•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Sabtu, 01 Oktober 2011

Coffee Milk [Part 1]


Vanes sudah siap dengan motor sportnya. Setelah pamit dengan Papahnya, dia langsung berangkat ke kampus untuk menuntut ilmu. Begitu juga dengan Papahnya, dia juga berangkat ke kantornya untuk bekerja demi menghidupi keluarganya dan anak semata wayangnya yang begitu dicintainya itu.
Sebelumnya perkenalkan nama cewek bermotor tadi yaitu Vanesia Angelina Utomo, dia mahasiswa semester 1 di sebuah perguruan tinggi swasta terkemuka di Jakarta. Dia memang penggemar motor terutama motor sport, walaupun cewek dia nggak malu buat menaiki motor kemanapun dia pergi, termasuk kekampus seperti hari ini.
Dia lahir dari keluarga konglomerat, Papahnya merupakan pemegang saham terbesar disebuah perusahaan property. Selain itu Papahnya juga mempunyai bisnis-bisnis lain yang dari hari kehari terus saja mengalami perkembangan. Semuanya Papah lakukan demi untuk membahagiakan anak tunggalnya itu, karena terlalu sayangnya dia pada Vanes.
Setelah memparkirkan motornya Vanes bergegas memasuki kampus dengan berlari. Karena berlari terlalu kencang dia menyenggol dua orang cewek yang sama-sama menggunakan rok mini, “Maaf, maaf”, ucapnya seraya menghadap kedua cewek itu.
“Loe tuh ya, nggak bisa sekali aja nggak nabrak-nabrak orang!”, ucap salah satu cewek itu pada Vanes.
Vanes tersenyum pada keduanya lalu merangkul kedua cewek itu, sepertinya mereka saling mengenal.
Cewek yang satunya juga ikutan bicara, “Harusnya pakai sekalian pakai motor loe itu buat nabrak kita!”, timpal cewek itu dengan tatapan mata tajam.
Yang kena marah malah ketawa, Vanes geli dengan tingkah kedua cewek itu yang sekarang berjalan bersamanya menuju kelas.
Kedua cewek yang mengenakan rok mini itu memang teman akrab Vanes, mereka berteman sejak mereka duduk dibangku SMA. Sekarang mereka berkuliah di kampus yang sama, jurusan yang sama dan kelas yang sama pula. Mereka nggak terpisahkan. Oh ya nama mereka yaitu Putri Natasya Darma biasa dipanggil Tasya dan Anisa April Ghani biasa dipanggil Anis.
Sampai mereka di depan sebuah ruangan yang sudah mulai penuh dengan penghuninya. Setelah berhenti beberapa saat ketiganya masuk dengan penuh percaya diri. Nggak sedikit orang yang memperhatikan mereka. Banyak orang melihat Tasya dan Anis yang cantik dan feminin abis, sedangkan Vanes yang mengenakan jeans biru panjang dan kaos putih serta di balut jaket kulit bener-bener nggak dilirik, dia hanya mendapat cibiran.
Dikelas Vanes dikenal cewek yang kayak cowok alias tomboy, tapi itu semua nggak masalah buat Vanes. Dia juga terkenal galak, suka ngelabrak orang, dan sering main tangan, tapi di balik itu Vanes dikenal juga care sama kedua sahabatnya itu, melindungi keduanya, dan cerdas di kelas walaupun suka dikeluarin dari kelas karena ketiduran. Tapi itu Vanes.
“Awas lho, jangan tidur lagi! Loe sudah pernah dikeluarin dari kelasnya pak Josep, sampai loe tidur lagi loe bakalan dapet E!”, tegur Anis memperingatkan Vanes.
Tadi ketawa, sekarang malah mengacak-acak rambut lurus Anis, “Iya, iya. Gue ngerti!”, jawab Vanes enteng tanpa beban sama sekali.
Dia optimis nggak ngantuk pagi ini karena dia tidur nyenyak semalam.
“Yang mau nambah nilai, silakan kedepan lalu kerjakan soal yang ada di papan”, ucap Pak Josep yang lalu duduk di kursinya.
Karena merasa membuat nilainya turun minggu lalu gara-gara tidur dikelas, Vanes mencoba maju untuk mengerjakan soal itu. Di lain sisi Hana juga beranjak dari kursinya lalu berjalan menuju papan tulis yang ada didepannya. Sekarang keduanya berdiri didepan saling berhadap-hadapan dengan sorot mata yang saling menantang.
“Vanes, kamu ngerjain di papan sebelah kanan soal, dan kamu Hana mengerjakan disebelah kiri soal. Kalau kalian berdua menjawab dengan benar, nilai A akan bapak hadiahkan untuk kalian”, kata pak Josep sambil menyilangkan kakinya.
