•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Sabtu, 17 Desember 2011

Something Called Love - Part 17


Something Called Love – Part 17
Pembagian kelas di SMA Persada sudah diumumkan sebelum upacara tadi. Dan setelah upacara bendera ini semua siswa kelas XI dan XII bisa langsung masuk kekelas mereka untuk mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Sedangkan untuk siswa-siswa kelas X akan mengikuti kegiatan MOS selama seminggu kedepan.
Kelas XII. 1                           
Terlihat Bian dan Vina yang duduk bersebelahan, dan juga warga kelas lain yang juga sudah mendapatkan tempat duduk masing-masing. Karena termasuk orang-orang yang disegani di sekolahan, Bian dan Vina nggak sulit untuk mendapatkan teman-teman baru.

Kelas XII. 4
Pinkan duduk manis di sebuah bangku yang berada dipinggir jendela dia asyik mengobrol dengan teman-teman barunya, dia duduk di barisan ketiga dari depan. Dibelakangnya ada Joni yang dari tadi bersenda gurau dengan teman-teman sekelasnya yang baru ini. Dan ada seorang cowok yang memasuki ruangan itu dengan wajah yang kebingungan mencari tempat duduk.
“Eh. Lihat tuh. Dia anak baru ya?”, ucap teman Joni yang bergaya rambut agak mohak.
Joni mengalihkan pandangannya ke arah depan dekat papan tulis, Pinkan juga melakukan hal yang sama.
“Iya tuh. Gue baru lihat dia, ya mungkin dia anak baru”, ucap Joni sambil mengangguk-angguk nggak jelas.
Tiba-tiba Pinkan melambaikan tangannya, “Hei, Kevin”, ucap Pinkan agak keras.
Tapi nggak membuat teman-teman satu kelasnya yang lain sampai memusatkan perhatian padanya, hanya cowok yang Pinkan panggil tadi yang menoleh.
“Hey”, sahut Kevin yang juga melambaikan tangan.
Kevin berjalan mendekat pada Pinkan.
“Lo kenal dia?”, tanya Joni sambil mendekatkan wajahnya pada Pinkan.
Pinkan hanya mengangguk karena sekarang Kevin sudah ada disampingnya.
“Lo dikelas ini juga?”, tanya Kevin bersemangat.
Pinkan mengangguk, “Tuh ada tempat duduk kosong. Lo duduk disitu aja”, Pinkan menunjukkan sebuah bangku yang ada disamping bangkunya.
Lalu Kevin menoleh kearah bangku yang Pinkan tunjukkan, dia tersenyum lalu meletakkan tas diatas meja dan menarik kursi lebih dekat pada Pinkan dan duduk dihadapan Pinkan dengan nyaman.
“Oh ya, Joni kenalin ini Kevin”, ucap Pinkan sambil menepuk meja Joni. “Kevin ini Joni”, ucap Pinkan mengenalkan keduanya.
Joni dan Kevin-pun bersalaman dengan ramah.
“Kalian pacaran?”, tanya Kevin dan Joni bersamaan.
Pinkan hanya mengangkat alisnya sambil melirik kearah kedua teman-temannya itu. Karena menanyakan hal yang sama Joni dan Kevin sudah bisa tahu apa jawabannya, mereka berdua bukan pacar Pinkan, keduanya adalah teman Pinkan.
“Kalau gitu gue masih ada kesempatan dong”, ucap Kevin bersemangat.
Lagi-lagi Pinkan mengangkat kedua alisnya kemudian mengerutkan keningnya. Sudah kali kedua ini Kevin berkata seperti itu. Yang pertama waktu mereka pertama bertemu di mall saat makan malam dan sekarang kalimat itu diulangi lagi didepan Joni.
Hari pertama masuk sekolahan, nggak langsung ada pelajaran. Hari ini bisa dibilang hari bebas, hari untuk beradaptasi dengan suasana kelas yang baru, dengan teman-teman baru dan juga dengan pelajaran-pelajaran yang baru yang lebih sulit tentunya.
---
Bel istirahat berbunyi nyaring.
Pinkan yang di apit Kevin dan Joni berjalan beriringan menuju kantin. Saatnya untuk mengisi perut mereka. Mereka bertiga berjalan melewati kerumunan junior-junior yang memakai seragam khusus untuk kegiatan MOS, seragam dengan ketentuan-ketentuan yang nyleneh.
“Duduk dimana ya?”, celetuk Pinkan sambil melihat kesana-kemari.
“Eh duduk disana aja yuk. Bareng Bian”, ucap Kevin sambil menunjuk kearah temapt duduk Bian dan Vina yang sedang duduk berduaan.
Pinkan tersenyum melihat Bian.
Joni tertegun, “Lo kenal Kevin juga?”, tanya Joni pada Kevin.
Kevin mengangguk, “Waktu SMP gue satu sekolahan sama Bian”, jawab Kevin sambil merangkul Joni.
Mereka bertiga lalu berjalan mendekat pada Bian dan Vina. Tempat duduknya cukup untuk mereka berlima. Seperti biasa Joni pergi untuk membeli makanan kali ini dia nggak dibantu oleh siapa-siapa.
“Ini pasti cewek lo ya”, ucap Kevin mantap.
Bian hendak menjawab tapi dengan cepat Vina menggenggam tangan Bian, membuat Bian nggak bisa berkata apa-apa dia berubah bisu nggak bisa menjawab apa-apa. Dan nggak lama kemudian Joni kembali membuat mereka mengganti topik pembicaraan yang tadinya memhabas hubungan antara Bian dan Vina. Setelah itu Kevin dan Vina berkenalan.
“Lho kok balik lagi?”, tanya Vina.
“Nanti ibu kantin yang nganterin, sudah punya pelayan dia”, jawab Joni.
Perasaan Pinkan lagi nggak enak nih gara-gara Bian yang nggak menjawab apa-apa tadi saat di tanya oleh Kevin. Kenapa dia merasakan hal seperti ini, sebenarnya apa maksud dari rasa yang dialaminya ini.
Kevin tiba-tiba merangkul Pinkan, “Jo, Bian, Vina, menurut kalian gue cocok nggak sama Pinkan?”, celetuk Kevin bersemangat.
“Cocok. Cocok banget!”, jawab Joni dan Vina bersemangat.
Pinkan tercengang dengan kelakuan Kevin, dia nggak bisa menjawab atau berkomentar apa-apa, dia hanya bisa memandangi wajah Kevin yang tertawa senang masih dalam posisi merangkul tubuhnya. Bian juga terdiam dia menunggu ekspresi dari Pinkan tapi dia kecewa karena Pinkan diam saja nggak menyangkal atau berkomentar apa-apa. Hati Bian agak sakit.
“Bro jangan ngelamun gitu dong. Menurut lo gimana? Gue cocok nggak sama Pinkan?”, tanya Kevin pada Bian sambil mengibaskan tangan yang satunya dihadapan Bian.
Beberapa saat Bian terdiam, Joni dan Vina juga terdiam menunggu jawaban dari Bian. pinkan juga menunggu-nunggu, kedua matanya menatap wajah Bian, sorot mata Pinkan yang tajam menyiratkan kalau Pinkan menginginkan Bian menjawab nggak setuju, Pinkan harap Bian menjawab kalau Pinkan dengan Kevin itu nggak cocok.
“Cocok”, jawab Bian lemah.
Joni, Vina, dan Kevin bersorak senang. Bian mencoba tersenyum juga lalu memandang Pinkan yang benar-benar terhenyak atas jawaban dari Bian tadi, Bian mengangkat alisnya sambil tersenyum pada Pinkan. Tapi Pinkan nggak menerima senyumannya itu, Pinkan memalingkan wajahnya.
Dan makanan yang mereka tunggu akhirnya datang juga. Seorang cewek berseragam putih biru alias seragam SMP membawakan makanan yang mereka pesan tadi. Ibu kantin menemani cewek berseragam SMP dengan rambut dikucir banyak itu untuk mengantarkan makanan.
“Ini anak ibu?”, tanya Joni sambil tersenyum menunjuk kearah cewek berseragam SMP yang sepertinya sedang mengikuti acara MOS.
Ibu kantin mengangguk, “Ini anak mbontot ibu, namanya Liza”, ucap ibu kantin sambil memberikan makanan yang mereka pesan.
“Cantik bu”, sahut Kevin.
Membuat Liza tersipu malu.
Kevin dengan cepat menampol kepala teman barunya itu, “Woi terima dulu tuh makanannya, baru setelah itu lo boleh ngegombal”, timpal Kevin.
“Diem lo”, sahut Joni tegas pada Kevin, lalu memutar badannya melihat kearah Liza yang sekarang sendirian karena ibu kantin sudah kembali ke peraduannya, “Kenalin, gue Joni”, ucap Joni sambil mengulurkan tangannya.
Agak malu-malu tapi Liza nggak mengacuhkan Joni dia meraih tangan Joni lalu bersalaman, “Liza”, ucapnya manis dengan suara yang merdu.
Sepertinya Joni ada target baru nih. Dia sudah bosan menunggu Vina, menunggu seorang Vina yang nggak pernah mencintainya, seorang Vina yang hanya bisa melihat Bian, seorang Vina yang hanya bisa mengacuhkannya. Liza-pun kembali ke tempat ibunya, membantu ibunya melayani senior-seniornya yang memesan makanan.
Saatnya pulang.
Vina sudah pulang duluan karena dijemput oleh supirnya tadi. Bian ada diparkiran menunggu Pinkan, terlihat Joni dan Kevin yang berjalan bersama menuju parkiran. Dan dibelakang cowok itu ada Pinkan yang berjalan agak malas karena masih terpengaruh efek kejadian waktu istirahat tadi. Entah kenapa dia jadi nggak mood seharian ini gara-gara kejadian itu.
Pinkan mengangkat kepalanya melihat kearah parkiran, lalu dia mendengus payah setelah melihat Bian, Kevin dan Joni. Lalu dia mendesah payah juga, karena menyadari kalau dia harus pulang bersama dengan Bian yang tadi siang berpendapat kalau dirinya cocok dengan Kevin. Tapi ya sudahlah, Pinkan harus menghadapi semua itu karena dia belum tahu apa sebenarnya yang dia rasakan.
“Lo nungguin siapa?”, tanya Kevin saat sudah berhadapan dengan Bian.
Bian mengangkat dagunya menunjuk kearah Pinkan.
To Be Continued....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...