapa-napa kok!”, Bella buru-buru menjawab dan berusaha berdiri lagi tapi nggak bisa karena nyeri di kakinya.
Dion meraih kaki Bella dan mencoba memijat kaki yang nyeri itu. Bella bener-bener nggak nyaman dengan kondisi itu, dia terus mencoba menyingkirkan tangan Dion tapi Dion terus memaksa dan membuka sepatu Bella. Pergelangan kaki Bella terlihat memar karena jatuh kemarin. Nggak lama kemudian kaki Bella sudah nggak nyeri lagi dan mereka berdua pergi nonton bola sama-sama. Walau Dion seringnya dikacangin tapi nggak apa-apalah yang penting sama Bella.
Mereka duduk di bagian depan dan keduanya juga melihat Hera yang sedang menyeka keringat dari Jerry yang merupakan teman sekelas Hera. Sebelum pertandingan dimulai Jerry mendaratkan kecuman di kening Hera dan membuat Dion mendapatkan jawaban dari alasan kenapa dia ingin putus dari Hera. Bella yang juga melihat kejadian itu hanya dia tanpa berkomentar apa-apa.
Pertandingan di mulai dan Hera naik ke tempat duduk penonton dan bertemu dengan Dion dan Bella. Dirinya terkejut tapi pura-pura bersikap biasa seolah-olah dia baru datang kesitu.
“Hay, sayang. Nonton kok nggak ngomong-ngomong?”, Hera menyium pipi kanan dan pipi kiri Dion.
Dion menarik tangan Hera, “Ada yang perlu gw omongin!”. Mereka berdua pergi dari tempat itu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...