•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Minggu, 25 Desember 2011

Something Called Love - Part 25


Something Called Love – Part 25
Lima tahun kemudian....        
Sudah beberapa bulan yang lalu Kevin mulai menjalani profesi barunya menjadi seorang pengacara, dan seringnya dia mendapat client seorang artis. Artis-artis dengan permasalahan yang cukup bermacam-macam, mulai dari kekerasan rumah tangga, cerai, pencemaran nama baik, pengeroyokan, atau apalah itu dengan sukses Kevin dapat menyelesaikan semuanya.
Joni jugas asyik dengan kehidupannya menjadi seorang seniman, khususnya pembuat komik. Dan komik-komiknya yang dia buat mengenai dirinya dan kedua temannya Bian dan Kevin sudah dibukukan dan banyak yang suka, sampai-sampai dibuat subjudul-subjudul yang lainnya masih dengan judul yang sama yang berisi cerita tentang mereka bertiga.

Dan sebulan yang lalu Bian sudah melakukan wisuda dengan teman-temannya yang sama-sama menjadi seorang dokter. Dua minggu lagi tinggal pengucapan janji menjadi seorang dokter akan dilakukan Bian dan juga teman-teman seperjuangannya di fakultas kedokteran. Bian berencana akan melanjutkan S2 mengambil spesialis bedah toraks.
Dan selama lima tahun ini Bian belum juga bisa berhubungan dengan Pinkan, Pinkan benar-benar lenyap nggak ada yang tahu tentang kabarnya. Dia makin sulit untuk menghubungi pinkan karena Papah Pinkan pindah rumah lagi, dan dia nggak tahu kemana Papah Pinkan pindah. Sungguh sudah segala cara dilakukan tapi tetap Pinkan nggak ditemukannya.
Sekarang Kevin sedang ada dirumah Bian dan Joni juga akan bergabung, Joni dalam perjalanan dari rumah Sari menuju rumah Bian. Bian dan Kevin lagi asyik main PS siang ini, minuman dan cemilan yang berserakan di meja menjadi bukti keasyikan mereka berdua melewati hari ini. Dan beberapa saat kemudian Joni sampai di rumah Bian.
Dengan penuh percaya dirinya Joni berdiri didepan Bian dan Kevin yang membuat keduanya kesulitan melihat tivi.
“Awas!”, tegur Kevin.
Tapi Joni malah merogoh tasnya untuk mencari sesuatu lalu terlihat Joni mengeluarkan sebuah buku yang bentuknya seperti komik atau apalah itu.
“Taraaaaa”, ucap Joni sambil menunjukkan apa yang dia pegang.
Kevin dan Bian sekarang memperhatikan apa yang diperlihatkan oleh Joni.
“Something Called Love, Kenapa waktu kita selalu salah? Karya Fabian Raisyad”, ucap Joni yang sudah hapal benar tulisan yang ada di cover buku yang dia pegang.
“Ini tulisan gue?”, tanya Bian nggak percaya sambil merebut buku itu.
Joni mengangguk bersemangat, “Mereka mau nerbitin. Ini baru contoh, sebelum buku ini di jual ke pasaran. Cover pink yang ceria pastinya sesuai sama si Pinky girl itu kan?”, ucap Joni yang kemudian berjalan dan duduk disofa.
“Ini lo yang nulis?”, tanya Kevin nggak percaya lalu merebut buku yang ternyata novel itu dari tangan Bian.
“Ini bener mau diterbitin?”, tanya Bian nggak percaya sambil memutar tubuhnya menghadap Joni.
Joni mengangguk penuh semangat, “Iya, seminggu lagi sudah bisa launching. Pokoknya semuanya beres!”, jawab Joni serius.
Wah wah, sekarang si calon dokter bedah toraks ini juga menjadi seorang penulis novel. Awal mulanya Bian senang membaca cerita-cerita komik buatan Joni lalu dia berbincang-bincang dengan Joni mengenai hal itu, dia ingin mengungkapkan isi hatinya dalam bentuk cerita seperti yang Joni lakukan tapi sayang dia nggak ada bakat untuk menggambar, lalu Joni menyarankan kalau Bian lebih baik mencoba menulis sebuah novel.
Dan sekarang jadilah sebuah novel tentang perjalanan cinta Bian dan Pinkan, dengan judul ‘Something Called Love’, tag line-nya ‘Kenapa waktu kita selalu salah?’. Sungguh isinya ungkapan hati Bian yang menggambarkan dirinya sebagai seorang pengecut yang akhirnya membuat cintanya pergi meninggalkannya.
Kevin mulai asyik membaca novel buatan Fabian Raisyad alias Bian itu. Ceritanya ringan tapi sungguh bagus, pemilihan bahasanya juga nggak terlalu tinggi jadi mudah untuk dipahami, alur ceritanya juga menyenangkan sama sekali nggak membingungkan. Bian tersenyum bangga melihat hasil karyanya tersebut.
“Gue nyesel jadi temen lo Bian! lo ternyata pengecut yah”, ledek Kevin masih membaca novel buatan Bian.
“Sialan lo”, sebuah bantal melayang kearah Kevin.
Tapi dengan sigap Kevin lalu menangkapnya dengan satu tangan tanpa merubah posisi duduknya sama sekali. Ketrampilan Kevin yang dulu dia dalami yaitu silat masih dia kuasai, cukup untuk bekal dia membela dirinya sendiri.
---
Seminggu kemudian....
Di sebuah toko buku yang sudah dipilih, Bian akan meluncurkan novel perdananya. Novel yang menceritakan kisah hidupnya, kisah cintanya sewaktu SMA. Dalam novelnya, Bian sama sekali nggak mengganti nama seorang tokohpun, dia menggunakan nama asli nggak ada yang diganti dalam novelnya itu.
Bedah buku bersama dokter muda ini sungguh banyak peminatnya. Jarang-jarang ada dokter yang menulis sebuah buku, apalagi buku itu adalah novel dan novel tentang cerita cinta pula, itu sangat jarang sekali ditemukan. Dan bian membuat gebrakan baru, kalau dokter juga bisa menulis.
Masih dalam sesi tanya jawab mengenai novel ‘Something Called Love’ yang ditulisnya, banyak orang yang tertarik membacanya. Bukan hanya dari kalangan remaja-remaja cewek yang gila akan novel dan tokoh-tokohnya, juga dengan beberapa cewek-cewek yang sepertinya sudah bekerja juga tertarik dan mengikuti acara peluncuran buku ini.
Seorang perempuan yang mengenakan high hells berwarna pink berpadu dengan dress santai bermotif bunga-bunga kecil bernuansa pink, di tambah tas berwarna pink ceria yang diselempangkannya di pundak, terlihat sungguh menawan. Perempuan itu berjalan melewati toko buku di mana Bian sedang meluncurkan buku perdananya.
Lalu cewek itu berhenti tepat di x-banner yang terpasang di luar toko buku dalam Mall yang luas itu. Cewek misterius berambut panjang bergelombang melihat x-banner itu dengan seksama, dia membaca tulisan isi dari x-banner untuk promosi novel karya Bian yang pertama.
Terlihat bibir perempuan itu yang tersenyum simpul setelah membaca semua tulisan di x-banner tempat promosi novel buatan dokter Fabian Raisyad. Lalu cewek misterius itu masuk ke toko buku tersebut dan berjalan menuju tempat novel lalu memilih novel buatan Fabian Raisyad. Setelah membayarnya cewek itu ikutan antre untuk mendapatkan tanda tangan Fabian Raisyad di novelnya.
“Pak dokter mau tanya boleh nggak?”, tanya seorang cewek remaja berseragam putih abu-abu.
Bian mengangguk, “Boleh”, jawabnya singkat.
“Cewek yang dokter suka itu apa sudah kembali ke Indonesia?”, tanya cewek itu polos.
Bian sedikit tertawa lalu menggelengkan kepalanya, “Sampai sekarang saya masih menunggu”, ucap Bian ramah sambil mengembalikan buku novel cewek itu yang sudah dia tanda tangani tadi.
Joni yang duduk disamping Bian melihat ke antrean yang mulai mengular didepan Bian, dia melihat sosok cewek yang sepertinya nggak asing lagi untuknya. Cewek yang berdress santai dengan high hells pink melihat kearah Joni lalu tersenyum cerah, keduanya sepertinya saling mengenal.
Joni melambaikan tangannya hendak memanggil nama cewek itu tapi dia mengurungkan niatnya setelah melihat cewek itu yang ternyata Pinkan mengisyaratkan agar Joni diam dan bersikap seperti biasa anggap nggak terjadi apa-apa. Joni mengerti mengangguk tahu.
Saatnya untuk si cewek pink mendapatkan tanda tangan Fabian Raisyad.
“Nama kamu siapa?”, ucap Bian siap menulis.
“Tulis aja si Pinky girl”, ucap Pinkan.
Mendengar ucapan itu lalu Bian menengadahkan kepalanya melihat sosok cewek yang sekarang ada didepannya itu. Bian terkejut melihat seorang perempuan yang ditunggunya selama lima tahun dan sekarang perempuan cantik itu sudah ada dihadapannya.
Bian berdiri dengan mata yang nggak berkedip sama sekali, dia masih tertegun melihat Pinkan Sarra Laila yang sekarang sudah kembali ke Indonesia. Bian seperti bermimpi di siang bolong seperti ini, orang-orang yang ada disekitar mereka melihat kearah Bian dan cewek yang dihadapannya dengan penuh tanya.
“Selamat sore pak Dokter Tito Fabian Raisyad”, ucap Pinkan manis.
Bian tersenyum senang, kedua matanya berkaca-kaca. Lalu dia berjalan keluar meja dan berdiri di samping Pinkan, membuat orang-orang riuh penuh tanya melihat peristiwa itu.
Kedua tangan Bian memegang wajah Pinkan dengan rasa nggak percaya, “Ini beneran lo?”, tanya Bian masih nggak percaya.
Pinkan tersenyum lalu menganggukkan kepalanya, “Ini gue, Pinkan”, jawab Pinkan manis.
Dengan cepat setelah mendengar jawaban dari Pinkan, Bian memeluknya erat sekali, orang-orang yang ada disekitar mereka terhenyak penuh tanya dan tanya. Pinkan menyambut pelukan Bian itu, keduanya berpelukan. Rindu, rindu, dan rindu, itu perasaan keduanya.
Lalu setelah lama berpelukan Bian melepaskannya dan melihat kearah antrean orang-orang, “Ini si Pinky girl itu”, ucap Bian bersemangat sambil menggandeng tangan Pinkan.
Orang-orang langsung riuh merasa senang dan bersimpatik terhadap Bian yang telah menemukan cintanya kembali. Kedua mata Bian meneteskan air mata, begitu juga dengan Pinkan. Lalu keduanya berhadap-hadapan.
“Apa lo nungguin gue selama ini?”, tanya Pinkan penuh harap Bian menjawab iya.
Bian diam sejenak lalu menggelengkan kepalanya, “Bukan nungguin, lebih tepatnya selalu menunggu lo untuk kembali”, jawab Bian sambil tersenyum.
Bian menggenggam kedua tangan Pinkan, “Gue harap waktu ini nggak salah untuk kita”, ucap Bian, “Gue yang pengecut ini ingin memberanikan diri untuk jujur sama lo”, lanjut Bian serius membuat orang-orang terhenyak, “Gue baru tahu rasa ini yang namanya cinta dan semua itu gue rasain saat-saat bersama lo, saat gue kangen sama lo, saat cuma lo yang ada dipikiran gue. Gue yakin cinta tulus gue ini buat lo. Gue cuma cinta sama lo”, ucap Bian serius.
Pinkan tersenyum senang, “Gue harap ini bukan waktu yang salah untuk kita, karena gue harus jujur juga kalau sampai saat ini gue cuma cinta sama lo, Fabian Raisyad”, ucap Pinkan.
Mendengar jawaban Pinkan, tentu Bian merasa senang lalu memeluk cewek yang nggak pernah bisa dia lupain selama lima tahun ini, cewek yang dicintainya. Joni tersenyum senang akhirnya cinta kedua sahabatnya itu terpaut juga. Banyak orang yang mengabadikan moment itu, semuanya ikut bahagia dengan akhir cerita cinta yang bahagia ini, nggak sedikit remaja yang terbawa suasana sampain meneteskan air mata juga.
Begitulan cinta. Sesuatu yang kecil bisa membuat lo terus kepikiran sama seseorang, senang melihatnya tersenyum karena apa yang lo lakuin, melindunginya saat ia ketakutan, cemburu gila karena melihat dia dengan orang lain yang sebenarnya sama sekali nggak ada pentingnya buat dia, selalu merasa nyaman disampingnya, merasa khawatir saat dia dalam keadaan yang baik, mampu menunggunya selama apapun, karena sesuatu itulah yang disebut cinta.
*** T.A.M.A.T ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...