•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Kamis, 22 Desember 2011

Something Called Love - Part 22


Something Called Love –Part 22
Pagi hari ini angin yang berhembus sangat segar, masuk kedalam kamar Pinkan karena balkon kamarnya yang terbuka, sambil mengikat rambutnya yang sudah kering dia berjalan menuju balkon lalu menghirup nafas panjang lalu menghembuskannya nikmat. Dia melihat Bian yang sudah siap dengan motornya, sepertinya Bian akan berangkat sepagi ini tapi nggak mungkin dia langsung berangkat ke sekolahan. Pasti ada tujuan lain sebelum dia berangkat ke sekolahan.
Bian dan Pinkan sempat bertemu pandang tapi keduanya lalu memalingkan muka saling mengacuhkan, Bian berlalu dan Pinkan kembali masuk ke kamarnya lalu duduk didepan cermin. Pinkan membubuhkan bedak di wajahnya, tipis saja karena hanya untuk sekolah ini.

“Fokus ke UN!”, ucapnya tegas, “Iya, lo nggak perlu mikirin masalah ini”, lanjutnya agak ragu, “Lo harus berbesar hati”, lanjut Pinkan yang berbicara dengan bayangannya sendiri.
Setelah dia selesai dengan semuanya, Pinkan keluar dari kamar dan menyusuri tangga menuju tempat makan. Sudah ada makanan disana, masih panas juga, mungkin tadi Mamah sempat memasak semua ini untuk sarapan Pinkan, Pinkan tersenyum senang merasa ada perubahan yang cukup baik dalam hidupnya. Kedua orang tuanya beberapa hari ini sering berada dirumah.
Pinkan baru membuka piringnya hendak mengambil nasi tapi dihentikan oleh suara ketukan pintu, pinkan bangkit dan berjalan untuk membukakan pintu. Dan yang datang adalah Kevin yang tersenyum lebar.
“Numpang sarapan”, ucap Kevin memelas.
Tentu saja membuat Pinkan sedikit tertawa lalu mereka berdua sarapan bersama sebelum berangkat kesekolahan. Bunda tadi sempat melihat Kevin yang masuk dalam rumah Pinkan, terlihat raut wajah Bunda yang kesal, bukan pada Kevin atau pada Pinkan. Bunda malah kesal pada anaknya sendiri yaitu Bian yang malah bersama dengan cewek yang Bunda nggak suka yaitu Vina.
Selesai dengan sarapan mereka, saatnya untuk berangkat ke sekolahan. Hari ini Kevin mengendarai mobilnya karena motornya belum dicuci gara-gara kehujanan kemarin, dan Pinkan nggak terlalu mempedulikan itu karena menurutnya sama saja walaupun lebih asyik kalau naik motor.
Dalam perjalanan ke sekolahan Pinkan lebih banyak diam, bukan seperti Pinkan yang biasanya.
“Yang semangat dong, ada gue ini. Lo bisa manfaatin gue kok!”, ucap Kevin bersemangat.
Pinkan mengalihkan pandangannya melihat pada Kevin yang sedang serius menyetir, Kevin melirik sebentar lalu serius menyetir lagi.
“Lo nggak inget waktu itu? Waktu pemadama itu”, ucap Kevin mengingatkan dan benar membuat Pinkan teringat.
Flashback on.
Beberapa hari yang lalu saat ada pemadaman dikompleks rumah Pinkan, Pinkan yang nggak jadi menelfon Bian dan malah menelfon Kevin, dan dengan cepat Kevin datang kerumahnya. Dan setelah  itu Kevin mengungkapkan semua perasaannya terhadap Pinkan yang sedang dipusingkan dengan kenyataan Bian yang bersama dengan Vina.
“Dan sepertinya lo nggak suka sama gue, lo sukanya sama Bian”, ucap Kevin pada Pinkan dipinggir kolanm renang mereka dikelilingi lilin-lilin yang bercahaya, “Gue ngerti itu, makanya gue nggak maksain lo buat suka juga sama gue. Setidaknya lo bisa mulai belajar buat suka sama gue, kalaupun nggak bisa dan sulit buat lo gue pasti akan menyerah. Tapi gue akan selalu sayang dan bantuin lo, gue akan selalu ada buat lo”, ucap Kevin serius sambil menggenggam kedua tangan Pinkan.
Kedunya lalu berpelukan dan disisi lain Bian melihat mereka berdua.
“Gue sangat ngerti. Dan gue nggak mau berharap lebih, please kasih kesempatan buat gue, supaya gue bisa bikin lo suka sama gue”, ucap Kevin sambil tersenyum. “Setidaknya kasih kesempatan buat gue buat deket sama lo”, lanjut Kevin masih memeluk Pinkan.
Cahaya redup lilin menyinari Kevin dan Pinkan dengan romantisnya. Kedunya tersenyum ringan disinari cahaya yang membuat lingkungan menjadi terang.
Flashback off.
Mereka berdua ternyata sudah sampai di sekolahan, lima menit sebelum bel berdenting. Pinkan dan Kevin berjalan beriringan menuju kelas dan saat melewati kelas XII.1 mereka berdua melihat Bian dan Vina yang terlihat asyik bercengkramah. Saat Pinkan pergi lagi Bian sempat melihatnya dengan tatapan sedih.
---
Setelah istirahat ini pelajaran kosong karena guru yang bertugas mengajar sedang sakit, jadi mereka hanya diberi tugas untuk diselesaikan hari ini juga. Pinkan, Joni, dan Kevin, mereka bertiga pergi ke perpustakaan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
Perpustakaan yang besar dan luas itu penuh sesak dengan rak-rak buku yang banyak dan tinggi menjulang, tapi sayang hanya sedikit orang yang datang ya mungkin ini karena bukan jam istirahat jadi tempat itu agak sepi.
Pinkan, Joni, dan Kevin berpencar mencari buku-buku referensi untuk mengerjakan tugas.
Dan saat mencari buku diantara rak-rak yang ada, saat Pinkan menarik buku disebuah rak dan saat itu juga orang yang ada dibalik rak itu menarik buku juga, alhasil keduanya saling bertemu pandang, dan orang itu adalah Bian. keduanya tersenyum kikuk dan agak malas.
“Kok lo disini?”, tanya Pinkan mencoba memecah kekikukan diantara mereka.
Bian mengangguk, “Ada tugas, lo ada tugas juga?”, lanjut Bian.
Pinkan sekarang mengangguk, “Iya, ada tugas dari pak Kamil”, jawab Pinkan ringan.
“Lo ngomong sama siapa Yang”, terdengar suara cewek nggak jauh dari Bian dan terlihatlah sosok Vina disana.
Pinkan tersenyum ringan begitu juga dengan Vina, “Hey Vina. Sudah lama ya kita nggak ketemu”, ujar Pinkan mengawali pembicaraan.
Vina tersenyum lalu mengangguk, “Iya sudah lama kita nggak ketemu padahal satu sekolahan”, jawab Vina sambil menggandeng tangan Bian.
“Lo ngomong sama siapa sih?”, ucap Kevin yang baru datang pada Pinkan. Lalu melongok kearah rak untuk melihat lawan bicara Pinkan. “Hey bro, lama ya nggak ketemu”, sapa Kevin bersemangat sambil menggulung buku yang dia pegang.
“Gimana kabar lo?”, sahut Bian diseberang sana.
Tapi gara-gara sedikit keributan ini mereka berempat disuruh keluar dari perpustakaan karena dibilang mengganggu ketenangan di perpustakaan, mereka berempat mengalah dan keluar dari perpustakaan menuju tempat duduk yang ada di teras depan kelas.
Mereka berempat duduk sejajar, Bian, Vina, Kevin, dan Pinkan. Dari tadi Vina terlihat pamer kemesraannya dengan Bian pada Kevin dan Pinkan, tapi sangat jelas terlihat Bian sama sekali nggak menanggapinya, Bian cenderung diam dan ogah meladeni Vina.
Lalu Kevin dengan tenang menggenggam tangan kanan Pinkan dengan hangat membuat Pinkan kontan melihat kearahnya lalu Kevin mengangkat alisnya yang mengadung makna itu, lalu Pinkan membiarkan Kevin memegang tangannya begitu saja, setidaknya Pinkan bisa lebih tenang.
---
Malamnya Bian disuruh Bunda untuk mengantarkan makan malam untuk Pinkan, Bunda masak banyak kali ini. Bunda nggak mengajak Pinkan untuk makan dirumahnya karena pasti Pinkan akan menolaknya karena hubungannya dengan Bian sedang nggak seperti biasanya. Tadinya Bian menolak tapi setelah Bunda memaksa akhirnya Bian mau juga.
Bukan malas atau enggan bertemu dengan Pinkan tapi dia merasa sakit kalau bertemu dengan Pinkan yang dikiranya sudah menjadi milik Kevin setelah kejadian saat pemadaman listrik, Bian mengira saat itu Kevin dan Pinkan jadian jadi Bian mulai menjaga jarak.
Bian mulai mengetuk pintu rumah Pinkan dan beberapa saat kemudian Pinkan membukakan pintu untuknya, keduanya saling tersenyum sedikit menurunkan tingkat ketegangan saat berhadapan, mereka berdua merasakan debaran jantung yang makin mengencang, sama seperti biasanya, tapi nggak pernam Bian rasakan saat bersama Vina, dan begitu juga dengan Pinkan terhadap Kevin.
“Ini ada makanan dari Bunda”, ucap Bian sambil memberikan kotak makan yang cukup besar.
Pinkan mau nggak mau meraihnya, “Makasih”, ucap Pinkan sambil menerima makanan itu.
Bian mengangguk lalu pamit pulang, “Ya sudah, gue pulang ya”, ucap Bian.
Pinkan hanya mengangguk lalu Bian memutar badannya hendak berjalan pergi kerumahnya. Bian pergi begitu saja dari hadapan Pinkan dan saat akan melewati pintu gerbang Bian menghentikan langkahnya sejenak karena mendengar Pinkan memanggil namanya.
“Selamat ya atas lo dan Vina yang sudah jadian”, ucap Pinkan cepat lalu masuk kembali ke rumahnya dan mengunci rapat pintu rumahnya.
Bian masih terdiam mendengar ucapan Pinkan itu lalu dia menoleh kebelakang kearah pintu rumah Pinkan, “Selamat juga buat lo sama Kevin”, ucap Bian lalu kembali ke rumahnya.
Ternyata Pinkan menangis sambil bersandar di pintu dan memeluk kotak makan yang Bian berikan tadi. Dia menangi sedih sekali, dia keheranan kenapa tadi dia bisa berkata seperti itu, dia menyukai Bian tapi kenapa bisa ngomong kalimat itu dengan cepat, membuat Pinkan dilema.
Bunda dan Ayah sudah makan duluan di meja makan, mereka duluan makan karena mengira Bian akan makan malam bersama dengan Pinkan, karena itu Bunda tadi membungkuskan banyak makanan tapi ternyata pemikirannya itu salah, Bian nggak ikut makan sama mereka tapi bergegas naik ke kamarnya. Bian mengunci pintu kamarnya rapat.
“Bodoh!”, ucapnya marah pada diri sendiri.
“Gue sayang sama lo, gue baru sadar setelah lo bersama orang lain”, ucap Pinkan masih dalam tangisannya.
“Gue cuma sayang sama lo, tapi kenapa lo malah jadian sama sahabat gue sendiri?”, ucap Bian yang duduk bersandar dipintu sambil mencengkram rambutnya.
Mereka berdua seperti saling bersaut-sautan padahal mereka berdua berada di tempat yang berbeda.
“Tapi rasa cintaku ini nggak akan pernah luntur, cuma lo cinta gue”, lanjut Pinkan makin histeris menangis.
Air mata Bian menetes, “Bagaimanapun kita sekarang, gue akan tetap cinta sama lo, Cuma lo yang ada dihati gue”.
“Apa cinta gue ini salah?”, tanya Pinkan pilu.
“Bukan cinta gue yang salah, waktu yang masih salah diantara kita”, sahut Bian.
“Cuma lo, Bian!”, ucap Pinkan.
“Cuma lo, Pinkan!”, ucap Bian.
To Be Continued....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...