Something Called
Love – Part 24
Dari semalam sampai pagi ini
hujan masih saja turun membuat Bian malas untuk bangkit dari tempat tidurnya,
dia malas ngapa-ngapain, semuanya karena Pinkan. Karena Pinkan pergi darinya
tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Semalam dia nggak bisa tidur, dia terus
mencoba menghubungi Pinkan tapi nggak bisa.
Rumah Pinkan juga sudah kosong
karena Papah pindah keapartemen yang jaraknya lebih dekat dengan kantor. Bian
putus asa, cintanya pergi jauh dan nggak tahu kapan akan kembali. Dia menyesali
dirinya yang menjadi sosok pengecut untuk menyebut perasaannya ini sebagai
cinta, cintanya pada Pinkan.
“Aaarrrrggg!!”, gerutu Bian kesal
sambil menendang-nendang selimutnya. “Gue bodoh! Bodoh! Bodoh banget!”, ucapnya
kesal sambil memukul-mukulkan kepalanya pada bantal guling.
Tiba-tiba ada yang membuka pintu
kamar Bian, dan ternyata Kevin yang datang untuk mengunjunginya. Sudah tiga
hari ini Bian nggak keluar rumah dan terus-menerus mengurung dirinya, dia
terlalu nggak bisa ditinggal sama Pinkan, orang yang dicintainya.
“Woi bro!”, teriak Kevin sambil
merebahkan tubuhnya di ranjang Bian.
Bian mengerang kesal karena Kevin
mengganggunya.
“Jangan marah dong! Gue mau kasih
kabar baik nih!”, ucap Kevin bersemangat.
“Apa? Pinkan pulang?”, tanya Bian
yang ikut bersemangat.
Kevin menggelengkan kepalanya, “Bukan
itu”, jawab Kevin langsung membuat Bian kembali malas-malasan. “Lo diterima nih
masuk fakultas kedokteran UI”, ucap Kevin sambil menunjukkan surat
pemberitahuan.
“Gue sudah tahu, gue sudah dapet
telfon kemarin!”, sahut Bian malas.
“Lo seneng?”, tanya Kevin lagi.
Bian mengangguk, “Tapi lebih
seneng lagi kalau Pinkan ada disini sama gue”, jawab Bian sambil menyangga
kepalanya dengan tangan kanan. “Lo bener nggak pacaran sama Pinkan?”, lanjut
Bian memastikan.
“Kalau Pinkan pacar gue, pasti
gue akan bersikap kayak lo sekarang ini!”, timpal Kevin.
Bian mengacuhkannya dan kembali
berkutat dengan bantal-bantal yang ada didekapannya, Kevin juga nggak mau
kalah, dia terus menggoda Bian agar mau keluar dari kamar tapi usaha Kevin
nggak membuahkan hasil, Bian tetap ada dikasurnya.
“Leptop lo mana?”, tanya Kevin
tiba-tiba setelah berhenti menggoda Bian.
Dengan menggunakan isyarat dengan
kedua matanya Bian menjawab pertanyaan dari Kevin. Lalu Kevin bangkit dan menyalakan
laptop Bian. Nggak lupa dikoneksikan dengan jaringan internet. Dia menggunakan
search engine Google lalu masuk ke sosial network Facebook untuk membuka
akunnya.
Ada lima pemberitahuan baru
disana. keempat dari pemberi tahuan itu nggak penting bagi Kevin dan ada satu
pemberitahuan yang sangat penting. Yaitu pemberitahuan berlangganan status
terbaru teman, dan yang statusnya baru yaitu Pinkan!
“Mencoba menyesuaikan diri
dilingkungan yang baru. Berinteraksi dengan orang baru. Apa gue harus mencari
cinta yang juga baru?”, tulisan status Pinkan yang sengaja Kevin bacakan agak
keras.
Bian belum berekspresi apa-apa,
dia masih sedikit acuh hanya saja sekarang dia sudah merubah posisinya duduk di
kasur.
“Jangan nyari yang baru! Gue
disini setia nungguin lo pulang”, ucap Kevin sambil mengetikkan komentar di
status Pinkan. “Love you pinky gir”, ucap Kevin sambil berpura-pura menuliskan
itu di komentarnya tadi.
Tentu membuat Bian cepat bangun
dari kasurnya dan berlari ke tempat Kevi sedang facebook-an. Dia membaca status
Pinkan yang terakhir kali di update lima menit yang lalu, lalu Bian mengambil
alit touch pad untuk mengarahkan pointer melihat siapa saja yang online. Wajahnya
kecewa saat nggak menemukan nama Pinkan didaftar teman yang online. Dengan
lemas dia kembali ke kasurnya.
---
Beberapa bulan kemudian...
Sekarang Tito Fabian Raisyad
sudah menjadi seorang mahasiswa jurusan kedokteran di universitas negri di
Indonesia. Dia berharap cita-citanya tercapai, karena sejak kecil dia bermimpi
ingin menjadi seorang dokter yang dapat menyambuhkan orang-orang sakit, oleh
karena itu dia serius sekali untuk belajar demi memperdalami materi kuliahnya.
“Gue berangkat dulu ya, mungkin
ntar pulangnya agak malem. Mau ngerjain tugas dulu”, ucap Bian pada sebuah
pigura berfoto Pinkan.
