•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Senin, 12 Desember 2011

Something Called Love - Part 12


Something Called Love – Part 12
Hari pertama UAS. Ruang ujian sudah penuh dengan para siswa yang mengikuti ujian kenaikan kelas ini. Terlihat Bian, Vina, dan Joni yang sedang mengerjakan soal yang diberikan dari panitia UAS, sedangkan Pinkan berada di ruangan yang berbeda karena setiap kelas dibagi menjadi dua kelompok untuk membuat longgar di setiap ruangannya.
Pinkan juga nggak kalah serius mengerjakan soal ujian itu, bukan hal yang sulit untuknya. Dia termasuk cewek yang cerdas di sekolahnya yang sebelumnya, dan tentu saja di sekolahan ini juga. Apalagi dia sudah bekerja keras buat belajar untuk menghadapi UAS kenaikan ke kelas XII.

---
Seminggu kemudian. Hari terakhir Ujian Akhir Semester.
“Akhirnyaaaa. Selesai juga”, ucap Pinkan puas setelah keluar dari ruang ujiannya.
Semua mata pelajaran sudah selesai di ujikan. Pinkan keluar dengan wajah senang, hari terakhir ujiannya sudah selesai. Pinkan yang masih tersenyum berjalan riang sambil memegangi tali ranselnya yang cute dan tentu berwarna pink itu menuju kantin. Setelah berfikir perutnya keroncongan.
“Hey”, Bian mencoba mengejutkannya.
Dan benar saja, Pinkan sedikit tersentak karena terkejut lalu mengelus-elus dadanya untuk menenangkan dirinya sendiri. Nggak lama kemudian mereka berjalan berdua hendak kekantin, dan dari bekalang mereka Vina mencoba mengagetkan keduanya, mereka berdua nggak begitu kaget. Lalu Joni juga bergabung bersama mereka bertiga.
Pinkan, Bian, Vina, dan Joni berjalan bersama menuju kantin. Vina lagi-lagi sudah mulai terang-terangan memberikan perhatian lebih pada Bian. Joni bangkit untuk memesankan makanan untuk mereka semua, kali ini Pinkan ikut bangkit.
“Gue ikut”, pinta Pinkan saat Joni hendak berlalu.
“Ayo”, ucap Joni sambil melambaikan tangan kirinya.
Mereka berduapun pergi untuk membeli makanan, meninggalkan Vina dan Bian berduaan. Pinkan malas membuat jantungnya kembang kempis saat melihat Vina dan Bian bersama jadi dia memutuskan untuk ikut Joni saja.
Joni senyum pada Pinkan, “Lo suka ya sama gue”, timpal Joni sambil menahan tawa.
Pinkan tertawa geli lalu menempel ke tubuh Joni, dan bertingkah manja, “Gue suka banget sama lo”, ucap Pinkan manja meledek Joni.
Joni juga tertawa geli lalu mengacak-acak poni Pinkan, dengan cepat Pinkan menjadi manyun nggak suka. Menata rambutnya lagi, kali ini Pinkan nggak merasakan getaran aneh di tubuhnya jantungnya juga nggak berdegup dua kali lebih cepat saat Joni mengacak-acak lembut raambutnya. Kenapa bisa begitu? Kenapa bisa berbeda dengan Bian?
“Ih jangan manyun gitu dong. Maaf deh”, ucap Joni sambil merangkul Pinkan.
Kemudian Pinkan berubah menjadi tersenyum kembali. Dari jauh Bian memperhatikan mereka berdua, hatinya sakit, nggak nyaman melihat mereka berdua seperti itu. Hatinya berkecamuk nggak menentu melihat Pinkan nggak ada disampingnya dan malah ada bersama cowok lain.
Makanan pesanan mereka selesai di siapkan, saatnya membawa ke tempat duduk mereka di kantin itu. Sambil ledek-ledekan Pinkan dan Joni  berjalan riang menuju tempat mereka tadi, membuat Bian nggak suka. Mood-nya berubah nggak enak karena melihat Pinkan yang tertawa-tawa dengan cowok lain selain dirinya.
“Terima kasih”, ucap manis Vina pada Pinkan dan Joni.
Mereka mulai menikmati makanan penghilang stres mereka setelah ujian telah selesai hari ini.
Kali ini Bian membiarkan Pinkan memasukkan sambel ke dalam baksonya sesuai dengan keinginannya sendiri. Pokoknya Bian jadi nggak seperti biasanya, mood-nya sedikit berantakan. Tapi dari dalam hatinya Bian terus mencoba menghentikan Pinkan agar nggak banyak menggunakan sambal, tapi berhubung itu hanya dalam benak Bian tentu saja Pinkan nggak bisa mendengarnya.
“Gimana kalau kita liburan sama-sama”, ucap Joni bersemangat, “Tadi gue sudah ngomongin ini sama Pinkan. Gimana kalau kita liburan di tempat yang deket aja, gimana kalau Jogja?”, lanjut Joni masih bersemangat.
Pinkan menelan makanannya dulu lalu ikut berkomentar, “Iya. Ayo kita liburan sama-sama”, sahut Pinkan yang juga bersemangat.
Vina juga terlihat senang, “Ide bagus tuh”, sahut Vina cepat.
Bian masih serius dengan makanannya, dia benar-benar nggak menghiraukan apa yang sedang teman-temannya itu bahas. Tapi Bian merasa ide itu nggak terlalu buruk, liburan setelah ujian itu ide yang memang bagus sekali.
“Ah jangan ke Jogja, gue sudah bosen”, Tukas Vina cepat setelah berfikir.
“Terus kemana dong?”, tanya Pinkan.
Vina kembali terlihat berfikir, dan, “Gimana kalau ke Purwokerto? Belum pernah ke sana kan? Kampungnya Mayang Sari tuh. Ayo kita liburan kesana”, ajak Vina bersemangat.
Joni dan Pinkan saling bertemu pandang untuk memikirkan ide yang Vina katakan tadi.
“Purwokerto sih dimana?”, tanya Joni dan Pinkan bersamaan.
Kontan membuat Bian yang tadinya diam menjadi tertawa karena mendengar kedua temannya itu yang nggak tahu dimana letak Purwokerto itu. Vina menepuk jidatnya karena merasa apa yang dikatakannya itu sia-sia. Teman-temannya nggak tahu tentang apa yang dia katakan.
---
Minggu pagi yang cerah ini Bian, Pinkan, Vina, dan Joni sudah ada dirumah Bian. Hari ini mereka berempat akan melakukan perjalanan panjang menuju tempat liburan mereka yaitu Purwokerto. (hahahaha dikit promosilah ya-red)
Semua barang-barang kebutuhan mereka sudah rapi di dalam bagasi mobil. Mereka ke Purwokerto naik kereta api dan disana mereka sudah menyewa sebuah mobil untuk keperluan mereka berkeliling kota yang mulai berkembang itu.
Ok! Saatnya untuk berangkat, mereka menggunakan taksi. Joni duduk di tempat duduk penumpang di samping kemudi, sedangkan dijok belakang ada Pinkan, Vina dan Bian yang duduk berjajar sesuai urutan nama yang disebut tadi. Pinkan asyik dengan musik yang dia dengarkan melalui ear phone sedangkan Vina mencoba mengobrol dengan Bian yang lebih banyak diam.
Akhirnya kereta yang mereka naiki bergerak juga. Mereka kehabisan tiket buat naik kereta yang eksekutif, alhasil mereka harus puas dengan kereta kelas bisnis yang benar-benar sumpeg, panas, dan agak nggak nyaman bagi mereka, tapi ya nikmati sajalah.
Tadinya Pinkan duduk sama Vina tapi Vina minta pindah, dia ingin duduk sama Bian. Jadi Pinkan duduk dengan Joni, tapi itu nggak apa-apa buat Pinkan. Toh yang penting dapet tempat duduk. Tapi dengan Vina pindah tempat duduk Pinkan menjadi bisa tertawa karena Joni yang memang cowok yang terbilang humoris.
Di bangku belakang Vina malah jadi tertidur karena dari tadi dicuekin terus sama Bian yang malah asyik baca-baca buku. Vina tertidur pulas, sementara itu Pinkan masih asyik mengobrol dengan Joni.
“Ah menjijikan! Jangan cerita kayak gitu lah”, tukas Pinkan karena ulah Joni.
Joni tertawa lepas karena melihat ekspresi Pinkan yang kegelian saat ia menceritakan cerita-cerita jorok nan kumul, kumel, dan menjijikan (kayak si mamet, suka cerita kayak gitu :p-red).
“Eh ada lagi, lo punya duit seribuan gak?”, tanya Joni.
Pinkan mencoba merogoh saku celana bagian belakangnya, “Nih”, ucap Pinkan sambil menyerahkan uangnya.
Joni meraih uang itu dan tertawa, “Hahaha, lo kere amat punya duit seginian?”, ledek Joni.
Membuat Pinkan manyu tapi kemudian tertawa lagi, dari belakang Bian merasa iri. Dia nggak bisa konsen membaca bukunya yang begitu tebal, sebuah novel terjemahan entah apa itu judulnya karena tertutup oleh tangan Bian.
“Dilihat dari gambar Patimura ini, menurut lo hobinya apa? Tapi hobi yang jadul lho? Terus hobil yang modernnya apa coba?”, Joni memperlihatkan gambar Patimura yang membawa golok pada Pinkan.
“Hobinya masak! Soalnya bawa-bawa gituan”, jawab Pinkan sekenanya. “Terus kalau modernnya ya tetep masak, ya jadi chef gitu”, lanjut Pinkan makin sekenanya.
Joni tertawa nyaring. “ Hahahaha! Bukan itu, tapi...”, Joni melipat uang itu sedemikian rumah hingga membuat golok yang tajam itu tidak terlihat dan yang terlihat hanya gagang golok yang dipegang tangannya Patimura, “Hobi Patimura yang modern yaitu karokean”, timpal Joni sambil memperlihatkan uang kertas seribuah yang sudah dia lipat.
“Hahaha gariing!”, tukas Pinkan sambil menampol kepala Joni.
Jonipun mengaduh kesakitan. Eh dari belakang ada yang memukul kepalanya lagi, kali ini tangan orang yang memukulnya lebih berat dari tangan Pinkan. Joni langsung bangkit hendak memaki tapi dia melihat Bian yang ternyata ada disitu.
Bian mengisyaratkan agar Joni mau bertukar duduk dengannya, Joni mengerti lalu melihat Vina yang sedang tertidur pulas jadi dima mau saja. Joni berjalanan lalu duduk disamping Vina, tanpa Vina tahu Vina mulai merangkul Joni yang dikirannya yaitu Bian.
Bian lalu duduk disamping Pinkan.
“Lo suka sama Joni?”, tanya Bian tiba-tiba.
Membuat Pinkan bingung, “Maksud lo apa?”, tanya Pinkan memang bingung.
“Kayakny lo seneng banget kalau deket sama dia?”, lanjut Bian makin serius.
Pandangannya nggak tertuju pada Pinkan, dia memandang lurus kedepan, sedangkan Pinkan terus melihat wajah Bian karena dia bingung dengan apa yang Bian katakan padanya.
“Gue nggak ngerti maksud lo apa”, tukas Pinkan yang kemudian nggak melihat Bian lagi.
Bian diam nggak berucap lagi, Pinkan yang jadi nggak mood lalu merubah posisi duduknya sehingga bisa melihat keluar jendela kereta. Dia melihat pemandangan yang cukup indah tersaji di depan kedua matanya. Dan lama-kelamaan malah membuat dirinya mengantuk dan akhirnya tertidur pulas.
Kemudian Bian menoleh kearah Pinkan yang sedang tertidur pulas. “Gue nggak suka lihat lo ketawa lepas bukan karena gue ada disamping lo”, ucap Bian lirih.
Sebenarnya apa yang mereka rasakan itu sama, jantung berdegup dua kali lebih cepat saat mereka berdua bersama melakukan hal yang simple namun ngena di perasaan mereka. Mereka belum bisa menjabarkan perasaan apa ini sebenarnya, mereka masih belum bisa untuk terus terang mengungkapkannya.
Bian juga merasa ngantuk lama-kelamaan dia juga akhirnya tertidur pulas. Dan entah karena apa dan mengapa tiba-tiba kepala Pinkan bersandar di bahu Bian dan juga Bian melakukan hal yang sama dia bersandar di kepala Pinkan yang bersandar di pundaknya.
Mereka tertidur pulas selama perjalanan ke tempat liburan mereka. Dan nggak disengaja tangan mereka saling berpegangan entah karena apa bisa begitu.
Vina masih tertidur pulas, sedangkan Joni lagi asyik membaca buku kepunyaan Bian yang tadi dibaca oleh Bian. Joni menjadi tertarik membaca buku seperti itu, sebuah novel. Bian memang suka membaca novel sampai-sampai dia juga mengkoleksi novel. Jarangkan ada cowok suka novel.
To Be Continued....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...