•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Selasa, 13 Desember 2011

Something Called Love - Part 13


Something Called Love – Part 13
Vina sudah selesai mandi, masih dengan kegiatan mengeringkan rambut panjangnya, dia berjalan menuju balkon hotel tempatnya bersama teman-temannya menginap. Gantian Pinkan yang mandi. Udara luar terasa segar sekali, dan saat Vina sedang menikmatinya keluarlan Bian dari sebelah balkon kamarnya.
Tentu saja Vina langsung mengarahkan senyuman manis untuk Bian yang juga sedang mengeringkan rambutnya dengan sebuah handuk yang berwarna putih. Bian membalas senyuman Vina dengan ringan-ringan saja, dan saat Bian akan kembali masuk Vina mencoba menghalanginya.
“Tunggu!”, ucap Vina agak keras untuk menghentikan langkan Bian.

Bian-pun memutar tubuhnya berpaling kearah Vina, “Ada apa”, tanyanya singkat tanpa ekspresi.
“Setelah ini kita jalan-jalan kemana?”, tanya Vina dengan tingkah sok centil.
“Kayaknya buat hari ini kita istirahat dulu aja deh, soalnya besok kita mau rafting kan? Butuh tenaga ekstra”, ucap Bian seadanya tapi emang adanya gitu.
Vina tersenyum, “Ok deh. Ntar jangan lupa makan malem di restoran hotel”, sahut Vina.
Bian mengangguk saja lalu kembali masuk ke dalam kamarnya. Dan sekarang giliran Joni yang keluar menuju balkon lalu tersenyum kearah Vina, tapi Vina dengan acuhnya kembali masuk ke kamar membiarkan Joni begitu saja.
Vina masuk untuk berganti pakaian, dan nggak lama kemudian Pinkan selesai mandi juga. Walaupun aslinya Vina nggak terlalu suka dengan Pinkan yang mendapatkan tempat lebih baik darinya di hati dan keluarga Bian, Vina tetap mencoba berbaik hati. Entah menggunakan topeng atau apapun itu, Vina bisa menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya.
Tapi Pinkan benar-benar orang yang tulus bersahabat dengan Vina. Dia rela mengalah Vina dekat dengan Bian, karena Pinkan tahu kalau Vina itu sudah suka dengan Bian dari dulu. Mereka juga sudah saling mengenal lebih dulu daripada dirinya dengan Bian yang baru satu semester ini.
---
Setelah sarapan selesai, Vina, Joni, Pinkan, dan Bian juga sudah siap dengan perlengkapan mereka untuk hari ini. Hari ini mereka akan basah-basahan main air, rafting di Batur Agung. Dengan udara yang sejuk pasti akan dapat merefresh-kan lagi pikiran mereka.
Mereka memutuskan untuk berpetualang tanpa mempergunakan jasa guide. Cukup patokan arah dan rambu-rambu yang ada saja. Mereka berangkat dari hotel menuju tempat rafting mengendarai mobil yang mereka sewa sebelumnya.
Joni sekarang gantian duduk di samping kemudi, dan Bian yang duduk dibelakang kemudi. Pinkan dan Vina asyik mengobrol di jok belakang. Pokoknya mereka harus menikmati liburan mereka kali ini ditempat yang belum pernah mereka kunjungi sebelumnya.
Dan nggak butuh waktu yang terlalu lama mereka berempat sampai ditempat tujuan. Mereka berempat keluar dari mobil dengan wajah yang penuh semangat untuk mengarungi derasnya arus sungai. Tenaga mereka juga masih tersimpan banyak demi kegiatan olah raga alam ini. Sungguh menyenangkan dan pastinya mendebarkan juga.
Setelah mendaftar, saatnya untuk TM sebelum mengarungi sungai. Dan nggak lupa untuk berdoa agar diberi keselamatan dalam pengarungan sungai ini.
“Yeeeeee”, teriak semua team setelah berdoa bersama-sama.
Di perahu yang mereka naiki ada tambahan dua guide yang akan menemani mereka mengarungi jeram-jeram yang menantang. Didepan ada seorang pemandu, di barisan setelahnya ada Bian dengan Vina dan dibarisan selanjutnya lagi ada Joni dan Pinkan dan di ujung belakang sendiri ada pemandu lagi.
Saatnya mengarungi sungai.
“Hahaha”, suara tertawa Pinkan dan Joni lepas saat perahu mereka melewati jeram yang nggak begitu menyeramkan.
Perjalanan yang mereka tempuh kali ini cukup singkat yaitu sekitar 75 menit. Tapi semua ini pasti akan menjadi pengalaman tersendiri untuk mereka berempat. Pengalaman liburan mereka yang nggak mungkin teman-teman mereka dapatkan.
100 menit telah berlalu, mereka sudah mandi lagi, rapi lagi dengan baju-baju mereka yang baru. Saatnya untuk makan siang, menunya ikan gurameh bakar, oseng kangkung, sayur asem plus ikan asin dan sambal, nggak lupa dengan mendoan, minumnya teh tawar panas. (Aduuuuh jadi laper, udah jam 11 malem, gak ada makanan kayak gitu di dapur!-red)
Karena perut mereka yang sudah dari tadi bikin konser keroncongan, setelah makanan tersaji dihadapan mereka langsung saja mereka nikmati semuanya. Nasi panas yang fresh from the oven juga langsung mereka serbu.
Pinkan nggak mau kalah dia cekatan untuk mengambil jatah sambel yang banyak, dia tertawa puas.
“Jangan kebanyakan, ntar perut lo sakit. Di kontrol dikit dong kebiasaan buruk lo itu”, tukas Bian ketus pada Pinkan.
Jelas aja Pinkan merasa sebel and dongkol banget jadi dia menyudahi saja penjarahan sambel tanpa berkomentar apa-apa lagi. Mereka mulai melahap makanan mereka dengan penuh kenikmatan.
“Enak banget ya sambel terasinya, apalagi sama mendoannya nikmat abis”, puji Pinkan pada masakan yang dia makan.
Joni mengangguk, “Cobaik sayur asemnya nih, ditambah sambel makin maknyoos”, Joni menuangkannya untuk Pinkan.
Pinkan tersenyum senang, “Terima kasih”, ucap manis Pinkan.
“Kalau lagi makan nggak usah pakai acara ngobrol segala!”, timpal Bian lagi-lagi ketus.
“Lo kenapa sih? Dari tadi aneh!”, tukas Pinkan sambil menghentikan acara makannya.
Bian juga menghentikan makannya, “Gue nggak aneh! Gue biasa aja, nggak ada yang aneh dari gue!”, jawab Bian. “Lo tuh yang aneh. Lo nggak bisa apa ambil makanan sendiri pakai acara orang lain yang ngambilin? Lo juga apa nggak mikir sama kesehatan lo, gue tahu lo doyan sambel tapi nggak segitunya!”, Bian benar-benar aneh hari ini.
Pinkan mendesah nggak menyangka dengan semua ucapan Bian. Apa yang terjadi sebenarnya? Ada apa dengan Bian? Kenapa dia jadi aneh seperti ini? Karena nggak mau memperpanjang masalah, Pinkan mengalah untuk pergi, dia bangkit dari tempat duduknya menuju ke wastafel untuk mencuci tangan lalu pergi dari tempat itu menuju parkiran dan masuk kedalam mobil yang ternyata nggak di kunci.
“Lo kenapa sih?”, tanya Joni kesal.
Tapi Bian nggak menjawab apa-apa. Mereka bertiga diam saja sambil melanjutkan makan dan membiarkan Pinkan untuk sendiri dulu daripada nantinya akan membuat kerus suasana. Apa yang membuat Bian berubah dingin seperti itu? (Karena apa coba???-red).
Pinkan menutup kedua matanya rapat-rapat, di kedua daun telinganya terselip ear phone yang tersambung ke i-pod miliknya, dia menikmati musik koleksinya, mencoba sedikit melupakan kejadian tadi. Tapi itu semua sulit untuk dia hapus dari pikirannya, hingga membuat air mata melesat keluar menembus matanya yang terpejam.
“Lo kenapa? Apa ada yang salah dari gue? Jelasin! Jelasin biar gue tahu dan bisa memperbaiki semuanya”, benak Pinkan berkecamuk.
Pinkan menghapus bersih air matanya yang membasahi pipi, lalu terasa ada yang masuk kedalam mobil itu tapi Pinkan pura-pura tidur saja agar suasana nggak memanas seperti tadi. Kali ini gantian Joni yang menyetir dan Bian duduk di kursi samping kemudi.
Beberapa kali sudah Bian mencoba mencuri pandang melalui kaca spion agar bisa melihat Pinkan yang dikiranya sedang tertidur pulas itu, padahal sebenarnya Pinkan masih terjaga.
“Maafin gue. Bukan maksud gue buat ketus sama lo, tapi gue juga nggak tahu kenapa gue bisa bersikap seperti itu”, gumam Bian dalam hati sambil mencuri pandang melihat Pinkan.
---
Makan malam kali ini bertempat di restoran hotel lagi. Bian dan Joni sudah duduk rapi menunggu Pinkan dan Vina. Mereka juga belum memesan makanan karena menunggu kedua cewek itu.
Dan terlihatlah Vina yang berjalan sendirian menghampiri kedua cowok itu. Vina langsung saja duduk di tempat yang sudah tersedia.
“Kok lo sendirian? Mana Pinkan?”, tanya Joni.
Dalam hati Bian juga mengajukan pertanyaan yang sama tapi nggak sanggup untuk diungkapkannya, untung saja Joni bertanya dia jadi bisa tahu jawabannya tanpa harus ikut menanyakan tentang itu semua.
“Katanya dia males makan”, ucap ringan Vina, “Dia juga bilang nggak mau ganggu kita makan”, lanjut Vina.
“Dia memang nggak perlu ada disini”, sahut Bian ketus.
Padahal sih Pinkan keluar untuk jalan-jalan, dia malas makan malam karena malas bertemu dengan Bian yang membuatnya sebel seharian ini. Dia jalan-jalan untuk mencicipi jajanan khas dari kota ini. Dia berjalan sendirian menyusuri jalan-jalan yang ramai dengan orang berlalu-lalang. Tadi dia naik taksi untuk dapat menjangkau daerah itu.
To Be Continued....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...