Ternyata dia belum bisa melupakan
Pinkan. Selalu sebelum beraktifitas dia menyempatkan diri untuk berbicara
dengan foto Pinkan, begitu juga saat dia
lelah dengan kuliahnya, sedang ada masalah, sedang senang, sedang sedih, dan
merasakan apapun dia selalu bercerita dengan foto Pinkan.
Sudah beberapa bulan ini sama
sekali nggak ada kabar dari Pinkan. Update-an facebook atupun Twitter-nya nggak
pernah ada, padahal sering Bian menunggunya hanya untuk update status, membalas
pesannya, atau apalah itu. Pinkan hilang bagai ditelan bumi, Bian nggak bisa
menemukannya.
Sesampainya Bian di kampus, dia
nggak langsung masuk, dia berjalan menuju gedung perpustakaan karena ingin
membaca sebuah buku, kelasnya dimulai satu jam lagi. Saat dia berjalan melewati
banyak orang, sebagian cewek-cewek yang cantik memperhatikannya dan tentu
menyapanya, Bian hanya membalasnya dengan senyuman yang sewajarnya.
Nggak ada seorangpun yang bisa
menggantikan Pinkan dihatinya, sekalipun cewek itu cantik sekali atau baik
sekali. Sampai akhirnya dia sampai di perpustakaan dan mencari sebuah buku, dia
mengambil buku kesehatan di rak yang tinggi, lalu dia teringat saat-saat dulu
pernah bertemu pandang sengan Pinkan saat mengambil buku, dia teringat masa
SMA-nya bersama Pinkan.
Bian yang menjadi sosok cowok
cool ini duduk sendirian di kursi panjang, tapi setelah itu banyak juga yang
duduk disekitar kursi panjang itu. Dan lebih banyak cewek-cewek daripada cowok,
Bian menjadi idola disitu.
“Hey bro, sendirian aja”, sahut
Kevin yang duduk di hadapannya diseberang meja.
Bian mengangguk sambil meletakkan
bukunya di meja, “Ngapain lo kesini?”, tanya Bian.
“Emangnya orang ke perpustakaan
itu ngapain? Ya baca buku lah!”, timpal Kevin sambil membuka buku yang tadi
dibawanya.
Keduanya kembali serius membaca.
Bian dan Kevin duduk bersama disitu membuat lebih banyak lagi cewek-cewek yang
datang dan duduk bersama mereka, sudah seperti artis saja mereka berdua yang
banyak penggemarnya.
Kevin juga kuliah di kampus yang
sama dengan Bian, hanya saja mereka beda jurusan. Bian mengambil kedokteran
sedangkan Kevin masuk fakultas hukum, Bian sang calon dokter dan Kevin sang
calon pengacara.
Bagaimana dengan Joni?
Joni kuliah di universitas yang
sama dengan mereka berdua. Mereka bertiga sering berkumpul bersama, hubungan
ketiganya masih sangat baik. Sedangkan Vina kuliah di Malaysia, dia nggak
melanjutkan di Indonesia karena dia dan keluarga harus pindah kesana karena
Ayahnya yang merupakan diplomat harus di pindah tugaskan ke Malaysia.
Joni tiba-tiba datang dan
langsung duduk disamping Bian, “Kenapa gue selalu ngeliat kalian berdua lagi
sama-sama? Jangan-jangan kalian pacaran ya?”, ledek Joni dengan nada yang
serius.
Tapi Joni nggak mendapat jawaban
apa-apa, kedua mata Bian dan Kevin henya menatapnya tajam nggak setuju dengan
apa yang Joni katakan. Tapi ya sudahlah, Bian dan kevin kembali serius membaca
buku masing-masing.
“Taraaaaa”, Joni menunjukkan
sebendel kertas pada kedua temannya itu, “Isinya tentang kita nih”, ucap Joni
bersemangat.
Lalu Bian dan Kevin mencoba membuka
bendelan kertas itu bersama-sama, ternyata isinya sebuah cerita dalam bentuk
komik. Joni memang berbakat dalam menggambar, makanya dia masuk ke fakultas
seni. Dalam cerita yang kali ini, Joni menceritakan kisah mereka bertiga yang
baru masuk kuliah.
Kevin membiarkan Bian membaca
duluan, jadi dia melanjutkan bukunya yang belum selesai di baca, sedangkan Joni
iseng-iseng menggambar lagi, menggambar sosok seorang cewek berambut panjang
berponi yang menutupi seluruh dahi dengan sebuah jepit rambut berbentuk pita
lucu melekat di rambutnya.
“Sari melulu”, celetuk Kevin saat
melihat gambar Joni.
Dan Joni hanya menyengir kuda
lalu melanjutkan gambarnya. Sekarang Joni memang sedang menjalin hubungan
dengan Sari, anak ibu kantin yang sekarang duduk di kelas XI SMA. Sering Joni
mengikutsertakan Sari dalam jalan-jalannya bersama dengan kedua sahabatnya itu.
Dia sudah melupakan Vina, begitu juga dengan Kevin yang mulai membuka hatinya
untuk cewek lain. Tapi nggak dengan Bian yang tetap dengan satu pilihan yaitu
Pinkan.
To Be Continued....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar