•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Selasa, 11 Oktober 2011

Jodohku, Mauku Cuma Kamu [Part 1]


Setelah adzan sholat shubuh berkumandang, Oliv dan Adit bergegas untuk menunaikan sholat. Hal seperti ini selalu mereka lakukan agar hubungan mereka tetap harmonis. Memang nggak mudah menjalani masa-masa seperti ini, menikah muda memang sebuah pilihan namun beda dengan mereka yang menikah muda itu merupakan sebuah tuntutan dari orang tua masing-masing. Tapi keduanya kini menyadari kalau memang mereka berdua di takdirkan untuk hidup bersama.
“Nggak enak sama mamah, masa cewek bangunnya siang”, ucap Oliv yang menolak ajakan Adit untuk tidur lagi.
Adit berubah manja kalau deket-deket sama Oliv, “Ayolah, masih ngantuk nih”.
Selesai dengan melipat mukenanya Oliv bangkit dan merapikan tempat tidur. Eh Adit malah ngacak-ngacaknya lagi serta rebahan di atasnya, Oliv sedikit kesal tapi ya sudahlah. Oliv membalik badannya hendak pergi tapi keburu di tarik paksa oleh Adit yang membuatnya jatuh ke ranjang, langsung saja Adit memeluk istrinya itu dengan erat. Keduanya tidur lagi.
Pukul 06.30 wib.
Keduanya masih ada di atas ranjang.
“Hari ini bolos kuliah aja yuk, terus kita jalan-jalan deh”, ajak Adit masih dengan merangkul istrinya dan memain-mainkan rambut Oliv.
Oliv menghela nafas panjang, “Huft. Kamu ada dua kelas hari ini Yang, jangan bolos melulu.”
Mereka terlihat menikmati pagi itu sampai akhirnya terdengar suara decitan pintu yang terbuka, wah Mamah datang secara tiba-tiba dan mengagetkan keduanya. Oliv berusaha bangun dari tempat tidur tapi dihalangi oleh Adit.
“Ayo bangun! Sudah pagi, ayo sarapan sama-sama”, ajak Mamah sambil menarik selimut keduanya.
Dengan cepat Oliv berlari ke kamar mandi, dia bergegas untuk mandi agar bisa sarapan bersama. Sementara itu Adit menunggu sambil bermain game di laptopnya Oliv.
Akhirnya yang ditunggu-tunggu selesai juga, Oliv sudah bersih dan wangi, giliran Adit yang masuk ke kamar mandi. Setelah bersiap-siap Oliv keluar dari kamar menuju ruang makan, disana sudah ada Mamah dan Papah yang juga sudah rapi.
“Adit belum selesai mandi?”, tanya Papah sembari melipat koran paginya.
Oliv lagi sibuk membantu menyiapkan makanan di atas meja makan, “Malahan baru mandi pah, maaf buat Papah nunggu.”
“Oh, nggak apa-apa. Sudah ayo duduk”, Papah menarik kursi dan mendudukinya. “Mah, ayo sarapan.”
Entah lagi ngapain Mamah di dapur, padahal semuanya sudah siap diatas meja.
Ternyata Mamah datang membawa susu tinggi kalsium buat Papah, tadinya sih Oliv yang berniat membuatnya tapi berhubung kelupaan dan bangun kesiangan alhasil niat itu nggak terlaksana.
Tiba-tiba ada sebuah kecupan mendarat di pipi kanan Oliv, Oliv sedikit terkejut tapi tentu saja dia tahu pelakunya yang nggak lain adalah Adit. Setelah menyapa kedua orang tuanya Adit langsung duduk disebelah Oliv. Dan sebagai istri yang baik, Oliv mulai melayani suaminya, ia mengambilkan makanan untuk Adit.
Benar-benar layak dibilang keluarga baru yang bahagia, hahaha. Kehidupan mereka sangat menyenangkan nggak ada beban dan masalah yang berarti, mereka menjalani semuanya dengan ikhlas, keluarga besar yang bahagia.
Selesai makan Oliv membantu mbok Sumi mencuci piring, Papah sudah berangkat kekantor, kalau Mamah lagi menyiram bunga-bunga, kalau Adit lagi memanaskan mobilnya karena hari ini akan dipakai untuk ke kampus.
Oliv dan Adit keluar dari kamar mereka, tanpa disadari pakaian yang mereka kenakan itu senada, sama-sama berwarna ungu.
“Halah, kerjaannya nyama-nyamain mulu!”, timpal Adit sok bersih.
Padahal kalau dipikir-pikir yang harusnya di bilang nyama-nyamain itu Adit karena mandinya belakangan, tapi ya sudahlah itu nggak perlu diperdebatin.
“Berangkat dulu ya Mah”, pamit Oliv sambil mencium tangan mertuanya dan nggak lupa cipika-cipikinya juga.
Adit juga melakukan hal yang sama tapi tanpa cipika-cipiki.
Ok. Keduanya sudah siap di dalam mobil dan langsung saja pergi menuju kampus.
Sampai juga di kampus, karena belum jamnya masuk kelas mereka berdua pergi ke perpustakaan dulu. Hobi mereka saat ini adalah membaca buku, hobi yang baik bukan?
Dari parkiran sampai ke perpustakaan, gandengan tangan mereka nggak terlepaskan, benar-benar erat dan itu membuat Disti yang nggak sengaja melihat keduanya menjadi marah dan cemburu.
“Awas kalian. Kalau udah saatnya pasti kalian ngrasain gimana sakitnya gue!”, ucap Disti lirih dengan sorot mata tajam menghujam Oliv dan Adit.
Keduanya sibuk memilih buku sesuai dengan jurusan kuliah masing-masing, Oliv yang sudah menemukan buku yang cocok langsung duduk ditempat faforitnya, lalu dipakainya kacamata baca dan mulai membacanya dengan seksama. Nggak lama kemudian Adit datang membawa buku yang nggak terlalu tebal, dia duduk disamping Oliv dan memperhatikan istrinya itu sejanak, dengan keisengannya dia mengambil kacamata baca yang Oliv pakai lalu dipakainya sendiri, membuka bukunya dan memulai membaca.
Oliv hanya bisa menghela nafas panjang karena ulah Adit. “Sabar, sabar.”
Mendengar kata-kata Oliv, Adit hanya tersenyum.
Saatnya Oliv dan Adit masuk kekelas masing-masing, setelah keluar dari perpustakaan keduanya langsung berpisah karena berbeda arah tujuannya. Tapi sebelum berpisah Adit nggak lupa untuk mencium kening Oliv yang dia cintai itu.
Sekarang ini Rama lagi deket sama Selly. Sejak deket sama Rama, Selly nggak sekomplotan lagi sama Disti dan dia lebih memilih untuk berteman dengan Olivia karena dia tahu kalau Oliv yang lebih baik daripada Disti.
Rama ngenterin Selly sampai didepan kelas disaat Oliv juga sampai didepan kelas.
“Aduh asyiknya yang dianterin sampe kelas, jadi ngiri deh!”, keluh Oliv sambil tertawa sinis.
Refleks Selly mencubit lengan Oliv, “Apaan sih lah”.
“Kalian berdua yang akur ya”, Rama mengacak-acak rambut mereka berdua. “Aku pergi dulu”, pamit Rama yang langsung pergi setelah Oliv dan Selly masuk ke kelas.
Kali ini Disti yang nggak punya teman, semuanya sudah tahu tentang kebenaran yang ada. Tapi yang namanya Disti ya cuek aja dan tetap saja mencari masalah dengan yang lain termasuk Selly dan juga Oliv, keduanya menjadi sasaran pelampiasan dendam Disti.
Rama yang nggak ada kelas memilih untuk membaca buku di perpustakaan. Tiba-tiba ada seseorang yang datang dan mengagetkan dirinya. Siapa coba yang nggak kaget kalau di tepuk punggungnya keras-keras di tempat sepi kayak perpustakaan ini.
Mario duduk di samping Rama, “Oliv dimana?”, tanyanya riang dan bersemangat.
Rama terlihat nggak suka dengan Mario, ditutupnya buku yang dia baca itu lalu memalingkan wajahnya kehadapan Mario, “Sudah gue bilang, loe nggak boleh ngangguin Oliv. Dia itu istri orang!”, Rama berbicara dengan nada tinggi dan membuat ruangan itu berisik, pernghuninya juga pada melihat kearahnya. Demi kenyamanan Rama langsung keluar karena nggak mau merusak suasana.
Nggak tahu malu, Mario mengikuti Rama keluar, “Oliv dikelas ya? Ya sudah, gue nyamperin kekelasnya dulu”.
Rama kesel banget tapi dia membiarkan Mario kesana karena kalau dia terus melihat Mario dia akan merasa marah dan kesal melulu.
Oh ya, siapa Mario?
Mario itu mahasiswa semester 3 yang bener-bener bisa di bilang idola, banyak cewek-cewek yang ngejar-ngejar dia, merebutkan dia, dan mengeluh-eluhkan namanya. Selain menjadi anggota Senat, dia juga menjadi ketua UKM basket, nggak lupa juga dia itu pinter nyanyi dan mungkin sebentar lagi akan mengeluarkan album. Semua itu membuat Mario nggak susah untuk mendapatkan pacar, tapi sampai saat ini dia belum mempunyai pacar. Itu semua karena Olivia. Dia suka sama seniornya itu yang sudah menikah.
Yang namanya Mario nggak mau pikir pusing, kalau dia suka pasti akan dikejar terus-terusan, walaupun yang dia suka itu sudah ada yang punya. Karena itu semua sering sekali Adit dibuat kesal, tentu saja Oliv juga merasa nggak nyaman dengan semua yang Mario lakukan untuk dirinya. Bisa dibilang Mario lebih perhatian sama Oliv ketimbang Adit.
Melihat ada Adit yang lagi menunggu Oliv keluar, Mario ikut berdiri disampingnya.
“Ngapain loe disini?”, tanya Adit bener-bener ketus sangkin sebelnya.
Mario malah tersenyum, “Mau jemput Oliv”, jawabnya penuh percaya diri.
Adit melepaskan lipatan tangannya, “Sudah gue bilang, loe nggak usah ngangguin Oliv lagi!”, nada suara Adit makin meninggi.
Ingin rasanya Adit membuat Mario babak-belur tapi keburu pintu kelas Oliv terbuka, keduanya lalu bersikap biasa sejenak. Disti yang keluar kelas sendirian mencoba melemparkan senyum untuk Adit tapi Adit langsung mengalihkan pandangannya mencari sosok Oliv. Oliv yang keluar bersama dengan Selly langsung menghampiri Adit dan Mario.
Karena nggak mau istrinya itu dibawa Mario, Adit menarik tangan Oliv dan keduanya beranjak pergi. Tentu saja Mario nggak suka dengan itu, dia mengejar keduanya dan memegang tangan Oliv yang satunya. Oliv berusaha melepaskan itu tapi susah. Jadi ketiganya berhenti disebuah koridor yang sepi.
“Lepasin nggak?! Lepasin sekarang!”, bentak Adit keras.
Masih mencoba melepaskan tangan Mario, “Ayolah, lepasin gue”, keluh Oliv.
“Nggak!”, Mario nyolot.
“Oliv ini istri gue! Dan loe bukan siapa-siapa jadi nggak usah ganggu hidup kami!”, Adit membantu melepaskan genggaman tangan Mario.
Genggaman tangan itu terlepas, “Gue cuman mau ngajak dia minum kopi, gue juga tahu dia itu milik loe!”, Mario mencoba berbicara lagi.
“Tapi..”, kalimat Adit dihentikan oleh Oliv.
Oliv menepuk pundak suaminya itu, “Sudah nggak apa-apa, daripada dia terus bikin kesel mendingan aku nemenin dia minum kopi, itung-itung biar nggak lama nunggu kamu selesai kuliah”, Oliv mencoba menengahi.
Adit masih nggak terlihat baikan, “Kamu selalu baikin dia, makanya dia selalu ngelunjak. Kamu nggak pernah mau dengerin aku!”, ucap Adit kesal pada Oliv yang langsung dilepaskannya tangan Oliv dari genggamannya.
Diraihnya kedua tangan Adit, “Tapi kalau nggak diturutin apa bisa dia lepasin kita? Ngertiin posisi aku ya Yang”, ucap Oliv memelas.
Adit menepis tangan Oliv, “Lakuin aja apa yang kamu mau!”, jawab Adit ketus, dia langsung pergi begitu aja.
Terlihat Oliv sedih karena diperlakukan seperti itu oleh Adit, dipandangnya lekat-lekat Adit yang berjalan menjauh sampai akhirnya nggak terlihat lagi, dengan cepat Mario meraih tangan Oliv dan mengajaknya pergi.
“Gue mau iku loe, tapi nggak usah pegang tangan gue!”, Oliv menepis tangan Mario.
Mereka berdua berjalan menuju coffee shop dekat kampus.
***1***

Bersambung.......


2 komentar:

  1. Judul nya kaya lagu anang "Jodoh ku".

    Adit genit,adit jealous,

    Kali ini sad ending lagi ya? Part 2 nya mana?

    BalasHapus
  2. Iya,,,tapi gak sama persis kok...hehehe ^_^
    Adit yg sayang sama istrinya ;)

    sad ato happy ya???
    baca ampe kelar ya...

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...