Vanes
sudah siap dengan motor sportnya. Setelah pamit dengan Papahnya, dia langsung
berangkat ke kampus untuk menuntut ilmu. Begitu juga dengan Papahnya, dia juga
berangkat ke kantornya untuk bekerja demi menghidupi keluarganya dan anak
semata wayangnya yang begitu dicintainya itu.
Sebelumnya
perkenalkan nama cewek bermotor tadi yaitu Vanesia Angelina Utomo, dia
mahasiswa semester 1 di sebuah perguruan tinggi swasta terkemuka di Jakarta.
Dia memang penggemar motor terutama motor sport, walaupun cewek dia nggak malu
buat menaiki motor kemanapun dia pergi, termasuk kekampus seperti hari ini.
Dia
lahir dari keluarga konglomerat, Papahnya merupakan pemegang saham terbesar
disebuah perusahaan property. Selain itu Papahnya juga mempunyai bisnis-bisnis
lain yang dari hari kehari terus saja mengalami perkembangan. Semuanya Papah
lakukan demi untuk membahagiakan anak tunggalnya itu, karena terlalu sayangnya
dia pada Vanes.
Setelah
memparkirkan motornya Vanes bergegas memasuki kampus dengan berlari. Karena
berlari terlalu kencang dia menyenggol dua orang cewek yang sama-sama
menggunakan rok mini, “Maaf, maaf”, ucapnya seraya menghadap kedua cewek itu.
“Loe
tuh ya, nggak bisa sekali aja nggak nabrak-nabrak orang!”, ucap salah satu
cewek itu pada Vanes.
Vanes
tersenyum pada keduanya lalu merangkul kedua cewek itu, sepertinya mereka
saling mengenal.
Cewek
yang satunya juga ikutan bicara, “Harusnya pakai sekalian pakai motor loe itu
buat nabrak kita!”, timpal cewek itu dengan tatapan mata tajam.
Yang
kena marah malah ketawa, Vanes geli dengan tingkah kedua cewek itu yang
sekarang berjalan bersamanya menuju kelas.
Kedua
cewek yang mengenakan rok mini itu memang teman akrab Vanes, mereka berteman
sejak mereka duduk dibangku SMA. Sekarang mereka berkuliah di kampus yang sama,
jurusan yang sama dan kelas yang sama pula. Mereka nggak terpisahkan. Oh ya
nama mereka yaitu Putri Natasya Darma biasa dipanggil Tasya dan Anisa April Ghani
biasa dipanggil Anis.
Sampai
mereka di depan sebuah ruangan yang sudah mulai penuh dengan penghuninya.
Setelah berhenti beberapa saat ketiganya masuk dengan penuh percaya diri. Nggak
sedikit orang yang memperhatikan mereka. Banyak orang melihat Tasya dan Anis
yang cantik dan feminin abis, sedangkan Vanes yang mengenakan jeans biru
panjang dan kaos putih serta di balut jaket kulit bener-bener nggak dilirik,
dia hanya mendapat cibiran.
Dikelas
Vanes dikenal cewek yang kayak cowok alias tomboy, tapi itu semua nggak masalah
buat Vanes. Dia juga terkenal galak, suka ngelabrak orang, dan sering main
tangan, tapi di balik itu Vanes dikenal juga care sama kedua sahabatnya itu,
melindungi keduanya, dan cerdas di kelas walaupun suka dikeluarin dari kelas
karena ketiduran. Tapi itu Vanes.
“Awas
lho, jangan tidur lagi! Loe sudah pernah dikeluarin dari kelasnya pak Josep,
sampai loe tidur lagi loe bakalan dapet E!”, tegur Anis memperingatkan Vanes.
Tadi
ketawa, sekarang malah mengacak-acak rambut lurus Anis, “Iya, iya. Gue
ngerti!”, jawab Vanes enteng tanpa beban sama sekali.
Dia
optimis nggak ngantuk pagi ini karena dia tidur nyenyak semalam.
“Yang
mau nambah nilai, silakan kedepan lalu kerjakan soal yang ada di papan”, ucap
Pak Josep yang lalu duduk di kursinya.
Karena
merasa membuat nilainya turun minggu lalu gara-gara tidur dikelas, Vanes
mencoba maju untuk mengerjakan soal itu. Di lain sisi Hana juga beranjak dari
kursinya lalu berjalan menuju papan tulis yang ada didepannya. Sekarang
keduanya berdiri didepan saling berhadap-hadapan dengan sorot mata yang saling
menantang.
“Vanes,
kamu ngerjain di papan sebelah kanan soal, dan kamu Hana mengerjakan disebelah
kiri soal. Kalau kalian berdua menjawab dengan benar, nilai A akan bapak
hadiahkan untuk kalian”, kata pak Josep sambil menyilangkan kakinya.
Setelah
mendengar perkataan dari pak Josep, Vanes dan Hana sudah siap diposisi
masing-masing. Dan pak Josep memberikan aba-aba untuk mulai mengerjakan,
keduanya dengan cepat mencoba menjawab soal hitungan rumit yang ada di papan
tulis. Teman-teman yang lain juga mencoba mengerjakan soal yang sama.
“Gue
berani taruhan, pasti Vanes yang menang! Loe pegang Hana ya?”, ucap Tasya
mengajak taruhan menebak siapa pemenangnya.
Anis
malah memukul pundak Tasya, yang membuat Tasya meringis. “Kenapa nggak loe aja
yang dukung Hana?”, jawab Anis ringan.
Tasya,
Anis, dan Vanes emang nggak penah punya hubungan yang baik dengan Hana. Padahal
dulu mereka bersekolah di SMA yang sama, tapi mereka nggak pernah suka dengan
Hana yang menurut mereka itu bermuka dua, sok imut, si pencari perhatian,
walaupun cerdas tapi sikap dan sifatnya itu menurut mereka nggak ikut-ikutan
cerdas.
Hana
sudah selesai dengan jawabannya, lalu ditutupnya spidol yang dipegangnya tadi
kemudian diletakkan ditempatnya lagi. Beberapa saat kemudian Vanes juga selesai
dengan jawabannya lalu melakukan hal yang sama di lakukan Hana. Keduanya
berdiri disamping jawaban mereka masing-masing.
“Hasilnya
mereka nggak sama. Siapa yang benar ya?”, tanya seorang cewek yang duduk di
depan Anis pada teman yang duduk disampingnya.
Anis
langsung nyamber buat menjawab, “Tentu saka Vanes!”, jawabnya optimis tanpa
rasa ragu sedikitpun.
Pak
Josep berjalan menuju papan tulis untuk melihat jawaban keduanya, cukup lama
Pak Josep membandingkan kedua jawaban itu. “Hana, lihat jawaban Vanes, menurut
kamu dibagian mana kesalahannya. Dan kamu Vanes lihat jawaban Hana, menurut
kamu adakah bagian yang salah?”, tanya Pak Josep kritis.
Hana
langsung melihat dengan seksama kearah kanan papan tulis, Vanes juga melihat
kearah kiri papan tulis.
Beberapa
saat kemudian Vanes bersuara, “Rumus kedua baris pertama, seharusnya
menggunakan bagi (÷) bukan pengurangan (-). Itu yang membuat salah dan
kebawahnya juga ikut salah”, benar-benar optimis perkataan Vanes ini. Membuat
Hana sedikit terperanjat dan ikut-ikutan melihat jawabannya kembali, “Lalu di
soal jenis ini, setelah menggunakan rumus kedua tadi harusnya ada pengerjaan
akar kuadrat bukannya pemangkatan kuadrat. Menurut saya, itu kesalahan dari
jawaban ini”, ucap Vanes menutup.
Terdengar
suara tepuk tangan yang asalnya dari pak Josep, “Hana, kamu masih perlu belajar
lagi, dan dalam mengerjakan soal seperti ini hendaknya cermat dan teliti. Vanes,
saya hadiahkan kamu nilai A, asal nilai UAS kamu nanti diatas 90”, ucap pak
Josep.
Suasana
kelas riuh, mereka menemukan pemenangnya yaitu Vanes.
“Pak
Josep nggak niat ngasih tambahan nilai tuh. Harusnya berapapun nilai UAS nya
tetap dapet nilai A seperti yang tadi sudah dijanjikan!”, ucap Tasya ketus nggk
suka dengan apa yang pak Josep katakan.
Hana
sudah kembali ke tempat duduknya.
“Itu
mah sama saja bohong pak. Kalau UAS 90 pasti dapet A pak!”, keluh Vanes sambil
berjalan kembali ke kursinya.
_+++_
Dikantin
Hana lagi makan siang bersama senior-senior yang memang sudah akrab dengannya.
Dari salah satu cowok yang duduk dengannya, dia menaruh hati pada Evan yang
merupakan teman dari kakaknya itu.
“Mau
makan apa?”, tanya Anis pada kedua sahabatnya itu.
“Gue
nggak makan, gue mau gabung sama itu tuh”, Tasya menunjuk kearah Hana dan
gerombolan senior cowoknya.
Diantara
cowok-cowok senior yang ada didekat Hana itu ada pacarnya Tasya. Bimo, dia
seniornya dulu waktu di SMA. Tasya duduk disamping Bimo dan keduanya langsung
membuat iri pada orang-orang yang melihat mereka berdua.
“Kayak
biasanya aja lah Nis”, jawab Vanes sambil mengeluarkan hp dari kantong tas yang
dibawanya.
Setelah
itu Anis langsung pergi untuk memesan makan siang mereka. Sementara itu Anis
sibuk dengan hp nya, bukan untuk hal yang penting tapi malah untuk bermain
game. Emang cewek itu beda dari yang lain, unik! Hahaha.
“Tasya,
itu temen loe?”, tanya Evan pada Tasya.
Bukan
Tasya yang menjawab tapi Bimo, “Bukan teman, tapi sahabat karibnya cewek gue
ini”.
“Cewek
yang urakan, nggak tahu sopan santun, kasar dan sok pintar!”, ucap Hana ketus
membuat orang-orang disekitarnya memandang kearahnya.
Tasya
yang nggak terima dengan perkataan Hana langsung mengomentari, “Loe nggak rela
tadi dikalahin sama Vanes? Iya mungkin bener apa yang tadi loe omongin itu,
tapi inget dia itu lebih punya otak daripada loe!”, ucap Tasya lebih ketus
karena nggak terima sahabatnya dihina oleh Hana.
Setelah
mengatakan itu Tasya pergi dari situ dan duduk bersama Vanes serta Anis. Bimo
nggak membiarkan begitu saja, dia mengikuti ceweknya itu dan duduk bersama
Vanes serta Anis juga.
“Nggak
betah loe disana?”, ledek Vanes sambil menikmati ultra milk putih kemasan kotak
yang merupakan minuman faforitnya.
Melihat
ada jus alpukat milik Anis disebelahnya, Tasya langsung meraihnya lalu
meminumnya, “Aah”, Tasya menghapus sisa jus yang ada di bibirnya, “Gue nggak
suka deket nenek lampir itu!”, ucap Tasya ketus.
“Sabar.
Sabar dong beb”, kata Bimo mencoba menenangkan tapi nggak mempan.
Dari
dulu sampai sekarang sifat Hana nggak berubah sama sekali, masih sama aja kayak
dulu nyebelinnya.
“Dia
teman sekelas loe Han?”, tanya Evan pada Hana yang sedari tadi duduk manja disampingnya.
Hana
hanya mengangguk dengan wajah cemberut karena nggak suka Evan tanya-tanya soal
Vanes.
“Motor
sport yang keren banget di parkiran itu punya Vanes. Walau tubuhnya langsing
gitu, dia anak motor!”, kata seorang teman Evan menjelaskan.
Vanes
berdiri dari tempat duduknya dan nggak sengaja menyenggol orang yang sedang
berjalan dibelakangnya, minuman yang cewek itu bawa tumpah semua di baju.
“Maaf,
maaf gue nggak sengaja”, ucap Vanes meminta maaf.
Tapi
sangat terlihat jelas cewek itu nggak terima dengan perbuatan Vanes tersebut,
dia menyiram baju Vanes dengan sisa minuman yang ada digelas, “Ups, maaf”, ucap
cewek itu sambil berlalu.
Sekarang
giliran Vanes yang nggak terima dengan kesengajaan cewek itu, dia menarik tangn
cewek itu dan meminta penjelasan apa maksudnya dari semua itu. Vanes sudah
benar untuk meminta maaf tapi malah mendapat balasan seperti itu, “Apa kurang
kata maaf gue? Hah! Apa perlu gue ganti baju loe itu?”, ucap keras Vanes
membuat seisi kantin mengarahkan pandangan kepadanya.
“Loe
marah? Loe mau berantem? Ayo!”, sahut cewek itu setelah meletakkan gelas yang
dipegangnya di meja.
Cewek
itu mengarahkan tangannya untuk menjambak rambut Vanes.
Vanes
meremas kerah baju cewek itu, “Kalau loe bukan cewek pasti sudah gue tonjok!”,
ucap ketus Vanes yang lalu melepaskan kerah baju cewek itu dan melangkah pergi.
Dengan
tiba-tiba dari belakang ada yang mendorongnya ke tembok hingga kepalanya
membentur tembok dengan lumayan keras, ternyata cewek yang tadi. Vanes hanya
membalikkan badannya dan memandang tajam cewek itu tanpa melakukan pembalasan,
Vanes beranjak pergi dari kantin.
“Rasain
loe! Makanya jadi orang nggak usah belagu!”, ucap cewek itu puas.
Hana
tersenyum lebar karena merasa puas juga. Evan dan beberapa temannya cukup
terkejut tapi raut wajah Evan terlihat lebih terkejut melihat peristiwa itu.
Bimo, Anis, dan Tasya hanya diam bingung berbuat apa. Tapi setelah pamit dengan
Bimo, Tasya mengajak Anis untuk menyusul Vanes. Mereka membawakan es batu untuk
mengompres luka Vanes akibat benturan keras tadi.
Tapi
Vanes keburu pergi dengan motornya, dia memilih untuk pulang karena memang
nggak ada jadwal lagi dikampus.
“Nggak
apa-apa tuh cewek?”, tanya Evan penasaran, lagi-lagi membuat Hana marah lalau
pergi dari situ.
Bimo
duduk di samping Evan yang masih berdiri karena terkejut melihat kejadian tadi,
“Cuman benturan ringan gitu, nggak masalah buat Vanes. Loe belum pernah lihat
sih, dulu pelipis mata kirinya sampai berdarah, pipinya biru, sama tangannya
retak, itu gara-gara berantem sama cowok-cowok STM”, ucap Bimo ringan.
Lagi-lagi
Evan dan teman-temannya lain dibuat tercengang dengan omongan Bimo.
***1***
Bersambung ke Coffee Milk [Part 2]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar