Geest sudah kembali ke Jakarta. Siang ini Geest akan mengisi sebuah acara di Mall.
Marissa, Vina, dan Feby lagi makan siang di kantin kampus. Tiba-tiba Agus datang dan langsung saja Feby mengajaknya untuk makan siang dulu bersama mereka.
“Kalian pacaran ya?”, tanya Vina polos tanpa basa-basi.
Agus dan Feby tertawa geli, “Mba Feby ini majikan saya”, ucap Agus merendah.
Agus dan Feby kembali tertawa, lalu Marissa mengajak mereka untuk pergi ke hang out ke Mall bersama-sama. Feby dan Agus menyetujuinya karena memang mereka nggak ada kegiatan setelah ini. Agus dan Feby berangkat satu mobil, Vina dan Marissa di mobil yang lain, Marissa yang menyetir.
Mereka berempat sampai juga disebuah mall di tengah kota, langsung saja mereka masuk dan di lantai itu ternyata sedang ada acara musik yang disiarkan live di televisi. Dan salah satu bintang tamu yang nantinya akan mengisi acara tersebut adalah Geest Band. Terlihat Geest Band sedang naik ke panggung. Vina menarik tangan Marissa untuk lebih mendekat agar dapat menonton Geest tampil dengan lebih jelas.
Agus mengajak Feby untuk mendekat kearah panggung tapi Feby menolaknya dan tetap berdiri jauh dari panggung itu, Agus menemaninya disana. Edho tampil diatas panggung, sudah lama Feby nggak melihat wajah Edho secara langsung dan hari ini dia dapat melihat Edho lagi secara langsung. Feby melihat ke kedua tangan Edho, di kedua tangannya itu ada gelang yang dulu pernah Feby buat sebagai hadiah ulang tahun Edho. Gelang itu ada dua, satu untuk Feby dan satunya lagi untuk Edho. Tapi karena Feby sudah mengembalikan semuanya jadi kedua gelang itu sekarang ada di kedua tangan Edho.
Feby memandang Edho dengan tajam, seketika itu juga Edho bertemu mata dengan Feby. Tubuh Feby sedikit tersentak stelah bertemu mata dengan Edho.
“Feby”, ucap Edho lirih saat musik masuk intro. Ingin rasanya Edho turun dan mengejar Feby tapi dia nggak bisa melakukan itu.
Tangan Agus ditarik oleh Feby dan mengajaknya untuk pulang saat itu juga. Agus menuruti saja perintah Feby, dari atas panggung ingin sekali Edho mengejar Feby tapi nggak mungkin dia untuk turun, dia juga bertanya-tanya siapa cowok yang tadi bersama dengan Feby. Apa mungkin cowok itu yang sudah menggantikan posisinya di hati Feby, terus saja Edho kepikiran tentang itu semua.
Penampilan mereka selesai, Edho bergegas turun dari panggung dan membelah kerumunan penonton untuk mencari Feby tapi di sana Edho malah bertemu dengan Marissa, langsung saja para wartawan mengabadikan moment itu, saat Edho berlari turun dan berhenti tepat dihadapan Marissa.
Didalam mobil Feby diam seribu bahasa, Agus bingung harus gimana jadi dia juga ikut-ikutan diam seperti halnya Feby. Nggak lama kemudian mereka sampai dirumah dan Feby bergegas pergi ke kamarnya dan nggak mau diganggu.
Para personil Geest sedang beristirahat di rumah mereka yang baru, sedari tadi Edho terus memegangi gelangnya membuat teman-temannya bingung melihat sikap Edho yang menjadi pendiam.
“Mungkin tadi dia sempet lihat Feby”, ucap Mario ringan.
Bian dan Roby terkejut dengan apa yang Mario katakan, “Apa maksudmu?”, tanya keduanya bersamaan.
“Kalian nggak lihat? Tadi aku lihat Feby sama cowok ngeliat kita manggung!”, Mario menjelaskan apa yang dia lihat.
Edho menutup matanya dan terus menyalahkan dirinya atas semua yang terjadi ini. Bian langsung pergi ke kamar, diam-diam dia menelfon Karina. Dia menanyakan apa memang Feby ada di Jakarta, dia juga meminta alamat tempat tinggal Feby kalau Feby benar-benar tinggal di Jakarta. Tapi Karina nggak tahu dimana Feby tinggal, Feby nggak pernah mau menjawab pertanyaan itu.
Agus melihat Feby sedang memainkan gitarnya di halaman belakang rumah kakeknya itu, kemudian Agus masuk kerumah lagi dan beberapa saat kemudian dia keluar lagi membawa dua cangkir besar teh manis hangat untuknya dan Feby. Agus mendekat pada Feby dan memberikan teh yang dia bawa untuk Feby. Feby meletakkan gitarnya dan menerima teh yang Agus bawakan untuk dirinya, lalu Agus pamit pergi tapi Feby menghalanginya, dia menyuruh Agus menemaninya disitu.
Walau ragu-ragu tapi Agus mencoba mencari tahu kenapa tadi siang Feby memaksa untuk pulang setelah bertemu mata dengan Edho Geest, “Mungkin lancang, tapi aku penasaran kenapa Mba Feby ini tadi memaksa untuk pulang, kayaknya ada yang terjadi antara Mba dengan vokalis Geest ya kan?”, tanya Agus.
Feby mengalihkan pandangannya pada Agus, dengan pandangan tajam Feby menatapnya. Agus salah tingkah, dia merasa nggak enak karena telah bertanya seperti itu tapi Feby malah memberikan cangkir yang dia pegang pada Agus dan Feby mengambil gitar yang ada disampingnya, “Ini gitar punya vokalis band itu”.
Dia enggan untuk menyebut nama Edho dan juga nama band itu. Feby kembali meletakkan gitar itu dan mengambil lagi cangkir tehnya, Agus melihat kearah gitar dan memang disana ada tulisan Edho Geest. Nggak lama kemudian Feby pergi dari situ tanpa membawa gitarnya, Agus berniat membawakannya ke dalam. Saat dia mengangkat gitar itu dia melihat kearah belakang gitar dan ada tulisan ‘Cinta Feby, Selamanya!’, itu yang tertulis dibalik gitar tersebut.
“Jadi mereka berpacaran?”, ucapnya sembari membawa gitar itu masuk kedalam rumah.
Pagi ini Geest nggak ada acara manggung, tapi sekarang ini mereka sedang mempersiapkan diri untuk peluncuran album perdana mereka. Mereka harus menguasai semua lagu dengan maksimal jangan asal-asalan. Saatnya untuk istirahat latihan, Edho duduk menyendiri di pojok studio, beberapa hari ini dia sangat pendiam, dia juga sangat tidak bersemangat, dia terus memikirkan Feby. Teman-temannya yang lain merasa kasihan pada Edho, lalu membicarakan tentang itu semua pada manajer mereka.
“Kalau untuk sekarang sepertinya masalah sudah punya pacar ataupun belum nggak berpengaruh sama karir kalian”, ucap manajer mereka.
Ketiganya merasa sangat lega, lalu mereka berniat untuk membawa Feby pada acara launching album perdana mereka agar Edho kembali bahagia. Tapi kendalanya saat ini yaitu dimana mereka akan menemukan Feby, nggak ada yang tahu Feby dimana. Tiba-tiba mereka dikagetkan dengan kedatangan Marissa, dia membawa makanan untuk para personil Geest. Mario, Bian, dan Roby langsung menyerbu apa yang Marissa bawa.
Marissa celingak-celinguk mencari Edho, “Dimana Edho?”.
Roby menunjuk ke arah pojok ruangan itu, “Dia ada disana”, jawabnya singkat.
Marissa menghampiri Edho dan membawakannya makan siang tapi sayangnya Edho lagi nggak berselera makan, Edho beranjak pergi meninggalkan Marissa. Saat dia bangkit nggak sengaja hp-nya Edho terjatuh, Marissa menemukannya dan berusaha mengembalikannya tapi keburu Edho sudah jauh pergi. Dia memandangi hp itu dan melihat wallpaper di hp itu.
“Bukannya ini Feby?”, tanyanya lirih setelah melihat foto Feby bersama Edho.
Marissa beranjak pergi dan menitipkan hp Edho pada Bian. Sambil menyantap makan siang mereka Bian berusaha menelfon Karina, dia mengabarkan kalau Edho makin nggak bersemangat dan juga dia mendiskusikan rencananya untuk mempertemukan Edho dengan Feby saat launching album mereka bulan depan.
Karina menyetujuinya, Karina akan mempersiapkan foto-foto kenangan Edho dan Feby yang nanti akan mereka tampilkan saat di panggung, dia juga akan mencari tahu dimana Feby tinggal dengan cara sebelum hari peluncuran album Geest, dia akan datang ke Jakarta duluan dari pada kedua orang tuanya dan meminta di jemput oleh Feby.
Agus dan Feby baru sampai di kampus mereka berjalan berdua menyusuri lorong dan disebuah persimpangan mereka berpisah karena kelas mereka berbeda. Feby berjalan sendirian ke kelasnya yang ternyata belum banyak orang yang datang, dia langsung memilih untuk duduk dan melihat-lihat foto-foto yang ada didalam kamera yang dia bawa. Kemarin Feby hunting foto ke beberapa tempat ditemani Agus. Dia juga sempat memotret beberapa model yang ada di PH milik kakeknya itu.
Mulai banyak yang berdatangan termasuk Marissa yang buru-buru duduk disamping tempat duduk Feby. Tapi Feby nggak mempedulikannya, terdengat Marissa menggeser tempat duduknya sedikit mendekat pada Feby.
“Ada hubungan apa kamu sama Edho?” tanya Marissa pada Feby dengan nada lirih dan terus melihat kedepan.
Feby terkejut dan memandang Marissa penuh tanya, tapi dia hanya diam nggak menjawab apa-apa. Marissa mengulangi pertanyaannya dengan nada sedikit keras dan dengan tekanan. “Aku melihat ada foto kalian berdua di hpnya Edho!”, ucap Marissa lagi tapi Feby tetap saja diam sampai akhirnya dosen mereka masuk dan mulai mengajar.
Dengan tergesa-gesa Feby berpindah tempat duduk menjauh dari Marissa, raut wajah Marissa terlihat nggak senang sepertinya dia benar-benar suka sama Edho dan nggak terima kalau Edho suka sama Feby.
Edho harus latihan lagi begitu juga dengan Mario, Bian dan Roby, keempatnya sedang serius berlatih. Di tempat lain Feby lagi hunting foto lagi tapi sekarang dia sendirian karena Agus lagi ada praktek. Dia menyusuri jalanan kota Jakarta dimalam hari, cukup banyak gambar yang dia tangkap. Hp-nya berbunyi ada telfon dari Karina, Karina bilang kalau dia ingin mengunjungi Feby, Feby menyetujuinya saja dan minggu depan Karina akan kesana dan meminta Feby untuk menjemputnya. Feby menyetujuinya.
Setelah selesai berbicara dengan Karina, Feby melanjutkan jalan kakinya. Tiba-tiba ada sebuah mobil menepi, ternyata itu kakeknya yang langsung mengajaknya untuk pulang bersama-sama.
Karina akan datang hari ini.
Feby sudah mendapat SMS dari Karina kalau dia berangkat menggunakan jadwal penerbangan pagi jadi pasti siang ini Karina akan sampai di Jakarta. Setelah selesai dengan perkuliahannya Agus dan Feby pergi bersama ke bandara untuk menjemput Karina. Agus sudah seperti supirnya Feby yang setia mengantarkan kemanapun Feby mau pergi.
Sampai disana terlihat Karina yang sedang duduk di kopernya menunggu jemputan, ternyata pesawatnya datang lebih awal dari jadwal tapi Karina juga nggak terlalu lama menunggu jadi ya tidak apa-apa, ketiganya melanjutkan perjalanan lagi dan memutuskan untuk makan siang dulu disebuah restoran faforit Feby dan Agus.
“Kita mau makan dimana kak?”, tanya Karina.
Karina nggak puas kalau Feby hanya menjawab nama restorannya, dia juga meminta alamat dari restoran itu, Feby bingung kenapa Karina mempertanyakan itu tapi kemudian Feby nggak memikirkannya lagi. Karina mengirimkan SMS alamat restorannya pada Bian.
Keempat personil Geest sudah selesai viting baju dan tinggal menjajal panggung.
“Kita makan siang dulu ya?”, pamit Bian pada manajernya.
Awalnya menejernya itu menolak karena mereka harus mempersiapkan semuanya untuk besok tapi Bian berjanji nggak akan lama keluar jadi dia mendapatkan ijin. Bian mengajak Mario, Edho, dan Roby tapi hanya Edho yang nggak mau ikut. Katanya dia capek dan mau makan di lokasi saja. Padahal kalau dia ikut pasti bisa ketemu sama Feby tapi apa boleh buat, mereka nggak mau memaksa Edho.
Agus, Feby, dan Karina sampai di restoran dan langsung masuk untuk memilih tempat duduk. Nggak lama kemudian Mario, Roby, dan Bian juga sampai disana. Agar mereka nggak dikenalin oleh orang banyak jadi mereka sedikit menyamar dengan menutupi wajah mereka dengan menggunakan kaca mata dan juga memakai topi yang menutupi wajah.
Ketiganya mencari dimana Karina dan Mario menunjukkan aklau dia melihat Karina dan ketiganya menyeret kursi ikut bergabung dengan Agus, Karina, dan Feby.
“Kalian siapa?”, tanya Agus.
Bian, Mario, dan Roby membuka kaca mata mereka dan Agus serta Feby terkejut. Feby menatap kearah Karina yang senyum-senyum penuh arti. Datanglah si pelayan yang langsung histeris melihat ada anggota Geest disana tapi langsung disuruh diam oleh Roby dan menyuruhnya bersikap biasa-biasa saja.
“Jangan histeris! Biasa aja, kalau kamu bisa rahasiakan ini kamu bisa dapet ini”, ujar Roby sambil menunjukkan cd Geest yang sudah ditanda tangani seluruh member Geest.
Pelayan itu mengangguk lalu bersikap biasa melayani tamunya, sebagai hadiahnya cd itu Roby berikan padanya. Setelah memesan apa yang akan mereka makan, Bian mengutarakan apa maksud dari semua ini. Bian menjelaskan tentang kenapa Edho bersikap seakan menganggap Feby itu nggak ada, berbicara di muka umum kalau dia itu nggak punya pacar, dia juga berpura-pura dekat dengan Marissa demi masa depan Geest, itu semua tuntutan bukan kemauan dari dalam hati Edho.
Feby nggak bisa ngomong apa-apa, dia nggak menyangkan kalau semua ini merupakan pengorbanan dari Edho, tapi dia merasakan sakit dari semua yang telah terjadi. Makanan datang dan sambil makan mereka terus membahas semua itu. Roby juga menceritakan hampir tiap hari Edho selalu sulit tidur karena terus kepikiran sama kamu, sampai-sampai beberapa waktu yang lalu waktu dia demam dia malah mengigau menyebut-nyebut nama kamu.
Ketiganya memohon agar Feby mau datang ke acara peluncuran album mereka besok malam. Lagi-lagi Feby nggak mau menjawab.
Akhirnya mereka selesai makan juga, Mario pergi untuk membayar makanan.
“Please! Cuman kamu yang bisa balikin semangat Edho. Aku mohon sekali datanglah besok ke acara launching album kami”, Bian memohon dengan sangat.
Feby nggak bisa menjawab apa-apa, dia bingung harus bersikap seperti apa. Tiba-tiba Agus ikut-ikutan ngomong, “Aku pastiin Mba Feby besok akan datang ke acara itu!”, ucap Agus optimis.
Bian, Roby, Karina, dan Feby menatap Agus lekat-lekat, terlihat wajah optimis Agus. Setelah selesai membayar semuanya Mario, Bian, dan Roby pamit begitu juga dengan Karina yang ikut ketiganya pergi juga, Karina memutuskan untuk pergi dengan Bian karena nggak mau Edho curiga, pasti kedua orang tuanya menghubungi Edho agar menjaga Karina jadi Karina pulang bersama mereka.
Bian mengajak Karina melihat tempat peluncuran album mereka, Karina ditinggal dulu karena Geest harus ceck sound, Karina duduk di tempat duduk penonton dan melihat penampilan kakaknya di atas panggung.
“Kenapa kalian bisa ketemu sama Karina?”, tanya Edho pada Bian.
Bian mengambil gitarnya, “Oh Karina, tadi dia minta di jemput makanya aku keluar buat makan siang tadi”.
***8***
Bersambung ke Kalian Harus Tahu, Feby itu Pacarku! (Part 9)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar