Something Called
Love – Part 12
Hari pertama UAS. Ruang ujian
sudah penuh dengan para siswa yang mengikuti ujian kenaikan kelas ini. Terlihat
Bian, Vina, dan Joni yang sedang mengerjakan soal yang diberikan dari panitia
UAS, sedangkan Pinkan berada di ruangan yang berbeda karena setiap kelas dibagi
menjadi dua kelompok untuk membuat longgar di setiap ruangannya.
Pinkan juga nggak kalah serius
mengerjakan soal ujian itu, bukan hal yang sulit untuknya. Dia termasuk cewek
yang cerdas di sekolahnya yang sebelumnya, dan tentu saja di sekolahan ini
juga. Apalagi dia sudah bekerja keras buat belajar untuk menghadapi UAS
kenaikan ke kelas XII.
---
Seminggu kemudian. Hari terakhir
Ujian Akhir Semester.
“Akhirnyaaaa. Selesai juga”, ucap
Pinkan puas setelah keluar dari ruang ujiannya.
Semua mata pelajaran sudah
selesai di ujikan. Pinkan keluar dengan wajah senang, hari terakhir ujiannya
sudah selesai. Pinkan yang masih tersenyum berjalan riang sambil memegangi tali
ranselnya yang cute dan tentu berwarna pink itu menuju kantin. Setelah berfikir
perutnya keroncongan.
“Hey”, Bian mencoba
mengejutkannya.
Dan benar saja, Pinkan sedikit
tersentak karena terkejut lalu mengelus-elus dadanya untuk menenangkan dirinya
sendiri. Nggak lama kemudian mereka berjalan berdua hendak kekantin, dan dari
bekalang mereka Vina mencoba mengagetkan keduanya, mereka berdua nggak begitu
kaget. Lalu Joni juga bergabung bersama mereka bertiga.
Pinkan, Bian, Vina, dan Joni
berjalan bersama menuju kantin. Vina lagi-lagi sudah mulai terang-terangan
memberikan perhatian lebih pada Bian. Joni bangkit untuk memesankan makanan
untuk mereka semua, kali ini Pinkan ikut bangkit.
“Gue ikut”, pinta Pinkan saat
Joni hendak berlalu.
“Ayo”, ucap Joni sambil
melambaikan tangan kirinya.
Mereka berduapun pergi untuk membeli
makanan, meninggalkan Vina dan Bian berduaan. Pinkan malas membuat jantungnya
kembang kempis saat melihat Vina dan Bian bersama jadi dia memutuskan untuk
ikut Joni saja.
Joni senyum pada Pinkan, “Lo suka
ya sama gue”, timpal Joni sambil menahan tawa.
Pinkan tertawa geli lalu menempel
ke tubuh Joni, dan bertingkah manja, “Gue suka banget sama lo”, ucap Pinkan
manja meledek Joni.
Joni juga tertawa geli lalu
mengacak-acak poni Pinkan, dengan cepat Pinkan menjadi manyun nggak suka. Menata
rambutnya lagi, kali ini Pinkan nggak merasakan getaran aneh di tubuhnya
jantungnya juga nggak berdegup dua kali lebih cepat saat Joni mengacak-acak
lembut raambutnya. Kenapa bisa begitu? Kenapa bisa berbeda dengan Bian?
“Ih jangan manyun gitu dong. Maaf
deh”, ucap Joni sambil merangkul Pinkan.
Kemudian Pinkan berubah menjadi
tersenyum kembali. Dari jauh Bian memperhatikan mereka berdua, hatinya sakit,
nggak nyaman melihat mereka berdua seperti itu. Hatinya berkecamuk nggak
menentu melihat Pinkan nggak ada disampingnya dan malah ada bersama cowok lain.
Makanan pesanan mereka selesai di
siapkan, saatnya membawa ke tempat duduk mereka di kantin itu. Sambil
ledek-ledekan Pinkan dan Joni berjalan
riang menuju tempat mereka tadi, membuat Bian nggak suka. Mood-nya berubah
nggak enak karena melihat Pinkan yang tertawa-tawa dengan cowok lain selain
dirinya.
“Terima kasih”, ucap manis Vina
pada Pinkan dan Joni.
Mereka mulai menikmati makanan
penghilang stres mereka setelah ujian telah selesai hari ini.
Kali ini Bian membiarkan Pinkan
memasukkan sambel ke dalam baksonya sesuai dengan keinginannya sendiri. Pokoknya
Bian jadi nggak seperti biasanya, mood-nya sedikit berantakan. Tapi dari dalam
hatinya Bian terus mencoba menghentikan Pinkan agar nggak banyak menggunakan
sambal, tapi berhubung itu hanya dalam benak Bian tentu saja Pinkan nggak bisa
mendengarnya.
“Gimana kalau kita liburan
sama-sama”, ucap Joni bersemangat, “Tadi gue sudah ngomongin ini sama Pinkan. Gimana
kalau kita liburan di tempat yang deket aja, gimana kalau Jogja?”, lanjut Joni
masih bersemangat.
Pinkan menelan makanannya dulu
lalu ikut berkomentar, “Iya. Ayo kita liburan sama-sama”, sahut Pinkan yang
juga bersemangat.
Vina juga terlihat senang, “Ide
bagus tuh”, sahut Vina cepat.
Bian masih serius dengan
makanannya, dia benar-benar nggak menghiraukan apa yang sedang teman-temannya
itu bahas. Tapi Bian merasa ide itu nggak terlalu buruk, liburan setelah ujian
itu ide yang memang bagus sekali.
“Ah jangan ke Jogja, gue sudah
bosen”, Tukas Vina cepat setelah berfikir.
“Terus kemana dong?”, tanya
Pinkan.
Vina kembali terlihat berfikir,
dan, “Gimana kalau ke Purwokerto? Belum pernah ke sana kan? Kampungnya Mayang
Sari tuh. Ayo kita liburan kesana”, ajak Vina bersemangat.
Joni dan Pinkan saling bertemu
pandang untuk memikirkan ide yang Vina katakan tadi.
“Purwokerto sih dimana?”, tanya
Joni dan Pinkan bersamaan.
Kontan membuat Bian yang tadinya
diam menjadi tertawa karena mendengar kedua temannya itu yang nggak tahu dimana
letak Purwokerto itu. Vina menepuk jidatnya karena merasa apa yang dikatakannya
itu sia-sia. Teman-temannya nggak tahu tentang apa yang dia katakan.
---
Minggu pagi yang cerah ini Bian,
Pinkan, Vina, dan Joni sudah ada dirumah Bian. Hari ini mereka berempat akan
melakukan perjalanan panjang menuju tempat liburan mereka yaitu Purwokerto.
(hahahaha dikit promosilah ya-red)
Semua barang-barang kebutuhan
mereka sudah rapi di dalam bagasi mobil. Mereka ke Purwokerto naik kereta api
dan disana mereka sudah menyewa sebuah mobil untuk keperluan mereka berkeliling
kota yang mulai berkembang itu.
Ok! Saatnya untuk berangkat,
mereka menggunakan taksi. Joni duduk di tempat duduk penumpang di samping
kemudi, sedangkan dijok belakang ada Pinkan, Vina dan Bian yang duduk berjajar
sesuai urutan nama yang disebut tadi. Pinkan asyik dengan musik yang dia
dengarkan melalui ear phone sedangkan Vina mencoba mengobrol dengan Bian yang
lebih banyak diam.
Akhirnya kereta yang mereka naiki
bergerak juga. Mereka kehabisan tiket buat naik kereta yang eksekutif, alhasil
mereka harus puas dengan kereta kelas bisnis yang benar-benar sumpeg, panas,
dan agak nggak nyaman bagi mereka, tapi ya nikmati sajalah.
Tadinya Pinkan duduk sama Vina
tapi Vina minta pindah, dia ingin duduk sama Bian. Jadi Pinkan duduk dengan
Joni, tapi itu nggak apa-apa buat Pinkan. Toh yang penting dapet tempat duduk. Tapi
dengan Vina pindah tempat duduk Pinkan menjadi bisa tertawa karena Joni yang
memang cowok yang terbilang humoris.
Di bangku belakang Vina malah
jadi tertidur karena dari tadi dicuekin terus sama Bian yang malah asyik
baca-baca buku. Vina tertidur pulas, sementara itu Pinkan masih asyik mengobrol
dengan Joni.
“Ah menjijikan! Jangan cerita
kayak gitu lah”, tukas Pinkan karena ulah Joni.
Joni tertawa lepas karena melihat
ekspresi Pinkan yang kegelian saat ia menceritakan cerita-cerita jorok nan
kumul, kumel, dan menjijikan (kayak si mamet, suka cerita kayak gitu :p-red).
“Eh ada lagi, lo punya duit
seribuan gak?”, tanya Joni.
Pinkan mencoba merogoh saku
celana bagian belakangnya, “Nih”, ucap Pinkan sambil menyerahkan uangnya.
Joni meraih uang itu dan tertawa,
“Hahaha, lo kere amat punya duit seginian?”, ledek Joni.
Membuat Pinkan manyu tapi
kemudian tertawa lagi, dari belakang Bian merasa iri. Dia nggak bisa konsen
membaca bukunya yang begitu tebal, sebuah novel terjemahan entah apa itu
judulnya karena tertutup oleh tangan Bian.
“Dilihat dari gambar Patimura
ini, menurut lo hobinya apa? Tapi hobi yang jadul lho? Terus hobil yang
modernnya apa coba?”, Joni memperlihatkan gambar Patimura yang membawa golok
pada Pinkan.
“Hobinya masak! Soalnya bawa-bawa
gituan”, jawab Pinkan sekenanya. “Terus kalau modernnya ya tetep masak, ya jadi
chef gitu”, lanjut Pinkan makin sekenanya.
Joni tertawa nyaring. “ Hahahaha!
Bukan itu, tapi...”, Joni melipat uang itu sedemikian rumah hingga membuat
golok yang tajam itu tidak terlihat dan yang terlihat hanya gagang golok yang
dipegang tangannya Patimura, “Hobi Patimura yang modern yaitu karokean”, timpal
Joni sambil memperlihatkan uang kertas seribuah yang sudah dia lipat.
“Hahaha gariing!”, tukas Pinkan
sambil menampol kepala Joni.
Jonipun mengaduh kesakitan. Eh
dari belakang ada yang memukul kepalanya lagi, kali ini tangan orang yang
memukulnya lebih berat dari tangan Pinkan. Joni langsung bangkit hendak memaki
tapi dia melihat Bian yang ternyata ada disitu.
Bian mengisyaratkan agar Joni mau
bertukar duduk dengannya, Joni mengerti lalu melihat Vina yang sedang tertidur
pulas jadi dima mau saja. Joni berjalanan lalu duduk disamping Vina, tanpa Vina
tahu Vina mulai merangkul Joni yang dikirannya yaitu Bian.
Bian lalu duduk disamping Pinkan.
“Lo suka sama Joni?”, tanya Bian
tiba-tiba.
Membuat Pinkan bingung, “Maksud
lo apa?”, tanya Pinkan memang bingung.
“Kayakny lo seneng banget kalau
deket sama dia?”, lanjut Bian makin serius.
Pandangannya nggak tertuju pada
Pinkan, dia memandang lurus kedepan, sedangkan Pinkan terus melihat wajah Bian
karena dia bingung dengan apa yang Bian katakan padanya.
“Gue nggak ngerti maksud lo apa”,
tukas Pinkan yang kemudian nggak melihat Bian lagi.
Bian diam nggak berucap lagi,
Pinkan yang jadi nggak mood lalu merubah posisi duduknya sehingga bisa melihat
keluar jendela kereta. Dia melihat pemandangan yang cukup indah tersaji di
depan kedua matanya. Dan lama-kelamaan malah membuat dirinya mengantuk dan
akhirnya tertidur pulas.
Kemudian Bian menoleh kearah
Pinkan yang sedang tertidur pulas. “Gue nggak suka lihat lo ketawa lepas bukan
karena gue ada disamping lo”, ucap Bian lirih.
Sebenarnya apa yang mereka
rasakan itu sama, jantung berdegup dua kali lebih cepat saat mereka berdua
bersama melakukan hal yang simple namun ngena di perasaan mereka. Mereka belum
bisa menjabarkan perasaan apa ini sebenarnya, mereka masih belum bisa untuk
terus terang mengungkapkannya.
Bian juga merasa ngantuk
lama-kelamaan dia juga akhirnya tertidur pulas. Dan entah karena apa dan
mengapa tiba-tiba kepala Pinkan bersandar di bahu Bian dan juga Bian melakukan
hal yang sama dia bersandar di kepala Pinkan yang bersandar di pundaknya.
Mereka tertidur pulas selama
perjalanan ke tempat liburan mereka. Dan nggak disengaja tangan mereka saling
berpegangan entah karena apa bisa begitu.
Vina masih tertidur pulas,
sedangkan Joni lagi asyik membaca buku kepunyaan Bian yang tadi dibaca oleh
Bian. Joni menjadi tertarik membaca buku seperti itu, sebuah novel. Bian memang
suka membaca novel sampai-sampai dia juga mengkoleksi novel. Jarangkan ada
cowok suka novel.
To Be Continued....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar