Sampailah Bella di rumah kakeknya, ternyata rumah itu sepi, kata pembantunya kakek lagi pergi kondangan ke temennya yang lagi menikahkan cucu nya. Selesai mandi Bella duduk di balkon kamarnya sambil mendengarkan musik, dengan head phone nya dia hanyut dalam alunan musik, dia juga memejamkan matanya untuk menghayati musik yang dia mainkan.
Tiba-tiba ada yang melemparnya dengan kertas yang dibuat bulat, yang melemparnya adalah Dion yang sedang berkunjung ke rumah Bagas, dari balkon kamar Bagas, Dion menjahili Bella yang sedang asyik dengan musiknya. Dion mencoba mengajak ngobrol Bella tapi Bella enggan untuk akrab dengan Dion, dia lalu masuk ke kamarnya dan menutup pintunya rapat-rapat.
“Cewek misterius. Bikin penasaran, aku suka!”, ucap Dion lirih.
Tapi Bagas mendengar ucapan Dion, “Maksud kamu Bella?”.
Dion mengangguk pasti.
Bagas memukul kepala Dion, “Inget sama Hera! Lagian Bella nggak mungkin suka sama tipe cowok kayak lo yang sudah punya pacar!”.
Dion mati gaya. Gantian dia mandi setelah Bagas yang tadi sudah selesai mandi, rencananya malem ini Dion akan menginap di rumah Bagas selain karena ternyata ada Bella, mereka juga mau mengerjakan tugas, dan rencananya juga besok pagi mereka akan ikut bersama kakek ke sekolahan bolanya.
Ada yang mengetuk pintu rumah kakek dan mbok Minah membukakannya, ternyata Bimo yang datang, Bimo adalah adik dari Bagas, dia seumuran dengan Aldi dan Bella sangat sayang pada Bimo dan menganggapnya seperti adiknya sendiri. Bimo membawakan makan malam untuk pembantu dan satpam yang ada di rumah kakek dan dia mengajak Bella untuk makan malam di rumahnya.
Bimo menarik tangan Bella sambil berlari kearah rumahnya dan nggak lama mereka sampai di ruang keluarga. Disana sudah ada orang tua Bagas dan Bimo, Bimo, Bagas, dan Dion. Bella menyapa mereka, kemudian mereka langsung menuju tempat makan untuk makan malam bersama. Bella dan Bimo duduk bersebelahan dengan Mamah, sedangkan Bagas bersama dengan Dion.
Berbeda dengan kedua orang tuanya, dikeluarga ini Bella sangat di sayang, dan Bella sudah dianggap seperti anak sendiri. Mereka sayang sama Bella karena sangat mendambakan datangnya anak perempuan, tapi itu semua nggak terkabul dan mereka hanya memiliki Bagas dan Bimo. Walau seperti itu mereka tetap sepenuhnya sayang sama kedua anak laki-laki mereka.
“Nanti kamu tidur disini aja ya?”, ajak Mamah Bagas.
Sambil menikmati makan malam tersebut, “Nggaklah tante, Bella ada tugas yang harus cepet diselesaikan.” Bella menolak.
“Tapi kan besok hari minggu, masa malem minggu gini kamu ngerjain tugas?”, mamah Bagas mencoba lagi.
Bella menggelengkan kepalanya, “Nggak tante. Lagian rumah kita kan deket, bisa lain kali nginepnya.”
“Ya sudahlah!”.
Mereka semua melanjutkan makan malamnya, suasananya hangat dan penuh keakraban. Suasana yang jarang Bella rasakan sewaktu tinggal bersama kedua orang tuanya yang selalu pulang malam demi pekerjaan mereka. Dan Bella kecil yang bijaksana memahami kondisi orang tuanya yang sibuk kerja dengan tidak memaksakan mereka untuk makan dirumah, toh waktu mereka makan bersama dengan Aldi, Bella nggak di perhatikan dan kedua orang tuanya terus mengeluh-eluhkan Aldi, sang pangeran kecil mereka.
Makan malam selesai, Bella pamit pulang karena kakek juga sudah pulang. Setelah menyapa kakeknya Bella langsung ke kamar untuk mengerjakan tugas kampus. Kakek juga langsung tidur di kamarnya.
Tepat jam 1 dini hari, Bella sudah menyelesaikan tugasnya dengan baik, dia turun ke dapur untuk membuat kopi. Dia memang susah untuk tidur apalagi kalau sudah melewati jam 11 malam, pasti dia susah banget buat tidur. Setelah selesai membuat kopi dia langsung kembali kekamarnya. Dipakainya selimut untuk menghangatkan dirinya, dan dia duduk di balkon sambil mendengarkan musik lewat head phone nya dan sambil memegang mug kopi yang membuatnya hangat. Dia sangat menikmati itu semua.
“Yes!”, Dion tertawa riang, “Kalah melulu lo bro! Kasihan kasihan!”, ejek Dion pada Bagas.
Bagas sebel karena dari tadi kalah terus dari Dion, selesai mengerjakan tugas, mereka langsung main PS sampe jam segini. Bagas keluar dari kamarnya menuju balkon untuk menyegarkan badannya. “Dasar cewek jadi-jadian! Jam segini malah lagi di luar, apa nggak dingin tuh?”, ucap Bagas yang melihat Bella sedang menikmati alunan musik dari i-pod dan menyeruput kopi hangatnya.
“Siapa Gas?”, tanya Dion yang juga ikut-ikutan keluar dari kamar Bagas. “Beda banget ya tuh cewek, belum pernah gw ketemu cewek sejenis dia!”.
Bagas merogoh kantongnya dan mengambil hp, “Dia beda, dan dia istimewa!”
Terlihat Bagas menelfon seseorang yaitu Bella. Nggak lama kemudian Bella merasa hp nya bergetar. Tanpa melihat siapa yang menghubunginya, Bella langsung mengangkat telfon itu dengan nada agak sengau karena tadi Bella sempat menangis karena teringat masa kecilnya yang bisa di bilang nggak bahagia.
“Kenapa lagi? Jangan kayak gitu mulu, nggak baik buat diri lo”, ucap Bagas.
Bella langsung menyadari yang menelfonnya itu Bagas. Bella membuka matanya dan melihat Bagas dan Dion yang ternyata dari tadi memperhatikannya. “Emang nggak ada yang baik buat gw.”, Bella tertawa ringan, “Derita gw lah pokoknya”, keluh Bella sambil sedikit tertawa.
Dion cuman bingung sebenarnya apa yang Bagas dan Bella omongin di telfon. “Dia ngomong apa Gas?”, tanya Dion.
“Halah, lo mah mengeluh mulu. Moving on atuh! Atau nggak gw cariin cowok ya buat lo biar bisa nemenin lo dan bisa ngejaga lo”, Bagas meledek Bella.
Bella tertawa, “Hahaha, mana ada yang mau sama gw. Lagian gw masih asyik kayak gini.”
Dion makin bingung, tapi dia sedikit tahu kalau sekarang mereka membicarakan tentang cowok. Dia sedikit tersenyum, dia merasa ada harapan untuk dekat dengan Bella tapi seketika itu juga dia teringat dengan Hera, yang statusnya masih menjadi pacarnya. Tapi dia sudah benar-benar nggak bisa sama Hera, dan besok dia berniat untuk mengakhiri semuanya dengan Hera.
Bagas merangkul Dion, “Apa sama temen gw yang ini aja?”
Dion kebingungan, “Sama gw? Apaan maksudnya?”
Bella menyeruput kopinya, “Dion? Ceweknya mau di kemanain?”
Bagas tahu kalau Dion memang sudah nggak ada hati lagi sama Hera, tapi Dion sayangnya belum berani untuk mengatakan semua itu sama Hera.
***
Bersambung Ke Cinta Untuk Bella (Part 5)
Kembali ke Cinta Untuk Bella (Part 3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar