•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Senin, 25 Juli 2011

Kalian Harus Tahu, Feby itu Pacarku! (Part 3)

“Besok ikut ke radio kan?”, tanya Edho pada Feby melalui sambungan telefon.
Feby merebahkan dirinya ditempat tidur, “Kayaknya nggak bisa deh! Besok pagi aku ada quiz,” Feby menolak.
Edho terlihat sedikit kecewa tapi ya sudahlah nggak apa-apa, “Tapi kalau Geest manggung di kampus kamu pasti nonton kan?”, tanya Edho lagi.
Feby sedikit tertawa mendengar apa yang Edho tanyakan, “Ya pasti nonton lah! Kamu nggak inget apa, kalau acara itu yang bikin tuh anak-anak Broadcast!”.
Edho tertawa, dia lupa kalau acara itu merupakan acaranya jurusan broadcasting, jurusan yang ditekuni oleh Feby. Cukup lama mereka ngobrol melalui telefon, mereka saling curhat, bercanda, dan saling menceritakan mimpi-mimpi mereka.
Pagi ini mentari bersinar sangat cerah. Edho sudah siap didalam mobilnya, dia hendak mengeluarkan mobil dari parkiran rumahnya, disisi lian Feby juga melakukan hal yang sama, karena arah tujuan mereka yang berbeda tanpa disangka-sangka mobil mereka menjadi berhadapan dan keduanyapun tertawa karena hal tersebut.
Edho mempersilahkan Feby jalan duluan baru dia yang yang jalan. Feby langsung melajukan mobilnya dengan tujuan kekampus, sedangkan Edho berangkat ke stasiun radio untuk wawancara bersama personil Geest yang lainnya.
Feby sudah sampai dikampus dan bergegas ke kelasnya karena dia hampir terlambat, sedangkan Edho akhirnya sampai juga di lokasi dan memparkirkan mobilnya di tempat yang strategis, baru saja dia turun dari mobil, Mario, Bian, dan Roby sampai juga di lokasi yang sama. Kemudian keempatnya masuk bersamaan menuju stasiun radio tersebut.
Didalam kelas Feby, dia dan beberapa temannya terlihat mudah mengerjakan soal-soal quiz, ada pula yang terlihat berpikir keras untuk menyelesaikan soal-soal tersebut. Geest sedang persiapan untuk wawancara secara on-air. Pembawa acara mulai membuka acara dengan memutar single dari Geest tersebut.
Waktu mengerjakan soal qiuz selesai, Feby dan teman-temannya yang lain mulai ikut serta menyiapkan apa-apa saja untuk acara musik nanti.
Geest mulai memperkenalkan diri lebih dalam, mereka mulai menceritakan gimana mereka bisa membangun Geest ini, pokoknya wawancara itu sungguh mengasyikan. Sekarang saatnya untuk Geest menyanyikan secara live single mereka yaitu Ini Cintaku untuk para penikmat radio tersebut. Bian mulai memetik gitarnya memainkan chord-chord Ini Cintaku, suara merdu dari Edho segera terdengar keseluruh pelosok pendengar siaran radio tersebut.
Setelah selesai di lokasi ini, mereka memutuskan untuk langsung kekampus saja.
Acara di kampus sudah di mulai, terlihat Feby sibuk mempersiapkan penampil yang kebagian giliran tampil, dia memanggil sebuah band dari angkatan dibawahnya, alias juniornya. Ternyata itu band dari kelasnya Karina, mereka akhirnya naik ke panggung juga, Karina dan teman-temannya yang lain asyik menonton sambil nggak lupa jeprat-jepret mengabadikan momen.
Geest sampai juga di tempat acara dan langsung menunggu di back stage supaya gampang untuk mengordinir kalau-kalau mereka kebagian giliran tampil. Diruangan itu terlihat Feby yang lagi istirahat sejenak karena kelelahan dan tugasnya digantikan oleh temannya yang lain. Geest menghampiri Feby yang lagi duduk sendirian.
“Pasti capek!”, tebak Roby saat melihat ekspresi wajah Feby.
Feby tersenyum sedikit sambil mengangguk. Edho merangkul pacarnya itu dan mengipasi tubuh Feby, Feby kembali tersenyum.
“Kapan giliran kita tampil?”, tanya Mario sambil memainkan stik drumnya.
“Tiga band setelah band ini, baru kalian tampil! Ok?”, jawab Feby.
Semuanya serempak menjawab OK sambil menyimpulkan jari mereka menandakan OK. Walaupun tugasnya sudah digantikan dengan yang lain, Feby nggak langsung angkat tangan dan nggak ngebantuin apa-apa, dia juga tetap menyiapkan para penampil-penampil yang akan memeriahkan acara tersebut.
“Hendry, habis ini band kamu tampil”, ucap Feby pada Hendry yang merupakan teman sejurusannya tapi nggak sekelas sama dia untuk tampil setelah ini.
Hendry mengangguk, “Siap!”, ucapnya singkat yang langsung bersiap-siap dengan semua personil band mereka.
Edho mengelus lembut rambut Feby yang digerai, “Emang pekerja keras yang hebat ya kamu! Makin bikin aku sayang sama kamu”, ucap Edho dengan tulus.
“Halah, gombalnya minta ampun!” ujar Feby setelah mendengar perkataan dari Edho.
Edho nggak merasa kalau dirinya itu gombal dan keduanya saling tertawa dan melontarkan kegelian masing-masing.
Saatnya untuk Geest tampil, cukup banyak orang yang mengenal mereka. Kali ini Feby nggak ikut nonton mereka karena memang masih capek dan juga harus mempersiapkan penampil selanjutnya, yang giliran memotret mereka yaitu Karina dan juga para fans-fans Geest yang menonton acara itu. Semuanya hanyut dalam kegembiraan, dendangan lagu dari Geest membuat semua orang terhipnotis dan menghayati lagu tersebut.
Disebuah tempat di samping tenda tempat duduk, ada seorang laki-laki yang tersenyum lebar saat memperhatikan Geest manggung, entah siapa orang itu yang jelas dia menikmati penampilan dari Geest yang benar-benar memukau.
Acara musik tersebut akhirnya selesai juga, tinggal panitia yang lagi sibuk ngeberesin semuanya, termasuk Feby yang terlihat sedang membawa tumpukan kertas yang cukup banyak dan di jalan dia nggak sengaja menabrak seseorang hingga kertas-kertas yang dia bawa jatuh berantakan.
Feby langsung meminta maaf pada orang yang nggak sengaja di tabraknya tadi, ternyata orang tersebut merupakan orang yang sedari tadi memperhatikan acara musik itu dengan serius, orang itu membantu Feby merapikan barang bawaannya, dan dia memegang sebuah dokumen yang berisi biodata dan formulir dari Geest yang merupakan syarat untuk ikut berpartisipasi dalam acara tadi.
“Penampilan band ini sangat bagus, banyak juga yang sudah mengenal lagu yang mereka bawa tadi.” Ucap orang tersebut sambil melihat dokumen milik Geest.
Feby selesai dengan barang-barangnya dan kembali bangkit, dia membiarkan orang itu melihat dokumen itu, “Banyak yang hafal lagunya karena memang lagu band tersebut sedang sering-seringnya disiarkan di radio-radio”, ucap Feby menjelaskan.
Orang itu tersenyum ringan, “Saya tertarik dengan mereka.”
Feby terkejut, dan mulai menebak-nebak siapa orang ini sebenarnya, “Apa mungkin bapak ini dari lebel rekaman?”, tanya Feby penuh harap mendapatkan jawaban iya dari orang asing itu.
Orang itu mengambil dompetnya dan menarik sebuah kartu nama dari dalamnya lalu memberikannya pada Feby tanpa berbicara apa-apa.
“Wawan Handoyo”, ucap Feby lirih.
Dia produser dari lebel rekaman yang cukup terkenal di Jakarta. Feby bergegas meletakkan barang bawaannya di lantai sehingga membuat Pak Wawan itu sedikit bingung, Feby merogoh-rogoh tasnya hendak mencari sesuatu. Akhirnya ketemu, dia mengambil sekeping compac disk demo Geest Band lalu memberikannya pada produser itu.
“Demo lagu Geest Band ada didalamnya, biodata lengkap juga sudah ada, serta rekap prestasi-prestasi yang pernah mereka raih pada festival musik, contact person dari semua personil termasuk saya juga ada didalamnya, semuanya lengkap di CD itu”, ujar Feby penuh semangat.
Sangat terlihat jelas Feby menaruh harapan yang banyak pada orang itu, dia ingin Geest menjadi band papan atas yang mempunyai banyak penggemar. Pak Wawan tersenyum lebar dan mengembalikan dokumen Geest yang tadi dia pegang ke Feby dan meraih CD demo Geest dengan senang hati.
“Mereka teman-teman kamu?”, tanya pak Wawan yang keheranan karena Feby sangat tahu tentang Geest.
Feby mengangguk pasti, “Mereka sahabat-sahabat saya”.
Pak Wawan pamit pulang, dia menyuruh Feby untuk tidak menceritakan ini semua dulu pada Geest, dia berniat membuat kejutan untuk semua personil Geest, untuk urusan yang sekiranya perlu dibahas pak Wawan memilih membahasnya terlebih dulu dengan Feby. Terlihat Feby sangat kegirangan, setelah pekerjaannya di kampus selesai dia langsung pulang dengan wajah yang sumringah.
Beberapa saat kemudian Feby sudah sampai di rumahnya dan saat memasuki rumahnya terlihat ada sedikit keramaian, ternyata Ayahnya sedang bermain catur dengan Edho dan saat itu Edho hampir mengalahkan Ayah Feby.
“Ayah kalah terus, sekali-kali menang dong!”, timpal Feby sedikit bercanda.
Semuanya tertawa.
“Tadi Ayah hampir menang, tapi gara-gara ada kamu Ayah hampir aja kalah!”, ucap Ayah sedikit tertawa.
Ibunya datang membawa minuman serta cemilan untuk Ayahnya dan untuk Edho, “Kok anak perempuan jam segini baru pulang, ngapain aja dikampus?”, tanya Ibunya khawatir.
Feby tersenyum lebar, “Biasa anak muda, kan pacaran dulu!” ucapnya sambil melirik kearah Edho sambil menahan tawa.
Langsung saja Edho mengalihkan pandangannya kearah Feby yang sudah nggak kuat menahan tawa dan langsung berlari menuju kamarnya. Edho hanya tersenyum dan melanjutkan pertandingan caturnya bersama Ayah mertuanya, hehehe.
Feby pergi untuk mandi karena memang dia belum mandi, ibunya sedang menyiapkan makan malam didapur bersama dengan pembantunya. Beberapa saat setelah makan malam siap Feby turun dari kamarnya menuju ruang makan, dia sudah kelaparan. Edho ikut makan malam disitu, karena memang dirumah hanya ada pembantunya jadi dia memilih makan malam disitu. Bapak dan ibunya masih di Jogja dan Karina lagi jalan-jalan bersama teman-temannya.
Ibunya Feby memasak makanan yang Edho suka yaitu semur ayam, tapi Feby nggak begitu suka, dia lebih suka dengan ayam goreng tapi berhubung nggak ada ayam goreng kesukaannya dia lahap saja makan makanan itu. Suasana malam itu begitu hangat, seperti keluarga yang sangat amat bahagia.
Selesai makan Edho dan Feby pergi keluar untuk mencari udara segar, mereka berdua duduk tepi kolam renang dirumah Feby. Tadi waktu kesitu Edho tak lupa membawa gitarnya, Feby malah main air, Edho memetik gitarnya mendendangkan salah satu lagu ciptaannya yaitu dengan judul Hari Bersamanya.

 {Minjem lagunya Sheila on 7 nih yang judulnya Hari Bersamanya, tapi disini ceritanya ini lagu Edho yang nyiptain...pissss}

Feby mengangkat kakinya keluar dari kolam dan memutar posisi duduknya dan duduk bersandar pada bahu Edho, sesaat kemudian Edho juga melakukan hal yang sama alhasil sekarang mereka saling membelakangi dan saling bersandar juga. Dari tadi Feby senyum-senyum sendiri, dia sangat optimis kalau demo yang dia berikan pada produser itu akan diterima, dan pasti Geest akan rekaman.
“Mau request lagu apa nih?”, tanya Edho yang membuyarkan lamunan Feby.
“Nyanyiin lagi lagu yang tadi aja sih.”
Tanpa protes Edho langsung menyanyikan lagu Hari Bersamanya lagi. Feby kembali tersenyum penuh makna.
“Lihat mereka seperti itu Ayah jadi pengin cepet-cepet punya cucu deh Bu”, ucap Ayah Feby.
Ternyata dari tadi kedua orang tua Feby memperhatikan apa yang anaknya dan pacar anaknya itu lakukan dari balkon rumah. Ibunya Feby tersenyum, “Kuliah mereka belum selesai, Ayah. Kasihan kalau harus dibebani sama urusan ngurus anak!”.
Keduanya tertawa ringan, mereka sangat setuju kalau Edho nantinya menjadi suami dari Feby, mereka percaya Edho bisa membuat Feby bahagia. Mereka sangat menyayangi Feby karena Feby memang anak semata wayang mereka yang harus mereka sayang dan mereka jaga.
Langit cerah dan terlihat bintang-bintang yang berkelap-kelip menghiasi langit.
***3***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...