Setelah mendengar perkataan dari pak Josep, Vanes dan Hana sudah siap diposisi masing-masing. Dan pak Josep memberikan aba-aba untuk mulai mengerjakan, keduanya dengan cepat mencoba menjawab soal hitungan rumit yang ada di papan tulis. Teman-teman yang lain juga mencoba mengerjakan soal yang sama.
“Gue berani taruhan, pasti Vanes yang menang! Loe pegang Hana ya?”, ucap Tasya mengajak taruhan menebak siapa pemenangnya.
Anis malah memukul pundak Tasya, yang membuat Tasya meringis. “Kenapa nggak loe aja yang dukung Hana?”, jawab Anis ringan.
Tasya, Anis, dan Vanes emang nggak penah punya hubungan yang baik dengan Hana. Padahal dulu mereka bersekolah di SMA yang sama, tapi mereka nggak pernah suka dengan Hana yang menurut mereka itu bermuka dua, sok imut, si pencari perhatian, walaupun cerdas tapi sikap dan sifatnya itu menurut mereka nggak ikut-ikutan cerdas.
Hana sudah selesai dengan jawabannya, lalu ditutupnya spidol yang dipegangnya tadi kemudian diletakkan ditempatnya lagi. Beberapa saat kemudian Vanes juga selesai dengan jawabannya lalu melakukan hal yang sama di lakukan Hana. Keduanya berdiri disamping jawaban mereka masing-masing.
“Hasilnya mereka nggak sama. Siapa yang benar ya?”, tanya seorang cewek yang duduk di depan Anis pada teman yang duduk disampingnya.
Anis langsung nyamber buat menjawab, “Tentu saka Vanes!”, jawabnya optimis tanpa rasa ragu sedikitpun.
Pak Josep berjalan menuju papan tulis untuk melihat jawaban keduanya, cukup lama Pak Josep membandingkan kedua jawaban itu. “Hana, lihat jawaban Vanes, menurut kamu dibagian mana kesalahannya. Dan kamu Vanes lihat jawaban Hana, menurut kamu adakah bagian yang salah?”, tanya Pak Josep kritis.
Hana langsung melihat dengan seksama kearah kanan papan tulis, Vanes juga melihat kearah kiri papan tulis.
Beberapa saat kemudian Vanes bersuara, “Rumus kedua baris pertama, seharusnya menggunakan bagi (÷) bukan pengurangan (-). Itu yang membuat salah dan kebawahnya juga ikut salah”, benar-benar optimis perkataan Vanes ini. Membuat Hana sedikit terperanjat dan ikut-ikutan melihat jawabannya kembali, “Lalu di soal jenis ini, setelah menggunakan rumus kedua tadi harusnya ada pengerjaan akar kuadrat bukannya pemangkatan kuadrat. Menurut saya, itu kesalahan dari jawaban ini”, ucap Vanes menutup.
Terdengar suara tepuk tangan yang asalnya dari pak Josep, “Hana, kamu masih perlu belajar lagi, dan dalam mengerjakan soal seperti ini hendaknya cermat dan teliti. Vanes, saya hadiahkan kamu nilai A, asal nilai UAS kamu nanti diatas 90”, ucap pak Josep.
Suasana kelas riuh, mereka menemukan pemenangnya yaitu Vanes.
“Pak Josep nggak niat ngasih tambahan nilai tuh. Harusnya berapapun nilai UAS nya tetap dapet nilai A seperti yang tadi sudah dijanjikan!”, ucap Tasya ketus nggk suka dengan apa yang pak Josep katakan.
Hana sudah kembali ke tempat duduknya.
“Itu mah sama saja bohong pak. Kalau UAS 90 pasti dapet A pak!”, keluh Vanes sambil berjalan kembali ke kursinya.
_+++_
Dikantin Hana lagi makan siang bersama senior-senior yang memang sudah akrab dengannya. Dari salah satu cowok yang duduk dengannya, dia menaruh hati pada Evan yang merupakan teman dari kakaknya itu.
“Mau makan apa?”, tanya Anis pada kedua sahabatnya itu.
“Gue nggak makan, gue mau gabung sama itu tuh”, Tasya menunjuk kearah Hana dan gerombolan senior cowoknya.
Diantara cowok-cowok senior yang ada didekat Hana itu ada pacarnya Tasya. Bimo, dia seniornya dulu waktu di SMA. Tasya duduk disamping Bimo dan keduanya langsung membuat iri pada orang-orang yang melihat mereka berdua.
“Kayak biasanya aja lah Nis”, jawab Vanes sambil mengeluarkan hp dari kantong tas yang dibawanya.
Setelah itu Anis langsung pergi untuk memesan makan siang mereka. Sementara itu Anis sibuk dengan hp nya, bukan untuk hal yang penting tapi malah untuk bermain game. Emang cewek itu beda dari yang lain, unik! Hahaha.
“Tasya, itu temen loe?”, tanya Evan pada Tasya.
Bukan Tasya yang menjawab tapi Bimo, “Bukan teman, tapi sahabat karibnya cewek gue ini”.
“Cewek yang urakan, nggak tahu sopan santun, kasar dan sok pintar!”, ucap Hana ketus membuat orang-orang disekitarnya memandang kearahnya.
Tasya yang nggak terima dengan perkataan Hana langsung mengomentari, “Loe nggak rela tadi dikalahin sama Vanes? Iya mungkin bener apa yang tadi loe omongin itu, tapi inget dia itu lebih punya otak daripada loe!”, ucap Tasya lebih ketus karena nggak terima sahabatnya dihina oleh Hana.
Setelah mengatakan itu Tasya pergi dari situ dan duduk bersama Vanes serta Anis. Bimo nggak membiarkan begitu saja, dia mengikuti ceweknya itu dan duduk bersama Vanes serta Anis juga.
“Nggak betah loe disana?”, ledek Vanes sambil menikmati ultra milk putih kemasan kotak yang  merupakan minuman faforitnya.
Melihat ada jus alpukat milik Anis disebelahnya, Tasya langsung meraihnya lalu meminumnya, “Aah”, Tasya menghapus sisa jus yang ada di bibirnya, “Gue nggak suka deket nenek lampir itu!”, ucap Tasya ketus.
“Sabar. Sabar dong beb”, kata Bimo mencoba menenangkan tapi nggak mempan.
Dari dulu sampai sekarang sifat Hana nggak berubah sama sekali, masih sama aja kayak dulu nyebelinnya.
“Dia teman sekelas loe Han?”, tanya Evan pada Hana yang sedari tadi duduk manja disampingnya.
Hana hanya mengangguk dengan wajah cemberut karena nggak suka Evan tanya-tanya soal Vanes.
“Motor sport yang keren banget di parkiran itu punya Vanes. Walau tubuhnya langsing gitu, dia anak motor!”, kata seorang teman Evan menjelaskan.
Vanes berdiri dari tempat duduknya dan nggak sengaja menyenggol orang yang sedang berjalan dibelakangnya, minuman yang cewek itu bawa tumpah semua di baju.
“Maaf, maaf gue nggak sengaja”, ucap Vanes meminta maaf.
Tapi sangat terlihat jelas cewek itu nggak terima dengan perbuatan Vanes tersebut, dia menyiram baju Vanes dengan sisa minuman yang ada digelas, “Ups, maaf”, ucap cewek itu sambil berlalu.
Sekarang giliran Vanes yang nggak terima dengan kesengajaan cewek itu, dia menarik tangn cewek itu dan meminta penjelasan apa maksudnya dari semua itu. Vanes sudah benar untuk meminta maaf tapi malah mendapat balasan seperti itu, “Apa kurang kata maaf gue? Hah! Apa perlu gue ganti baju loe itu?”, ucap keras Vanes membuat seisi kantin mengarahkan pandangan kepadanya.
“Loe marah? Loe mau berantem? Ayo!”, sahut cewek itu setelah meletakkan gelas yang dipegangnya di meja.
Cewek itu mengarahkan tangannya untuk menjambak rambut Vanes.
Vanes meremas kerah baju cewek itu, “Kalau loe bukan cewek pasti sudah gue tonjok!”, ucap ketus Vanes yang lalu melepaskan kerah baju cewek itu dan melangkah pergi.
Dengan tiba-tiba dari belakang ada yang mendorongnya ke tembok hingga kepalanya membentur tembok dengan lumayan keras, ternyata cewek yang tadi. Vanes hanya membalikkan badannya dan memandang tajam cewek itu tanpa melakukan pembalasan, Vanes beranjak pergi dari kantin.
“Rasain loe! Makanya jadi orang nggak usah belagu!”, ucap cewek itu puas.
Hana tersenyum lebar karena merasa puas juga. Evan dan beberapa temannya cukup terkejut tapi raut wajah Evan terlihat lebih terkejut melihat peristiwa itu. Bimo, Anis, dan Tasya hanya diam bingung berbuat apa. Tapi setelah pamit dengan Bimo, Tasya mengajak Anis untuk menyusul Vanes. Mereka membawakan es batu untuk mengompres luka Vanes akibat benturan keras tadi.
Tapi Vanes keburu pergi dengan motornya, dia memilih untuk pulang karena memang nggak ada jadwal lagi dikampus.
“Nggak apa-apa tuh cewek?”, tanya Evan penasaran, lagi-lagi membuat Hana marah lalau pergi dari situ.
Bimo duduk di samping Evan yang masih berdiri karena terkejut melihat kejadian tadi, “Cuman benturan ringan gitu, nggak masalah buat Vanes. Loe belum pernah lihat sih, dulu pelipis mata kirinya sampai berdarah, pipinya biru, sama tangannya retak, itu gara-gara berantem sama cowok-cowok STM”, ucap Bimo ringan.
Lagi-lagi Evan dan teman-temannya lain dibuat tercengang dengan omongan Bimo.
***1***


Bersambung ke Coffee Milk [Part 2]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...