•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Senin, 17 Oktober 2011

Jo#7 - Awas! Ada yang Cemburu


Part7#Awas! Ada yang Cemburu#

Hari ini Neffira berangkat nebeng mobilnya Ferdinand, karena mobilnya lagi service rutin di bengkel. Jovan sama Jovita juga lagi di jalan menuju kampus, begitu juga dengan Desty yang menyetir mobil sendiri, dari rumah sampai kampus, setiap harinya.
Mereka sampai di kampus sama-sama. Saat parkirpun mereka bersamaan dan saling bersejajar. Mobinya Ferdinand, mobilnya Jovan, dan mobilnya Desty, ketiganya berhenti bersamaan dan bersejajar.
Mereka semua juga keluar dari mobil secara bersamaan pula. Benar-benar kebetulan.
“Yuk kekelas”, ajak Neffira yang langsung menggandeng tangan Ferdinand.
Ferdinand ngerasa aneh, tapi ya sudahlah. Mereka berdua berjalan bersama-sama menuju kelas. Dibelakang mereka ada Desty dan Jo yang juga bergandengan tangan, disamping mereka ada Jovan yang berjalan bak model papan atas. [hehehe-red]

“Jo, ada film baru tuh di bioskop. Ntar nonton yuk?”, ajak Desty yang sekarang merangkul sahabatnya itu.
“Hmm”, Jo mengalihkan pandangannya ke Jovan. “Gimana bang?”, tanya Jo pada Jovan yang berada tepat disebelahnya.
Jovan melihat kearah Jo, “Terserah loe aja, lagian ntar gue ada kuliah sampe sore”, jawab Jovan.
“Ok Desty! Ntar kita nonton”, sorak girang Jo.
“Tapi abis itu langsung pulang. Jangan keluyuran lagi”, ucap Jovan tegas.
“Siap boss”, ucap Jo dan Desty bersamaan.
“Loe hari ini ada acara nggak?”, tanya Neffira yang masih menggandeng tangan Ferdinand.
“Ntar siang gue manggung di Mall, emangnya kenapa?”, Ferdinand balik tanya.
“Gue ntar ikut ya”, ucap Neffira manja.
“Boleh”, ucap Ferdinand singkat.
---
Jovan sudah masuk kekelas yang selanjutnya. Hari ini kuliahnya bener-bener padat, waktu buat istirahatnya juga sedikit, apalagi tugasnya bener-bener seabreg, bikin perhatiannya sama Jo nggak bisa 100% lagi. Tapi tetep aja dia nggak boleh lupa memantau adiknya itu kemanapun Jo pergi.
“Kalian mau kemana?”, tanya Ferdinand saat berpapasan dengan Jo dan Desty di luar kelas.
“Kita mau nonton”, jawab Jo.
“Yah”, keluh Ferdinand, “Padahal gue mau ngajak kalian berdua ikut gue sama Neffira makan siang bareng. Abis itu ke mall bareng lihat gue manggung”, ucap Ferdinand kecewa.
Neffira terlihat sebel banget karena Ferdinand lebih perhatian sama Desty dan Jo ketimbang dirinya. Ferdinand memang setiap harinya makin perhatian sama Jo.
“Ya gini aja. Gue sama Desty nonton berdua, kalian makan siang berdua, terus ntar kita ketemu di acara loe. Gue juga pengin lihat loe manggung, sudah lama nggak lihat loe perform”, ucap Jo panjang lebar.
Mereka setuju. Mereka berempat jalan keparkiran bersama-sama, kali ini Ferdinand nggak mau di gandeng lagi oleh Neffira, dia melenggang bebas. Sebel sih, tapi Neffira membiarkan gitu aja karena yang penting dia masih semobil sama Ferdinand yang cakep itu.
Jo masuk ke mobilnya Desty, begitu juga Desty yang juga tentu saja masuk kedalam mobilnya. Neffira masuk mobilnya Ferdinand sambil tersenyum puas, itu membuat Desty bener-bener sebel dibuatnya, nggak lama kemudian mereka semua pergi ke tujuan masing-masing.
Di perjalanan ke tempat makan siang.
Didalam mobil Ferdinand nggak henti-hentinya buat menceritakan tentang Jovita, yang tentu saja membuat Neffira panas. Dia nggak suka Ferdinand membahas-mbahas tentang cewek yang sekarang bukan sahabatnya lagi, Neffira masih sebel dan ogah berteman dengan yang namanya Jovita dan Desty tentunya.
“Menurut loe gue cocok nggak sama Jo?”, tanya Ferdinand menanyakan pendapat Neffira.
Neffira manyun sejadinya, dia sebel dan ogah untuk menjawab.
“Hey Neff, gimana? Menurut loe, gue cocok nggak sama Jo?”, Ferdinand mengulangi pertanyaannya.
Dilipat kedua tangannya, “Loe suka sama Jo?”, Neffira malah balik tanya.
“Siapa coba yang nggak suka sama dia. Sudah cantik, baik, ramah, ceria, nggak sombong...”, kalimat Ferdinand yang panjang itu buru-buru dipotong oleh Neffira.
“Loe lagi sama gue, jadi nggak usah bahas-bahas tentang Jo dihadapan gue!”, ucap Neffira judes.
“Gue kan cuman mau share sama loe”, ucap Ferdinand lirih.
Neffira masih terlihat sebel, dia suka sama Ferdinand. Tapi Ferdinandnya malah punya rasa sama orang lain, yaitu Jo. Jo adalah musuhnya yang bener-bener dia nggak sukai. Masa kali ini dia harus mengalami hal yang sama seperi waktu SMP dulu, dia deket sama cowok yang ternyata suka sama Jo. Apa ada yang salah sama diri Neffira yang bikin hidupnya terus tersakiti seperti itu. Kasihan.
“Ngapain sih dengerin lagu ini melulu”, gerutu Desty yang sebel karena dari tadi Jo menyetel lagunya Ferdinand terus.
Yang di tanya malah makin asyik ikut nyanyi bareng musik yang berdendang. Jo bener-bener acuh sama sahabatnya itu. Biarin deh Desty mau ngomong apa, Jo tetep asyik dengan lagu-lagunya Ferdinand yang dia sukai itu.
Sampai juga di sebuah cafe pilihan Neffira sebagai tempat makan siangnya bersama Ferdinand. Dia seneng banget bisa makan siang bareng Ferdinand, apalagi nanti dia juga diajak buat nonton perform-nya Ferdinand, bener-bener rejeki nomplok buat Neffira.
Saat memasuki cafe, beberapa tamu langsung memperhatikan mereka berdua.
“Itu kan Ferdinand? Sama siapa itu?”, tanya seseorang cewek pada temannya yang lagi makan.
Kontan temennya itu melihat kearah pintu masuk, “Iya itu Ferdinand. Kok sama Neffira?”.
“Neffira? Siapa?”, tanyanya lagi.
“Itu tuh, model video klik lagu barunya Ferdinand”, jawab temannya dengan wajah serius.
“Bukannya Ferdinand sama si Jo itu yang ketangkep foto sama wartawan lagi berdua-duaan?”, celetuk seorang cewek yang duduk di pojok cafe itu.
“Iya, gosipnya emang sama Jo itu lah. Tapi kok sekarang sama Neffira ya?”, ucap temannya menanggapi.
Benar-benar langsung heboh seisi cafe itu. Tapi Ferdinand dan Neffira tetep enjoy menikmati makan siang mereka.
“Lo bener-bener gila! Gue kira film drama, eh nggak tahunya horor bin mistik kayak gini. Norak!”, gerutu Jo.
Ternyata Desty mengajak Jo buat nonton film horor, bukannya film drama yang jadi faforitnya Jo. Melihat Jo yang kesal, Desty sangat merasa puas, dia puas mengerjai si Jo yang memang nggak suka banget sama yang namanya film horor. Jo tuh penakut abis, dia nggak bisa nonton film kayak gituan, tapi Desty terus memaksanya, alhasil sekarang mereka sudah siap untuk menonton di dalam ruangan yang dingin itu.
Jo nggak berani nonton, dia bener-bener menutup matanya rapat-rapat. Ditelinganya terpasang headphone bervolume kencang, Jo nggak ingin denger suara-suara dari film itu. Kali ini Jo berusaha tidur, tapi sedetik kemudian dia dikejutkan dengan sesuatu disakunya yang tiba-tiba bergetar. Ada sms dari Kesatrian Bergitar.
Perlu kalian tahu, Jo nggak pernah merubah nama Kesatrian Bergitar yang ada di phone book-nya tersebut. Dia tetap membiarkannya begitu saja.
“Banana split, seger banget”, ucap Ferdinand melalui pesan singkat yang ia kirimkan pada Jo.
“Artis kurang kerjaan!”, celetuknya dalam hati sambil memanyun-manyunkan bibirnya.
Jo nggak membalas sms itu, dimasukkannya kembali hp itu di sakunya.
Tapi nggak lama kemudian hp-nya kembali bergetar, ada sms dari ‘kesatria bergitar’ lagi.
“Lagi nonton film apa sih? Sampai nggak sempet bales sms gue”, gerutu Ferdinand melalui sms.
Kali ini Jo membalas sms dari Ferdinand, “Kalau tahu nonton film ginian, mending tadi gue ikut loe makan”, keluh Jo masih melalui sms.
“Emangnya kenapa?”,  isi pesan balasan dari Ferdinand.
“Gue nggak suka film horor”, jawab Jo.
Neffira terlihat kesal karena dari tadi dia diacuhkan oleh Ferdinand yang malah sekarang asyik sms-an. Ferdinand malah terlihat gembira banget saat membaca pesan singkat itu, dan terus saja mengabaikan Neffira yang sekarang ada didepannya.
Tapi Ferdinand sudah terlanjur asyik sms-an sama Jo.
“Kasihan kasihan kasihan *versiupinipin”, ledek Ferdinan melalui sms.
“Ah nyebelin. Sudahlah gue mau tidur aja”, ucap Jo sebel karena dari tadi Ferdinand terus meledeknya.
Ferdinand tertawa renyah, makin membuat Neffira geram.
“Loe itu kenapa sih? Dari tadi senyam-senyum, ketawa-ketiwi sendiri?”, guman Neffira.
“Ini, Jo marah sama gue. Lucu banget”, jawab Ferdinand sambil menahan tawa.
Mendengar jawaban itu makin membuat Neffira naik darah. Dia meletakkan sendok yang dipegangnya diatas meja dengan keras.
Ferdinand terdiam, dia sedikit terkejut.
“Gue sudah kenyang, ayo  pergi”, aja Neffira yang kemudian bangkit dari tempat duduknya dengan wajah yang begitu merah menyala.
Jo dan Desty keluar dari ruang theater. Wajah Desty sangat puas, sedangkan Jo terlihat sebel minta ampun. Dia paling nggak bisa menikmati film-film semacam itu, kalau sudah nggak suka digimanain aja ya tetep nggak suka.
“Maaf deh, gue yang salah”, ucap Desty.
Jo malah mempercepat langkahnya meninggalkan Desty.
---
Jo sudah selesai mandi dan sudah rapi pula. Di rumahnya sepi, Papah sama Mamah belum pulang, Jovan setelah selesai kuliah nggak langsung pulang, dia transit dulu ke cafe karena sudah dua hari ini dia nggak mengontrol cafe akibat tugas kuliah yang menumpuk dan tentu saja menyita waktunya.
“Bi, pesenin taksi”, perintah Jo pada pembantunya.
Di rumah lagi nggak ada supir. Nggak mungkin juga Jo menyetir mobil sendiri, pasti akan membuat dunia gempar, karena dia paling dilirang buat mengendarai mobil sendiri. Kalau dia mau kemana-mana selalu dianterin, kalau Jovan nggak sibuk ya tentu saja Jovan yang akan mengantar Jo kemanapun dia ingin pergi.
“Gue mau keluar buat makan”, jawab Ferdinand.
“Gue ikut ya”, ucap Neffira manja melalui telefon.
“Boleh aja. Tapi gue nggak jemput loe ya, kita langsung ketemuan aja di tempat itu”, lanjut Ferdinand sambil keluar dari rumahnya.
“Ok. Loe smsin aja lokasinya dimana”, ucap Neffira yang kemudian menutup telfon itu.
Sebelum berengkat Ferdinand mengirimkan sms pada Neffira, dia menjelaskan dimana lokasi yang akan mereka tuju malam ini.
“Jo Jo cafe. Ok deh”, ucap Neffira sambil menstarter mobilnya.
Neffira nggak tahu kalau cafe ini milik Jo Jo bersaudara alias Jovan dan Jovita.
Jovita sudah sampai di cafe yang malam ini benar-benar ramai, ini gara-gara banyaknya gosip yang beredar, kalau Ferdinand sering datang kesini. Jadi banyak diantara tamu yang hadir adalah fans berat dari Ferdinand. Saat Jo masuk, hampir semua pandangan para tamu tertuju padanya. Ada yang memandang secara simpatik, ada pula yang memandang sinis Jo.
“Ngapain loe kesini?”, ucap Jovan.
Itu membuat Jo terkejut, “Oh loe bang. Ngagetin gue aja. Rame banget bang”.
“Iya emang rame. Bantuin nganterin makanan gih”, perintah Jovan sedikit bercanda.
“Ok!”, jawab Jo menyanggupi.
Jovan nggak percaya kalau perkataan yang niatnya bercanda itu malah di laksanankan oleh Jovita, “Nggak usah. Gue cuman bercanda, loe nunggu gue di dalem aja gih”.
Jo menggelengkan kepalanya, “Gue pengin ngrasain gimana jadi pelayan itu”, ucap Jo yang kemudian berlalu dan meminta celemek pada seseorang pelayan.
Nggak lama mobil Ferdinand dan mobilnya Neffira sama-sama sampai di parkiran cafe. Keduanya masuk bersamaan lalu memilih tempat duduk yang masih kosong. Kembali pandangan mata para tamu di buat tertuju pada Ferdinand dan Neffira yang duduk bersama. Kemudian ada beberapa cewek yang datang untuk meminta foto bersama dan juga meminta tanda tangan dari Ferdinand.
“Kalian pacaran?”, tanya seseorang diantara mereka.
Dengan cepat Ferdinand menjawab, “Nggak kok, gue sama Neffira cuman teman”, jawab Ferdinand ramah sambil membubuhkan tanda tangan diselembar kertas.
“Kalau Jo, itu pacar kakak?”, tanya seseorang yang lain.
Dengan cepat pula Ferdinand memberikan senyuman, “Menurut kalian gue cocok nggak sama Jo?”, tanya Ferdinand disertai senyuman.
Ucapan yang membuat cewek-cewek itu bersorak untuk menyetujuinya.
Tapi Neffira makin marah dibuatnya, dia sebel dengan semua yang Ferdinand katakan tadi. Kenapa haru Jo lagi yang menjadi saingannya, kenapa harus Jo!
“Hey, kalian berdua makan disini juga?”, sapa Jo saat akan mengantarkan makanan untuk tamu didekat tempat duduk Ferdinand dan Neffira.
“Loe lagi part time disini?”, ledek Ferdinand.
Jo tersenyum, “Nyari pengalaman”, jawabnya singkat, “Bentar ya, gue mau nganterin makanan ini dulu”, pamit Jo.
Baru akan berjalan ada sesuatu yang menghalangi kaki Jo, ternyata kaki Neffira yang sengaja menghalanginya, dia ingin membuat Jo terjatuh.
‘BRAAAKK’
Jo tersungkur ke lantai, suasana ruangan itu langsung hening. Makanan yang Jo bawa berhamburan di lantai dan yang lebih parahnya tangan kiri Jo tertusuk pecahan piring makanan yang tadi dibawanya. Dengan cepat Jo mencabut beling itu. Ferdinand yang begitu khawatir langsung turun melihat keadaan Jo yang sudah berlumuran darah.
“Tangan loe terluka”, ucap Ferdinand khawatir saat melihat luka yang ada di tangan Jo.
Darah terus mengucur nggak ada henti-hentinya, para tamu yang ada malah hanya menonton dan mengabadikan moment itu. Jo mencoba terus menggenggam tangannya yang terluka itu, darah segar terus mengucur tanpa henti, ini akibat dari obat yang setiap harinya dia konsumsi. Nggak lama kemudian Jovan dengan cepat datang untuk melihat apa yang terjadi.
Jovan meraih tangan Jo yang berdarah. “Sudah gue bilang, loe nggak perlu kerja kayak gini. Gini nih jadinya”, ucap Jovan marah.
Di lepasnya kaos putih yang dia pakai, hingga terlihat tubuh atletisnya. Jovan merobek kaosnya itu lalu di balutkan pada luka Jo yang cukup lebar dan terus mengeluarkan darah. Setelah lukanya terbalut, Jovan langsung menggendong Jo keluar dari kerumunan itu dan membawa Jo masuk kedalam mobil. Mereka berdua langsung pergi, Jovan dengan cepat memacu mobilnya ke Rumah sakit karena luka yang Jo alami cukup parah dan darah yang keluar juga sudah terlalu banyak.
***
to be continued....



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...