Makan
malam di rumah Adit, Oliv, dan keluarga.
“Kalian
bertengkar lagi?”, tanya Mamah disela-sela makan malam.
Diam,
Oliv dan Adit hanya diam nggak ngomong apa-apa.
“Nggak
baik kalau lama-lama bertengkar, setelah ini langsung baikan!”, lanjut Papah
berusaha memperbaikin hubungan keduanya.
Setelah
selesai makan malam, Oliv membantu membereskan piring-piring dan gelas lalu
mencucinya sampai bersih di dapur bersama dengan mbok Sumi, sedangkan Adit
sudah masuk kamar karena mood-nya lagi gak asyik. Di kamar Adit malah main PS
sendirian, gebuk-gebukan, game tinju-tinjuan, buat ngeluapin semuanya.
Oliv
pergi kekamar, dibukanya pintu pelan-pelan, ngelongok sesaat untuk mengetahui
dimana Adit sekarang. Keduanya sempat bertemu pandang tapi Adit keburu
memalingkan mukanya lagi. Oliv berjalan mendekati suaminya itu, lalu duduk
disampingnya dan mengambil stik yang nggak dipakai dan ikut main game, tapi
Adit yang sebel malah bangkit dan membiarkan Oliv main sendirian.
Adit
beralih ke kursi baca dekat jendela dan mulai membaca buku, setelah mematikan
PS dan TV, Oliv mendekat pada Adit lagi dan duduk di depannya, “Maaf”, ucapnya
singkat dengan wajah memelas sambil menyingkirkan buku yang Adit baca.
Buku
yang tadi dibaca diletakkan kembali ditempatnya, Adit bangkit. Giliran laptop
yang menjadi tujuan Adit yang ngambek. Mencoba bermain game, lagi-lagi Oliv
mengikutinya, Oliv berdiri membungkuk disamping Adit agar posisi tingginya
sejajar, “Maaf”, ucap Oliv lagi.
Masih
dengan wajah sebelnya, Adit mematikan laptopnya dan beranjak ke tempat tidur.
Dia langsung menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, dan tidur menghadap sisi
luar tempat tidur.
Oliv
jongkok di lantai menghadap Adit, “Maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf,
maaf, maaf....”, terus-terusan Oliv mengulang kata yang sama dan nggak
berhenti.
Adit
berbalik badan membelakangi Oliv, tapi Oliv nggak kehabisan akal, kemudian dia
naik ke tempat tidur dan duduk menghadap Adit, dia kembali melanjutkan
kata-kata ‘maaf’nya.
Tapi
Adit masih mengacuhkannya, kembali Adit membelakangi Oliv. Sekarang giliran
Oliv yang ngerasa sebel, dia berhenti mengganggu Adit. Dia berbaring
membelakangi Adit, keduanya masih saja diam.
Cukup
lama mereka berdua diam, terdengar suara berisik HP Oliv berdering karena ada
telfon masuk. Ternyata Selly yang menelfon nggak butuh waktu lama Oliv langsung
mengangkatnya, “Hallo Mario, ada apa malem-malem telfon?”, ucap Oliv sedikit
kencang agar terdengar oleh Adit.
“Mario?
Gue Selly, bukan Mario”, ucap Selly dari seberang sana.
Kedua
mata Oliv mencoba melirik kearah Adit, sedikit terlihat Adit yang sudah
menurunkan selimutnya. Oliv melanjutkan percakapannya, “Ada apa?”.
“Gue
cuman mau ngabarin kalau besok nggak ada kelas, dosennya lagi liburan ke Jepang
tuh. Ya sudah aku tutup ya? Malem.”
Selly
sudah menutup telfonnya tapi Oliv belum selesai dengan keisengannya membuat
Adit cemburu, “Makan malem? Besok? Gimana ya?”, Oliv benar-benar menahan tawa.
Setengah
badan Adit sudah nggak selimutan lagi, sekarang juga dia berbaring menghadap ke
punggung Oliv. Bisa dibilang ulah Oliv kali ini berhasil.
“Makan
sushi? Tentu saja mau, tapi...”, suara Oliv terhenti karena Hpnya di rebut
Adit.
Tanpa
melihat HP itu, Adit langsung meletakkannya di daun telinganya, “Sudah gue
bilang loe nggak usah ganggu Oliv lagi! Dia istri gue!”, ucap Adit keras.
Adit
menunggu jawaban dari Mario, karena lama nggak ada jawaban dia melihat ke layar
HP yang ternyata mati, pandangannya tertuju pada Oliv yang lagi berusaha
menutupi tawanya dengan selimut. Ditariknya selimut hingga wajah Oliv yang
merona merah karena tertawa terlihat, “Nggak lucu!”, ucap Adit singkat sambil
membanting HP Oliv di kasur.
Kembali
ke posisi semula, Adit berbaring membelakangi Oliv. Sekarang Adit benar-benar
ngambek, dan itu bakalan sulit untuk membujuknya baikan.
Oliv
mendekat, dia berbaring sambil memeluk Adit dari belakang, kepala Oliv
bersandar di punggung Adit yang hangat dan nyaman, “Maaf, maafin aku”, ucap
Oliv makin memelas.
Tapi
Adit diam saja, benar-benar diam. Oliv mencoba menjangkau wajah Adit, kemudian
diciumnya pipi kanan Adit dengan lembut dan mesra, lalu kembali memeluk Adit
dari belakang dan bersandar dengan nyaman pada punggung Adit.
Nggak
disangka-sangka kedua tangan Adit malah melonggarkan pelukan itu dan membuat
pelukan itu terlepas. Oliv nggak tahu harus berbuat apa lagi. Dia berbalik
badan dan berbaring membelakangi Adit lagi, kali ini dia bener-bener nggak
menyangka bakalan seperti ini perlakuan yang dia terima dari suami yang dia
cintai.
Oliv
terisak lirih tapi tentu saja terdengar oleh Adit, senjata terakhir yang
terampuh dari seorang wanita adalah tangisan.
“Maafin
aku”, ucap Oliv lirih sembari terisak.
“Aku
yang harusnya minta maaf, aku yang salah karena buat kamu nangis kayak gini”,
ucap Adit dalam hati. “Maafin aku”, lagi-lagi Adit berucap dalam hati.
Karena
nggak tega mendengar Oliv menangis, Adit berbaring menghadap punggung Oliv dan
dengan cepat dia mendekat lalu memeluk tubuh Oliv sangat erat. Oliv kembali
terisak karena apa yang Adit lakukan ini.
“Jangan
nangis, aku selalu maafin kamu walaupun kamu nggak memintanya”, ucap Adit
sembari mempererat pelukannya pada Oliv.
Pada
waktu yang sama Rama dan Selly juga lagi asyik ngobrol melalui telpon.
“Oliv
sama Adit kayaknya lagi marahan lagi tuh gara-gara Mario”, kata Selly
memberikan informasi.
Rama
sedikit tertawa, “Halaah, pasti juga besok sudah baikan lagi, kayak biasanya”,
Rama mengingat kejadian-kejadian lalu setelah Oliv dan Adit bertengkar,
“Gimanapun marahnya mereka berdua, pasti bakalan baikan juga”, Rama tertawa
diiringi tawa Selly juga. “Oh ya, lusa itu ulang tahunnya Oliv. Kasih kejutan
yuk?”, ajak Rama.
Sedangkan
Mario yang ada dirumahnya, dari tadi dia mencoba menghubungi Olivia sang senior
yang menjadi pujaan hatinya, tapi selalu nggak bisa karena Hpnya Oliv sudah di
nonaktifkan oleh Adit sebelum dilempar. Mario benar-benar khawatir takut ada
sesuatu yang terjadi dengan Oliv, tapi dia nggak mungkin datang kerumah Oliv
karena itu mustahil untuk dilakukan, dia nggak mau membuat masalah.
Benar.
Sekarang Oliv dan Adit sudah kembali baikan. Mereka memamerkan kemesraannya,
keduanya berpelukan erat diatas tempat tidur.
“Ini
semua karena aku benar-benar cinta sama kamu, jadi jangan buat aku cemburu lagi
ya?”, ucap Adit serius sambil mengecup kening Oliv.
Oliv
sudah nggak menangis lagi, dia tersenyum ringan, “Kamu juga jangan sampe buat
aku cemburu!”, timpal Oliv.
Adit
malah tertawa yang membuat Oliv tertawa juga. Malam yang hangat dan
menyenangkan.
“Anterin
ke dapur yuk Yang, aku mau minum”, keluh Oliv karena merasakan tenggorokannya
yang kering.
Adit
melepaskan pelukannya dan bangkit dari tempat tidur, Oliv juga melakukan hal
yang sama, lalu keduanya turun ke dapur untuk megambil air putih. Setelah
menuruni tangga, Adit meminta Oliv naik ke punggungnya, tentu Oliv mau, siapa
coba yang nggak mau digendong Adit? Hahahaha.
Dari
lain sisi Papah juga mau ke dapur untuk mengambil minum, tapi langsung
mengurungkan niatnya karena melihat ada Oliv dan Adit yang ada disana juga,
memamerkan kemesraan pengantin muda.
Papah
kembali lagi kekamarnya.
“Kok
nggak jadi Pah?”, tanya Mamah yang ternyata masih terjaga juga.
Papah
tersenyum, kembali naik ke tempat tidur dan duduk bersandar, “Papah nggak mau
ganggu Oliv sama Adit yang lagi mesra-mesraan”, ucap Papah seraya mengambil
buku yang ada dimeja dekat tempat tidur dan mulai membacanya.
Mamah
tersenyum sambil bangkit dari tempat tidur dan duduk disamping suaminya
tercinta itu.
***2***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar