Something Called
Love – Part 17
Pembagian kelas di SMA Persada
sudah diumumkan sebelum upacara tadi. Dan setelah upacara bendera ini semua
siswa kelas XI dan XII bisa langsung masuk kekelas mereka untuk mengikuti
kegiatan belajar-mengajar. Sedangkan untuk siswa-siswa kelas X akan mengikuti
kegiatan MOS selama seminggu kedepan.
Kelas XII. 1
Terlihat Bian dan Vina yang duduk
bersebelahan, dan juga warga kelas lain yang juga sudah mendapatkan tempat
duduk masing-masing. Karena termasuk orang-orang yang disegani di sekolahan,
Bian dan Vina nggak sulit untuk mendapatkan teman-teman baru.
Kelas XII. 4
Pinkan duduk manis di sebuah
bangku yang berada dipinggir jendela dia asyik mengobrol dengan teman-teman
barunya, dia duduk di barisan ketiga dari depan. Dibelakangnya ada Joni yang
dari tadi bersenda gurau dengan teman-teman sekelasnya yang baru ini. Dan ada
seorang cowok yang memasuki ruangan itu dengan wajah yang kebingungan mencari
tempat duduk.
“Eh. Lihat tuh. Dia anak baru ya?”,
ucap teman Joni yang bergaya rambut agak mohak.
Joni mengalihkan pandangannya ke
arah depan dekat papan tulis, Pinkan juga melakukan hal yang sama.
“Iya tuh. Gue baru lihat dia, ya
mungkin dia anak baru”, ucap Joni sambil mengangguk-angguk nggak jelas.
Tiba-tiba Pinkan melambaikan
tangannya, “Hei, Kevin”, ucap Pinkan agak keras.
Tapi nggak membuat teman-teman
satu kelasnya yang lain sampai memusatkan perhatian padanya, hanya cowok yang
Pinkan panggil tadi yang menoleh.
“Hey”, sahut Kevin yang juga
melambaikan tangan.
Kevin berjalan mendekat pada
Pinkan.
“Lo kenal dia?”, tanya Joni
sambil mendekatkan wajahnya pada Pinkan.
Pinkan hanya mengangguk karena
sekarang Kevin sudah ada disampingnya.
“Lo dikelas ini juga?”, tanya
Kevin bersemangat.
Pinkan mengangguk, “Tuh ada
tempat duduk kosong. Lo duduk disitu aja”, Pinkan menunjukkan sebuah bangku
yang ada disamping bangkunya.
Lalu Kevin menoleh kearah bangku
yang Pinkan tunjukkan, dia tersenyum lalu meletakkan tas diatas meja dan
menarik kursi lebih dekat pada Pinkan dan duduk dihadapan Pinkan dengan nyaman.
“Oh ya, Joni kenalin ini Kevin”,
ucap Pinkan sambil menepuk meja Joni. “Kevin ini Joni”, ucap Pinkan mengenalkan
keduanya.
Joni dan Kevin-pun bersalaman
dengan ramah.
“Kalian pacaran?”, tanya Kevin
dan Joni bersamaan.
Pinkan hanya mengangkat alisnya
sambil melirik kearah kedua teman-temannya itu. Karena menanyakan hal yang sama
Joni dan Kevin sudah bisa tahu apa jawabannya, mereka berdua bukan pacar
Pinkan, keduanya adalah teman Pinkan.
“Kalau gitu gue masih ada
kesempatan dong”, ucap Kevin bersemangat.
Lagi-lagi Pinkan mengangkat kedua
alisnya kemudian mengerutkan keningnya. Sudah kali kedua ini Kevin berkata seperti
itu. Yang pertama waktu mereka pertama bertemu di mall saat makan malam dan
sekarang kalimat itu diulangi lagi didepan Joni.
Hari pertama masuk sekolahan,
nggak langsung ada pelajaran. Hari ini bisa dibilang hari bebas, hari untuk
beradaptasi dengan suasana kelas yang baru, dengan teman-teman baru dan juga
dengan pelajaran-pelajaran yang baru yang lebih sulit tentunya.
---
Bel istirahat berbunyi nyaring.
Pinkan yang di apit Kevin dan
Joni berjalan beriringan menuju kantin. Saatnya untuk mengisi perut mereka. Mereka
bertiga berjalan melewati kerumunan junior-junior yang memakai seragam khusus
untuk kegiatan MOS, seragam dengan ketentuan-ketentuan yang nyleneh.
“Duduk dimana ya?”, celetuk
Pinkan sambil melihat kesana-kemari.
“Eh duduk disana aja yuk. Bareng
Bian”, ucap Kevin sambil menunjuk kearah temapt duduk Bian dan Vina yang sedang
duduk berduaan.
Pinkan tersenyum melihat Bian.
Joni tertegun, “Lo kenal Kevin
juga?”, tanya Joni pada Kevin.
Kevin mengangguk, “Waktu SMP gue
satu sekolahan sama Bian”, jawab Kevin sambil merangkul Joni.
Mereka bertiga lalu berjalan
mendekat pada Bian dan Vina. Tempat duduknya cukup untuk mereka berlima. Seperti
biasa Joni pergi untuk membeli makanan kali ini dia nggak dibantu oleh
siapa-siapa.
“Ini pasti cewek lo ya”, ucap
Kevin mantap.
Bian hendak menjawab tapi dengan
cepat Vina menggenggam tangan Bian, membuat Bian nggak bisa berkata apa-apa dia
berubah bisu nggak bisa menjawab apa-apa. Dan nggak lama kemudian Joni kembali
membuat mereka mengganti topik pembicaraan yang tadinya memhabas hubungan
antara Bian dan Vina. Setelah itu Kevin dan Vina berkenalan.
“Lho kok balik lagi?”, tanya
Vina.
“Nanti ibu kantin yang nganterin,
sudah punya pelayan dia”, jawab Joni.
Perasaan Pinkan lagi nggak enak
nih gara-gara Bian yang nggak menjawab apa-apa tadi saat di tanya oleh Kevin. Kenapa
dia merasakan hal seperti ini, sebenarnya apa maksud dari rasa yang dialaminya
ini.
Kevin tiba-tiba merangkul Pinkan,
“Jo, Bian, Vina, menurut kalian gue cocok nggak sama Pinkan?”, celetuk Kevin
bersemangat.
“Cocok. Cocok banget!”, jawab
Joni dan Vina bersemangat.
Pinkan tercengang dengan kelakuan
Kevin, dia nggak bisa menjawab atau berkomentar apa-apa, dia hanya bisa
memandangi wajah Kevin yang tertawa senang masih dalam posisi merangkul
tubuhnya. Bian juga terdiam dia menunggu ekspresi dari Pinkan tapi dia kecewa
karena Pinkan diam saja nggak menyangkal atau berkomentar apa-apa. Hati Bian
agak sakit.
“Bro jangan ngelamun gitu dong. Menurut
lo gimana? Gue cocok nggak sama Pinkan?”, tanya Kevin pada Bian sambil
mengibaskan tangan yang satunya dihadapan Bian.
Beberapa saat Bian terdiam, Joni
dan Vina juga terdiam menunggu jawaban dari Bian. pinkan juga menunggu-nunggu,
kedua matanya menatap wajah Bian, sorot mata Pinkan yang tajam menyiratkan
kalau Pinkan menginginkan Bian menjawab nggak setuju, Pinkan harap Bian
menjawab kalau Pinkan dengan Kevin itu nggak cocok.
“Cocok”, jawab Bian lemah.
Joni, Vina, dan Kevin bersorak
senang. Bian mencoba tersenyum juga lalu memandang Pinkan yang benar-benar
terhenyak atas jawaban dari Bian tadi, Bian mengangkat alisnya sambil tersenyum
pada Pinkan. Tapi Pinkan nggak menerima senyumannya itu, Pinkan memalingkan
wajahnya.
Dan makanan yang mereka tunggu
akhirnya datang juga. Seorang cewek berseragam putih biru alias seragam SMP
membawakan makanan yang mereka pesan tadi. Ibu kantin menemani cewek berseragam
SMP dengan rambut dikucir banyak itu untuk mengantarkan makanan.
“Ini anak ibu?”, tanya Joni
sambil tersenyum menunjuk kearah cewek berseragam SMP yang sepertinya sedang mengikuti
acara MOS.
Ibu kantin mengangguk, “Ini anak
mbontot ibu, namanya Liza”, ucap ibu kantin sambil memberikan makanan yang
mereka pesan.
“Cantik bu”, sahut Kevin.
Membuat Liza tersipu malu.
Kevin dengan cepat menampol
kepala teman barunya itu, “Woi terima dulu tuh makanannya, baru setelah itu lo
boleh ngegombal”, timpal Kevin.
“Diem lo”, sahut Joni tegas pada
Kevin, lalu memutar badannya melihat kearah Liza yang sekarang sendirian karena
ibu kantin sudah kembali ke peraduannya, “Kenalin, gue Joni”, ucap Joni sambil
mengulurkan tangannya.
Agak malu-malu tapi Liza nggak
mengacuhkan Joni dia meraih tangan Joni lalu bersalaman, “Liza”, ucapnya manis
dengan suara yang merdu.
Sepertinya Joni ada target baru
nih. Dia sudah bosan menunggu Vina, menunggu seorang Vina yang nggak pernah
mencintainya, seorang Vina yang hanya bisa melihat Bian, seorang Vina yang
hanya bisa mengacuhkannya. Liza-pun kembali ke tempat ibunya, membantu ibunya
melayani senior-seniornya yang memesan makanan.
Saatnya pulang.
Vina sudah pulang duluan karena
dijemput oleh supirnya tadi. Bian ada diparkiran menunggu Pinkan, terlihat Joni
dan Kevin yang berjalan bersama menuju parkiran. Dan dibelakang cowok itu ada
Pinkan yang berjalan agak malas karena masih terpengaruh efek kejadian waktu
istirahat tadi. Entah kenapa dia jadi nggak mood seharian ini gara-gara
kejadian itu.
Pinkan mengangkat kepalanya
melihat kearah parkiran, lalu dia mendengus payah setelah melihat Bian, Kevin
dan Joni. Lalu dia mendesah payah juga, karena menyadari kalau dia harus pulang
bersama dengan Bian yang tadi siang berpendapat kalau dirinya cocok dengan
Kevin. Tapi ya sudahlah, Pinkan harus menghadapi semua itu karena dia belum
tahu apa sebenarnya yang dia rasakan.
“Lo nungguin siapa?”, tanya Kevin
saat sudah berhadapan dengan Bian.
Bian mengangkat dagunya menunjuk
kearah Pinkan.
To Be Continued....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar