•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Sabtu, 24 Desember 2011

Something Called Love - Part 24


Something Called Love – Part 24
Dari semalam sampai pagi ini hujan masih saja turun membuat Bian malas untuk bangkit dari tempat tidurnya, dia malas ngapa-ngapain, semuanya karena Pinkan. Karena Pinkan pergi darinya tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Semalam dia nggak bisa tidur, dia terus mencoba menghubungi Pinkan tapi nggak bisa.
Rumah Pinkan juga sudah kosong karena Papah pindah keapartemen yang jaraknya lebih dekat dengan kantor. Bian putus asa, cintanya pergi jauh dan nggak tahu kapan akan kembali. Dia menyesali dirinya yang menjadi sosok pengecut untuk menyebut perasaannya ini sebagai cinta, cintanya pada Pinkan.

“Aaarrrrggg!!”, gerutu Bian kesal sambil menendang-nendang selimutnya. “Gue bodoh! Bodoh! Bodoh banget!”, ucapnya kesal sambil memukul-mukulkan kepalanya pada bantal guling.
Tiba-tiba ada yang membuka pintu kamar Bian, dan ternyata Kevin yang datang untuk mengunjunginya. Sudah tiga hari ini Bian nggak keluar rumah dan terus-menerus mengurung dirinya, dia terlalu nggak bisa ditinggal sama Pinkan, orang yang dicintainya.
“Woi bro!”, teriak Kevin sambil merebahkan tubuhnya di ranjang Bian.
Bian mengerang kesal karena Kevin mengganggunya.
“Jangan marah dong! Gue mau kasih kabar baik nih!”, ucap Kevin bersemangat.
“Apa? Pinkan pulang?”, tanya Bian yang ikut bersemangat.
Kevin menggelengkan kepalanya, “Bukan itu”, jawab Kevin langsung membuat Bian kembali malas-malasan. “Lo diterima nih masuk fakultas kedokteran UI”, ucap Kevin sambil menunjukkan surat pemberitahuan.
“Gue sudah tahu, gue sudah dapet telfon kemarin!”, sahut Bian malas.
“Lo seneng?”, tanya Kevin lagi.
Bian mengangguk, “Tapi lebih seneng lagi kalau Pinkan ada disini sama gue”, jawab Bian sambil menyangga kepalanya dengan tangan kanan. “Lo bener nggak pacaran sama Pinkan?”, lanjut Bian memastikan.
“Kalau Pinkan pacar gue, pasti gue akan bersikap kayak lo sekarang ini!”, timpal Kevin.
Bian mengacuhkannya dan kembali berkutat dengan bantal-bantal yang ada didekapannya, Kevin juga nggak mau kalah, dia terus menggoda Bian agar mau keluar dari kamar tapi usaha Kevin nggak membuahkan hasil, Bian tetap ada dikasurnya.
“Leptop lo mana?”, tanya Kevin tiba-tiba setelah berhenti menggoda Bian.
Dengan menggunakan isyarat dengan kedua matanya Bian menjawab pertanyaan dari Kevin. Lalu Kevin bangkit dan menyalakan laptop Bian. Nggak lupa dikoneksikan dengan jaringan internet. Dia menggunakan search engine Google lalu masuk ke sosial network Facebook untuk membuka akunnya.
Ada lima pemberitahuan baru disana. keempat dari pemberi tahuan itu nggak penting bagi Kevin dan ada satu pemberitahuan yang sangat penting. Yaitu pemberitahuan berlangganan status terbaru teman, dan yang statusnya baru yaitu Pinkan!
“Mencoba menyesuaikan diri dilingkungan yang baru. Berinteraksi dengan orang baru. Apa gue harus mencari cinta yang juga baru?”, tulisan status Pinkan yang sengaja Kevin bacakan agak keras.
Bian belum berekspresi apa-apa, dia masih sedikit acuh hanya saja sekarang dia sudah merubah posisinya duduk di kasur.
“Jangan nyari yang baru! Gue disini setia nungguin lo pulang”, ucap Kevin sambil mengetikkan komentar di status Pinkan. “Love you pinky gir”, ucap Kevin sambil berpura-pura menuliskan itu di komentarnya tadi.
Tentu membuat Bian cepat bangun dari kasurnya dan berlari ke tempat Kevi sedang facebook-an. Dia membaca status Pinkan yang terakhir kali di update lima menit yang lalu, lalu Bian mengambil alit touch pad untuk mengarahkan pointer melihat siapa saja yang online. Wajahnya kecewa saat nggak menemukan nama Pinkan didaftar teman yang online. Dengan lemas dia kembali ke kasurnya.
---
Beberapa bulan kemudian...
Sekarang Tito Fabian Raisyad sudah menjadi seorang mahasiswa jurusan kedokteran di universitas negri di Indonesia. Dia berharap cita-citanya tercapai, karena sejak kecil dia bermimpi ingin menjadi seorang dokter yang dapat menyambuhkan orang-orang sakit, oleh karena itu dia serius sekali untuk belajar demi memperdalami materi kuliahnya.
“Gue berangkat dulu ya, mungkin ntar pulangnya agak malem. Mau ngerjain tugas dulu”, ucap Bian pada sebuah pigura berfoto Pinkan.
Ternyata dia belum bisa melupakan Pinkan. Selalu sebelum beraktifitas dia menyempatkan diri untuk berbicara dengan foto Pinkan, begitu juga saat  dia lelah dengan kuliahnya, sedang ada masalah, sedang senang, sedang sedih, dan merasakan apapun dia selalu bercerita dengan foto Pinkan.
Sudah beberapa bulan ini sama sekali nggak ada kabar dari Pinkan. Update-an facebook atupun Twitter-nya nggak pernah ada, padahal sering Bian menunggunya hanya untuk update status, membalas pesannya, atau apalah itu. Pinkan hilang bagai ditelan bumi, Bian nggak bisa menemukannya.
Sesampainya Bian di kampus, dia nggak langsung masuk, dia berjalan menuju gedung perpustakaan karena ingin membaca sebuah buku, kelasnya dimulai satu jam lagi. Saat dia berjalan melewati banyak orang, sebagian cewek-cewek yang cantik memperhatikannya dan tentu menyapanya, Bian hanya membalasnya dengan senyuman yang sewajarnya.
Nggak ada seorangpun yang bisa menggantikan Pinkan dihatinya, sekalipun cewek itu cantik sekali atau baik sekali. Sampai akhirnya dia sampai di perpustakaan dan mencari sebuah buku, dia mengambil buku kesehatan di rak yang tinggi, lalu dia teringat saat-saat dulu pernah bertemu pandang sengan Pinkan saat mengambil buku, dia teringat masa SMA-nya bersama Pinkan.
Bian yang menjadi sosok cowok cool ini duduk sendirian di kursi panjang, tapi setelah itu banyak juga yang duduk disekitar kursi panjang itu. Dan lebih banyak cewek-cewek daripada cowok, Bian menjadi idola disitu.
“Hey bro, sendirian aja”, sahut Kevin yang duduk di hadapannya diseberang meja.
Bian mengangguk sambil meletakkan bukunya di meja, “Ngapain lo kesini?”, tanya Bian.
“Emangnya orang ke perpustakaan itu ngapain? Ya baca buku lah!”, timpal Kevin sambil membuka buku yang tadi dibawanya.
Keduanya kembali serius membaca. Bian dan Kevin duduk bersama disitu membuat lebih banyak lagi cewek-cewek yang datang dan duduk bersama mereka, sudah seperti artis saja mereka berdua yang banyak penggemarnya.
Kevin juga kuliah di kampus yang sama dengan Bian, hanya saja mereka beda jurusan. Bian mengambil kedokteran sedangkan Kevin masuk fakultas hukum, Bian sang calon dokter dan Kevin sang calon pengacara.
Bagaimana dengan Joni?
Joni kuliah di universitas yang sama dengan mereka berdua. Mereka bertiga sering berkumpul bersama, hubungan ketiganya masih sangat baik. Sedangkan Vina kuliah di Malaysia, dia nggak melanjutkan di Indonesia karena dia dan keluarga harus pindah kesana karena Ayahnya yang merupakan diplomat harus di pindah tugaskan ke Malaysia.
Joni tiba-tiba datang dan langsung duduk disamping Bian, “Kenapa gue selalu ngeliat kalian berdua lagi sama-sama? Jangan-jangan kalian pacaran ya?”, ledek Joni dengan nada yang serius.
Tapi Joni nggak mendapat jawaban apa-apa, kedua mata Bian dan Kevin henya menatapnya tajam nggak setuju dengan apa yang Joni katakan. Tapi ya sudahlah, Bian dan kevin kembali serius membaca buku masing-masing.
“Taraaaaa”, Joni menunjukkan sebendel kertas pada kedua temannya itu, “Isinya tentang kita nih”, ucap Joni bersemangat.
Lalu Bian dan Kevin mencoba membuka bendelan kertas itu bersama-sama, ternyata isinya sebuah cerita dalam bentuk komik. Joni memang berbakat dalam menggambar, makanya dia masuk ke fakultas seni. Dalam cerita yang kali ini, Joni menceritakan kisah mereka bertiga yang baru masuk kuliah.
Kevin membiarkan Bian membaca duluan, jadi dia melanjutkan bukunya yang belum selesai di baca, sedangkan Joni iseng-iseng menggambar lagi, menggambar sosok seorang cewek berambut panjang berponi yang menutupi seluruh dahi dengan sebuah jepit rambut berbentuk pita lucu melekat di rambutnya.
“Sari melulu”, celetuk Kevin saat melihat gambar Joni.
Dan Joni hanya menyengir kuda lalu melanjutkan gambarnya. Sekarang Joni memang sedang menjalin hubungan dengan Sari, anak ibu kantin yang sekarang duduk di kelas XI SMA. Sering Joni mengikutsertakan Sari dalam jalan-jalannya bersama dengan kedua sahabatnya itu. Dia sudah melupakan Vina, begitu juga dengan Kevin yang mulai membuka hatinya untuk cewek lain. Tapi nggak dengan Bian yang tetap dengan satu pilihan yaitu Pinkan.
To Be Continued....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...