Something Called
Love – Part 13
Vina sudah selesai mandi, masih
dengan kegiatan mengeringkan rambut panjangnya, dia berjalan menuju balkon
hotel tempatnya bersama teman-temannya menginap. Gantian Pinkan yang mandi. Udara
luar terasa segar sekali, dan saat Vina sedang menikmatinya keluarlan Bian dari
sebelah balkon kamarnya.
Tentu saja Vina langsung
mengarahkan senyuman manis untuk Bian yang juga sedang mengeringkan rambutnya
dengan sebuah handuk yang berwarna putih. Bian membalas senyuman Vina dengan
ringan-ringan saja, dan saat Bian akan kembali masuk Vina mencoba
menghalanginya.
“Tunggu!”, ucap Vina agak keras
untuk menghentikan langkan Bian.
Bian-pun memutar tubuhnya
berpaling kearah Vina, “Ada apa”, tanyanya singkat tanpa ekspresi.
“Setelah ini kita jalan-jalan
kemana?”, tanya Vina dengan tingkah sok centil.
“Kayaknya buat hari ini kita
istirahat dulu aja deh, soalnya besok kita mau rafting kan? Butuh tenaga ekstra”,
ucap Bian seadanya tapi emang adanya gitu.
Vina tersenyum, “Ok deh. Ntar
jangan lupa makan malem di restoran hotel”, sahut Vina.
Bian mengangguk saja lalu kembali
masuk ke dalam kamarnya. Dan sekarang giliran Joni yang keluar menuju balkon
lalu tersenyum kearah Vina, tapi Vina dengan acuhnya kembali masuk ke kamar
membiarkan Joni begitu saja.
Vina masuk untuk berganti
pakaian, dan nggak lama kemudian Pinkan selesai mandi juga. Walaupun aslinya
Vina nggak terlalu suka dengan Pinkan yang mendapatkan tempat lebih baik
darinya di hati dan keluarga Bian, Vina tetap mencoba berbaik hati. Entah
menggunakan topeng atau apapun itu, Vina bisa menyembunyikan perasaannya yang
sebenarnya.
Tapi Pinkan benar-benar orang
yang tulus bersahabat dengan Vina. Dia rela mengalah Vina dekat dengan Bian,
karena Pinkan tahu kalau Vina itu sudah suka dengan Bian dari dulu. Mereka juga
sudah saling mengenal lebih dulu daripada dirinya dengan Bian yang baru satu
semester ini.
---
Setelah sarapan selesai, Vina,
Joni, Pinkan, dan Bian juga sudah siap dengan perlengkapan mereka untuk hari
ini. Hari ini mereka akan basah-basahan main air, rafting di Batur Agung. Dengan
udara yang sejuk pasti akan dapat merefresh-kan lagi pikiran mereka.
Mereka memutuskan untuk
berpetualang tanpa mempergunakan jasa guide. Cukup patokan arah dan rambu-rambu
yang ada saja. Mereka berangkat dari hotel menuju tempat rafting mengendarai
mobil yang mereka sewa sebelumnya.
Joni sekarang gantian duduk di
samping kemudi, dan Bian yang duduk dibelakang kemudi. Pinkan dan Vina asyik
mengobrol di jok belakang. Pokoknya mereka harus menikmati liburan mereka kali
ini ditempat yang belum pernah mereka kunjungi sebelumnya.
Dan nggak butuh waktu yang
terlalu lama mereka berempat sampai ditempat tujuan. Mereka berempat keluar
dari mobil dengan wajah yang penuh semangat untuk mengarungi derasnya arus
sungai. Tenaga mereka juga masih tersimpan banyak demi kegiatan olah raga alam
ini. Sungguh menyenangkan dan pastinya mendebarkan juga.
Setelah mendaftar, saatnya untuk
TM sebelum mengarungi sungai. Dan nggak lupa untuk berdoa agar diberi
keselamatan dalam pengarungan sungai ini.
“Yeeeeee”, teriak semua team
setelah berdoa bersama-sama.
Di perahu yang mereka naiki ada
tambahan dua guide yang akan menemani mereka mengarungi jeram-jeram yang
menantang. Didepan ada seorang pemandu, di barisan setelahnya ada Bian dengan
Vina dan dibarisan selanjutnya lagi ada Joni dan Pinkan dan di ujung belakang
sendiri ada pemandu lagi.
Saatnya mengarungi sungai.
“Hahaha”, suara tertawa Pinkan
dan Joni lepas saat perahu mereka melewati jeram yang nggak begitu menyeramkan.
Perjalanan yang mereka tempuh
kali ini cukup singkat yaitu sekitar 75 menit. Tapi semua ini pasti akan
menjadi pengalaman tersendiri untuk mereka berempat. Pengalaman liburan mereka
yang nggak mungkin teman-teman mereka dapatkan.
100 menit telah berlalu, mereka
sudah mandi lagi, rapi lagi dengan baju-baju mereka yang baru. Saatnya untuk
makan siang, menunya ikan gurameh bakar, oseng kangkung, sayur asem plus ikan
asin dan sambal, nggak lupa dengan mendoan, minumnya teh tawar panas. (Aduuuuh
jadi laper, udah jam 11 malem, gak ada makanan kayak gitu di dapur!-red)
Karena perut mereka yang sudah
dari tadi bikin konser keroncongan, setelah makanan tersaji dihadapan mereka
langsung saja mereka nikmati semuanya. Nasi panas yang fresh from the oven juga
langsung mereka serbu.
Pinkan nggak mau kalah dia
cekatan untuk mengambil jatah sambel yang banyak, dia tertawa puas.
“Jangan kebanyakan, ntar perut lo
sakit. Di kontrol dikit dong kebiasaan buruk lo itu”, tukas Bian ketus pada
Pinkan.
Jelas aja Pinkan merasa sebel and
dongkol banget jadi dia menyudahi saja penjarahan sambel tanpa berkomentar
apa-apa lagi. Mereka mulai melahap makanan mereka dengan penuh kenikmatan.
“Enak banget ya sambel terasinya,
apalagi sama mendoannya nikmat abis”, puji Pinkan pada masakan yang dia makan.
Joni mengangguk, “Cobaik sayur
asemnya nih, ditambah sambel makin maknyoos”, Joni menuangkannya untuk Pinkan.
Pinkan tersenyum senang, “Terima
kasih”, ucap manis Pinkan.
“Kalau lagi makan nggak usah
pakai acara ngobrol segala!”, timpal Bian lagi-lagi ketus.
“Lo kenapa sih? Dari tadi aneh!”,
tukas Pinkan sambil menghentikan acara makannya.
Bian juga menghentikan makannya, “Gue
nggak aneh! Gue biasa aja, nggak ada yang aneh dari gue!”, jawab Bian. “Lo tuh
yang aneh. Lo nggak bisa apa ambil makanan sendiri pakai acara orang lain yang
ngambilin? Lo juga apa nggak mikir sama kesehatan lo, gue tahu lo doyan sambel
tapi nggak segitunya!”, Bian benar-benar aneh hari ini.
Pinkan mendesah nggak menyangka
dengan semua ucapan Bian. Apa yang terjadi sebenarnya? Ada apa dengan Bian?
Kenapa dia jadi aneh seperti ini? Karena nggak mau memperpanjang masalah,
Pinkan mengalah untuk pergi, dia bangkit dari tempat duduknya menuju ke
wastafel untuk mencuci tangan lalu pergi dari tempat itu menuju parkiran dan
masuk kedalam mobil yang ternyata nggak di kunci.
“Lo kenapa sih?”, tanya Joni
kesal.
Tapi Bian nggak menjawab apa-apa.
Mereka bertiga diam saja sambil melanjutkan makan dan membiarkan Pinkan untuk
sendiri dulu daripada nantinya akan membuat kerus suasana. Apa yang membuat
Bian berubah dingin seperti itu? (Karena apa coba???-red).
Pinkan menutup kedua matanya
rapat-rapat, di kedua daun telinganya terselip ear phone yang tersambung ke
i-pod miliknya, dia menikmati musik koleksinya, mencoba sedikit melupakan
kejadian tadi. Tapi itu semua sulit untuk dia hapus dari pikirannya, hingga
membuat air mata melesat keluar menembus matanya yang terpejam.
“Lo kenapa? Apa ada yang salah
dari gue? Jelasin! Jelasin biar gue tahu dan bisa memperbaiki semuanya”, benak
Pinkan berkecamuk.
Pinkan menghapus bersih air
matanya yang membasahi pipi, lalu terasa ada yang masuk kedalam mobil itu tapi
Pinkan pura-pura tidur saja agar suasana nggak memanas seperti tadi. Kali ini
gantian Joni yang menyetir dan Bian duduk di kursi samping kemudi.
Beberapa kali sudah Bian mencoba
mencuri pandang melalui kaca spion agar bisa melihat Pinkan yang dikiranya
sedang tertidur pulas itu, padahal sebenarnya Pinkan masih terjaga.
“Maafin gue. Bukan maksud gue
buat ketus sama lo, tapi gue juga nggak tahu kenapa gue bisa bersikap seperti
itu”, gumam Bian dalam hati sambil mencuri pandang melihat Pinkan.
---
Makan malam kali ini bertempat di
restoran hotel lagi. Bian dan Joni sudah duduk rapi menunggu Pinkan dan Vina. Mereka
juga belum memesan makanan karena menunggu kedua cewek itu.
Dan terlihatlah Vina yang
berjalan sendirian menghampiri kedua cowok itu. Vina langsung saja duduk di
tempat yang sudah tersedia.
“Kok lo sendirian? Mana Pinkan?”,
tanya Joni.
Dalam hati Bian juga mengajukan
pertanyaan yang sama tapi nggak sanggup untuk diungkapkannya, untung saja Joni
bertanya dia jadi bisa tahu jawabannya tanpa harus ikut menanyakan tentang itu
semua.
“Katanya dia males makan”, ucap
ringan Vina, “Dia juga bilang nggak mau ganggu kita makan”, lanjut Vina.
“Dia memang nggak perlu ada
disini”, sahut Bian ketus.
Padahal sih Pinkan keluar untuk
jalan-jalan, dia malas makan malam karena malas bertemu dengan Bian yang
membuatnya sebel seharian ini. Dia jalan-jalan untuk mencicipi jajanan khas
dari kota ini. Dia berjalan sendirian menyusuri jalan-jalan yang ramai dengan
orang berlalu-lalang. Tadi dia naik taksi untuk dapat menjangkau daerah itu.
To Be Continued....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar