Part7#Awas!
Ada yang Cemburu#
Hari ini Neffira berangkat nebeng
mobilnya Ferdinand, karena mobilnya lagi service rutin di bengkel. Jovan sama
Jovita juga lagi di jalan menuju kampus, begitu juga dengan Desty yang menyetir
mobil sendiri, dari rumah sampai kampus, setiap harinya.
Mereka sampai di kampus
sama-sama. Saat parkirpun mereka bersamaan dan saling bersejajar. Mobinya
Ferdinand, mobilnya Jovan, dan mobilnya Desty, ketiganya berhenti bersamaan dan
bersejajar.
Mereka semua juga keluar dari
mobil secara bersamaan pula. Benar-benar kebetulan.
“Yuk kekelas”, ajak Neffira yang
langsung menggandeng tangan Ferdinand.
Ferdinand ngerasa aneh, tapi ya
sudahlah. Mereka berdua berjalan bersama-sama menuju kelas. Dibelakang mereka
ada Desty dan Jo yang juga bergandengan tangan, disamping mereka ada Jovan yang
berjalan bak model papan atas. [hehehe-red]
“Jo, ada film baru tuh di
bioskop. Ntar nonton yuk?”, ajak Desty yang sekarang merangkul sahabatnya itu.
“Hmm”, Jo mengalihkan
pandangannya ke Jovan. “Gimana bang?”, tanya Jo pada Jovan yang berada tepat
disebelahnya.
Jovan melihat kearah Jo, “Terserah
loe aja, lagian ntar gue ada kuliah sampe sore”, jawab Jovan.
“Ok Desty! Ntar kita nonton”,
sorak girang Jo.
“Tapi abis itu langsung pulang. Jangan
keluyuran lagi”, ucap Jovan tegas.
“Siap boss”, ucap Jo dan Desty
bersamaan.
“Loe hari ini ada acara nggak?”,
tanya Neffira yang masih menggandeng tangan Ferdinand.
“Ntar siang gue manggung di Mall,
emangnya kenapa?”, Ferdinand balik tanya.
“Gue ntar ikut ya”, ucap Neffira
manja.
“Boleh”, ucap Ferdinand singkat.
---
Jovan sudah masuk kekelas yang
selanjutnya. Hari ini kuliahnya bener-bener padat, waktu buat istirahatnya juga
sedikit, apalagi tugasnya bener-bener seabreg, bikin perhatiannya sama Jo nggak
bisa 100% lagi. Tapi tetep aja dia nggak boleh lupa memantau adiknya itu
kemanapun Jo pergi.
“Kalian mau kemana?”, tanya Ferdinand
saat berpapasan dengan Jo dan Desty di luar kelas.
“Kita mau nonton”, jawab Jo.
“Yah”, keluh Ferdinand, “Padahal
gue mau ngajak kalian berdua ikut gue sama Neffira makan siang bareng. Abis itu
ke mall bareng lihat gue manggung”, ucap Ferdinand kecewa.
Neffira terlihat sebel banget
karena Ferdinand lebih perhatian sama Desty dan Jo ketimbang dirinya. Ferdinand
memang setiap harinya makin perhatian sama Jo.
“Ya gini aja. Gue sama Desty
nonton berdua, kalian makan siang berdua, terus ntar kita ketemu di acara loe. Gue
juga pengin lihat loe manggung, sudah lama nggak lihat loe perform”, ucap Jo
panjang lebar.
Mereka setuju. Mereka berempat
jalan keparkiran bersama-sama, kali ini Ferdinand nggak mau di gandeng lagi
oleh Neffira, dia melenggang bebas. Sebel sih, tapi Neffira membiarkan gitu aja
karena yang penting dia masih semobil sama Ferdinand yang cakep itu.
Jo masuk ke mobilnya Desty,
begitu juga Desty yang juga tentu saja masuk kedalam mobilnya. Neffira masuk
mobilnya Ferdinand sambil tersenyum puas, itu membuat Desty bener-bener sebel
dibuatnya, nggak lama kemudian mereka semua pergi ke tujuan masing-masing.
Di perjalanan ke tempat makan
siang.
Didalam mobil Ferdinand nggak
henti-hentinya buat menceritakan tentang Jovita, yang tentu saja membuat
Neffira panas. Dia nggak suka Ferdinand membahas-mbahas tentang cewek yang
sekarang bukan sahabatnya lagi, Neffira masih sebel dan ogah berteman dengan yang
namanya Jovita dan Desty tentunya.
“Menurut loe gue cocok nggak sama
Jo?”, tanya Ferdinand menanyakan pendapat Neffira.
Neffira manyun sejadinya, dia
sebel dan ogah untuk menjawab.
“Hey Neff, gimana? Menurut loe,
gue cocok nggak sama Jo?”, Ferdinand mengulangi pertanyaannya.
Dilipat kedua tangannya, “Loe
suka sama Jo?”, Neffira malah balik tanya.
“Siapa coba yang nggak suka sama
dia. Sudah cantik, baik, ramah, ceria, nggak sombong...”, kalimat Ferdinand
yang panjang itu buru-buru dipotong oleh Neffira.
“Loe lagi sama gue, jadi nggak
usah bahas-bahas tentang Jo dihadapan gue!”, ucap Neffira judes.
“Gue kan cuman mau share sama loe”,
ucap Ferdinand lirih.
Neffira masih terlihat sebel, dia
suka sama Ferdinand. Tapi Ferdinandnya malah punya rasa sama orang lain, yaitu
Jo. Jo adalah musuhnya yang bener-bener dia nggak sukai. Masa kali ini dia
harus mengalami hal yang sama seperi waktu SMP dulu, dia deket sama cowok yang
ternyata suka sama Jo. Apa ada yang salah sama diri Neffira yang bikin hidupnya
terus tersakiti seperti itu. Kasihan.
“Ngapain sih dengerin lagu ini
melulu”, gerutu Desty yang sebel karena dari tadi Jo menyetel lagunya Ferdinand
terus.
Yang di tanya malah makin asyik
ikut nyanyi bareng musik yang berdendang. Jo bener-bener acuh sama sahabatnya
itu. Biarin deh Desty mau ngomong apa, Jo tetep asyik dengan lagu-lagunya
Ferdinand yang dia sukai itu.
Sampai juga di sebuah cafe
pilihan Neffira sebagai tempat makan siangnya bersama Ferdinand. Dia seneng
banget bisa makan siang bareng Ferdinand, apalagi nanti dia juga diajak buat
nonton perform-nya Ferdinand, bener-bener rejeki nomplok buat Neffira.
Saat memasuki cafe, beberapa tamu
langsung memperhatikan mereka berdua.
“Itu kan Ferdinand? Sama siapa
itu?”, tanya seseorang cewek pada temannya yang lagi makan.
Kontan temennya itu melihat
kearah pintu masuk, “Iya itu Ferdinand. Kok sama Neffira?”.
“Neffira? Siapa?”, tanyanya lagi.
“Itu tuh, model video klik lagu
barunya Ferdinand”, jawab temannya dengan wajah serius.
“Bukannya Ferdinand sama si Jo
itu yang ketangkep foto sama wartawan lagi berdua-duaan?”, celetuk seorang
cewek yang duduk di pojok cafe itu.
“Iya, gosipnya emang sama Jo itu
lah. Tapi kok sekarang sama Neffira ya?”, ucap temannya menanggapi.
Benar-benar langsung heboh seisi
cafe itu. Tapi Ferdinand dan Neffira tetep enjoy menikmati makan siang mereka.
“Lo bener-bener gila! Gue kira
film drama, eh nggak tahunya horor bin mistik kayak gini. Norak!”, gerutu Jo.
Ternyata Desty mengajak Jo buat
nonton film horor, bukannya film drama yang jadi faforitnya Jo. Melihat Jo yang
kesal, Desty sangat merasa puas, dia puas mengerjai si Jo yang memang nggak
suka banget sama yang namanya film horor. Jo tuh penakut abis, dia nggak bisa
nonton film kayak gituan, tapi Desty terus memaksanya, alhasil sekarang mereka
sudah siap untuk menonton di dalam ruangan yang dingin itu.
Jo nggak berani nonton, dia
bener-bener menutup matanya rapat-rapat. Ditelinganya terpasang headphone
bervolume kencang, Jo nggak ingin denger suara-suara dari film itu. Kali ini Jo
berusaha tidur, tapi sedetik kemudian dia dikejutkan dengan sesuatu disakunya
yang tiba-tiba bergetar. Ada sms dari Kesatrian Bergitar.
Perlu kalian tahu, Jo nggak
pernah merubah nama Kesatrian Bergitar yang ada di phone book-nya tersebut. Dia
tetap membiarkannya begitu saja.
“Banana split, seger banget”,
ucap Ferdinand melalui pesan singkat yang ia kirimkan pada Jo.
“Artis kurang kerjaan!”,
celetuknya dalam hati sambil memanyun-manyunkan bibirnya.
Jo nggak membalas sms itu,
dimasukkannya kembali hp itu di sakunya.
Tapi nggak lama kemudian hp-nya
kembali bergetar, ada sms dari ‘kesatria bergitar’ lagi.
“Lagi nonton film apa sih? Sampai
nggak sempet bales sms gue”, gerutu Ferdinand melalui sms.
Kali ini Jo membalas sms dari
Ferdinand, “Kalau tahu nonton film ginian, mending tadi gue ikut loe makan”,
keluh Jo masih melalui sms.
“Emangnya kenapa?”, isi pesan balasan dari Ferdinand.
“Gue nggak suka film horor”,
jawab Jo.
Neffira terlihat kesal karena
dari tadi dia diacuhkan oleh Ferdinand yang malah sekarang asyik sms-an. Ferdinand
malah terlihat gembira banget saat membaca pesan singkat itu, dan terus saja
mengabaikan Neffira yang sekarang ada didepannya.
Tapi Ferdinand sudah terlanjur
asyik sms-an sama Jo.
“Kasihan kasihan kasihan
*versiupinipin”, ledek Ferdinan melalui sms.
“Ah nyebelin. Sudahlah gue mau
tidur aja”, ucap Jo sebel karena dari tadi Ferdinand terus meledeknya.
Ferdinand tertawa renyah, makin
membuat Neffira geram.
“Loe itu kenapa sih? Dari tadi
senyam-senyum, ketawa-ketiwi sendiri?”, guman Neffira.
“Ini, Jo marah sama gue. Lucu
banget”, jawab Ferdinand sambil menahan tawa.
Mendengar jawaban itu makin
membuat Neffira naik darah. Dia meletakkan sendok yang dipegangnya diatas meja
dengan keras.
Ferdinand terdiam, dia sedikit
terkejut.
“Gue sudah kenyang, ayo pergi”, aja Neffira yang kemudian bangkit dari
tempat duduknya dengan wajah yang begitu merah menyala.
Jo dan Desty keluar dari ruang
theater. Wajah Desty sangat puas, sedangkan Jo terlihat sebel minta ampun. Dia
paling nggak bisa menikmati film-film semacam itu, kalau sudah nggak suka
digimanain aja ya tetep nggak suka.
“Maaf deh, gue yang salah”, ucap
Desty.
Jo malah mempercepat langkahnya
meninggalkan Desty.
---
Jo sudah selesai mandi dan sudah
rapi pula. Di rumahnya sepi, Papah sama Mamah belum pulang, Jovan setelah
selesai kuliah nggak langsung pulang, dia transit dulu ke cafe karena sudah dua
hari ini dia nggak mengontrol cafe akibat tugas kuliah yang menumpuk dan tentu
saja menyita waktunya.
“Bi, pesenin taksi”, perintah Jo
pada pembantunya.
Di rumah lagi nggak ada supir. Nggak
mungkin juga Jo menyetir mobil sendiri, pasti akan membuat dunia gempar, karena
dia paling dilirang buat mengendarai mobil sendiri. Kalau dia mau kemana-mana
selalu dianterin, kalau Jovan nggak sibuk ya tentu saja Jovan yang akan
mengantar Jo kemanapun dia ingin pergi.
“Gue mau keluar buat makan”,
jawab Ferdinand.
“Gue ikut ya”, ucap Neffira manja
melalui telefon.
“Boleh aja. Tapi gue nggak jemput
loe ya, kita langsung ketemuan aja di tempat itu”, lanjut Ferdinand sambil keluar
dari rumahnya.
“Ok. Loe smsin aja lokasinya
dimana”, ucap Neffira yang kemudian menutup telfon itu.
Sebelum berengkat Ferdinand
mengirimkan sms pada Neffira, dia menjelaskan dimana lokasi yang akan mereka
tuju malam ini.
“Jo Jo cafe. Ok deh”, ucap Neffira
sambil menstarter mobilnya.
Neffira nggak tahu kalau cafe ini
milik Jo Jo bersaudara alias Jovan dan Jovita.
Jovita sudah sampai di cafe yang
malam ini benar-benar ramai, ini gara-gara banyaknya gosip yang beredar, kalau
Ferdinand sering datang kesini. Jadi banyak diantara tamu yang hadir adalah
fans berat dari Ferdinand. Saat Jo masuk, hampir semua pandangan para tamu
tertuju padanya. Ada yang memandang secara simpatik, ada pula yang memandang
sinis Jo.
“Ngapain loe kesini?”, ucap
Jovan.
Itu membuat Jo terkejut, “Oh loe
bang. Ngagetin gue aja. Rame banget bang”.
“Iya emang rame. Bantuin
nganterin makanan gih”, perintah Jovan sedikit bercanda.
“Ok!”, jawab Jo menyanggupi.
Jovan nggak percaya kalau
perkataan yang niatnya bercanda itu malah di laksanankan oleh Jovita, “Nggak
usah. Gue cuman bercanda, loe nunggu gue di dalem aja gih”.
Jo menggelengkan kepalanya, “Gue
pengin ngrasain gimana jadi pelayan itu”, ucap Jo yang kemudian berlalu dan
meminta celemek pada seseorang pelayan.
Nggak lama mobil Ferdinand dan
mobilnya Neffira sama-sama sampai di parkiran cafe. Keduanya masuk bersamaan
lalu memilih tempat duduk yang masih kosong. Kembali pandangan mata para tamu
di buat tertuju pada Ferdinand dan Neffira yang duduk bersama. Kemudian ada
beberapa cewek yang datang untuk meminta foto bersama dan juga meminta tanda
tangan dari Ferdinand.
“Kalian pacaran?”, tanya
seseorang diantara mereka.
Dengan cepat Ferdinand menjawab, “Nggak
kok, gue sama Neffira cuman teman”, jawab Ferdinand ramah sambil membubuhkan
tanda tangan diselembar kertas.
“Kalau Jo, itu pacar kakak?”,
tanya seseorang yang lain.
Dengan cepat pula Ferdinand
memberikan senyuman, “Menurut kalian gue cocok nggak sama Jo?”, tanya Ferdinand
disertai senyuman.
Ucapan yang membuat cewek-cewek
itu bersorak untuk menyetujuinya.
Tapi Neffira makin marah
dibuatnya, dia sebel dengan semua yang Ferdinand katakan tadi. Kenapa haru Jo
lagi yang menjadi saingannya, kenapa harus Jo!
“Hey, kalian berdua makan disini
juga?”, sapa Jo saat akan mengantarkan makanan untuk tamu didekat tempat duduk
Ferdinand dan Neffira.
“Loe lagi part time disini?”,
ledek Ferdinand.
Jo tersenyum, “Nyari pengalaman”,
jawabnya singkat, “Bentar ya, gue mau nganterin makanan ini dulu”, pamit Jo.
Baru akan berjalan ada sesuatu
yang menghalangi kaki Jo, ternyata kaki Neffira yang sengaja menghalanginya,
dia ingin membuat Jo terjatuh.
‘BRAAAKK’
Jo tersungkur ke lantai, suasana
ruangan itu langsung hening. Makanan yang Jo bawa berhamburan di lantai dan
yang lebih parahnya tangan kiri Jo tertusuk pecahan piring makanan yang tadi
dibawanya. Dengan cepat Jo mencabut beling itu. Ferdinand yang begitu khawatir
langsung turun melihat keadaan Jo yang sudah berlumuran darah.
“Tangan loe terluka”, ucap
Ferdinand khawatir saat melihat luka yang ada di tangan Jo.
Darah terus mengucur nggak ada
henti-hentinya, para tamu yang ada malah hanya menonton dan mengabadikan moment
itu. Jo mencoba terus menggenggam tangannya yang terluka itu, darah segar terus
mengucur tanpa henti, ini akibat dari obat yang setiap harinya dia konsumsi. Nggak
lama kemudian Jovan dengan cepat datang untuk melihat apa yang terjadi.
Jovan meraih tangan Jo yang
berdarah. “Sudah gue bilang, loe nggak perlu kerja kayak gini. Gini nih jadinya”,
ucap Jovan marah.
Di lepasnya kaos putih yang dia
pakai, hingga terlihat tubuh atletisnya. Jovan merobek kaosnya itu lalu di
balutkan pada luka Jo yang cukup lebar dan terus mengeluarkan darah. Setelah
lukanya terbalut, Jovan langsung menggendong Jo keluar dari kerumunan itu dan
membawa Jo masuk kedalam mobil. Mereka berdua langsung pergi, Jovan dengan
cepat memacu mobilnya ke Rumah sakit karena luka yang Jo alami cukup parah dan
darah yang keluar juga sudah terlalu banyak.
***
to be continued....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar