Part9#Blak-blakan#
Malem ini Desty tidur di rumahnya
Jo. Papah sama Mamah Jo kebagian jadwal malem lagi, jadi daripada cuman sama
Jovan dirumah, jadi Jo ngajak Desty kerumahnya. Sekalian besok mereka jadi bisa
berangkat bareng ke kampus.
Jovan lagi main PS sendirian di
kamar, Jo dan Desty lagi asyik nge-teh di pinggir kolam renang sambil menikmati
bintangan yang banyak bertebaran di langit malam itu. Bintang dan bulan
benderang tanpa ada awan yang menghalangi pesonanya.
“Loe pasti nyesel sudah nolak si
Ferdi”, tukas Desty.
Jo tersenyum ringan, dia teringat
saat kemarin Ferdinand menyatakan cinta padanya. Cara Ferdinand persis dengan
apa yang Jo impi-impikan kalau ditembak cowok. Tapi Jo kembali teringat dengan
kondisi tubuhnya, dia nggak mau memikirkan tentang cowok apalagi mikir buat
pacaran. Dia mencoba menjalani hidupnya lurus-lurus aja.
“Gue nggak nyesel, gue malah
ngrasa keputusan yang gue ambil itu keputusan yang terbaik”, ucap Jo percaya
diri.
Desty menyeruput teh hangatnya, “Loe
sudah buat dia sakit hati”, ucap Desty, “Dia bener-bener sayang sama loe”,
lanjut Desty.
“Nyesek banget dihati kalau
denger loe ngomong gitu. Gue nggak ada niat buat nyakitin dia, tapi gue emang
nggak bisa terima dia. Gue nggak mau dia tahu tentang kondisi gue, gue nggak
mau dia kasihan sama gue”, keluh Jo.
“Jo, loe lupa ya? Setelah operasi
loe yang terakhir itu loe akan baik-baik, loe akan panjang umur, loe nggak akan
berurusan lagi sama meja operasi”, lanjut Desty menyemangati.
Jo tersenyum, “Gue tahu itu. Tapi
gue nggak bisa punya anak Des, kalau gue nikah gue nggak bisa punya keturunan”,
keluh Jo lagi.
Warfarin. Obat pengencer darah,
setiap harinya dikonsumsi Jovita agar katup jantung mekaniknya tetap bekerja,
agar darah disekitar katup nggak menggumpal. Karena obat ini juga luka Jo waktu
itu sulit kering karena darahnya terus keluar dan susah untuk berhenti.
Dari dalam rumah ternyata dari
tadi Jovan mendengarkan percakapan antara Jo dan Desty. Miris rasanya, Jo yang
diluarnya bersemangat dan selalu ceria, memiliki sisi yang lemah, rapuh, dan
nggak berdaya. Setelah operasi itu Jo sudah baik-baik saja, katup jantungnya
itu bisa bertahan lebih lama dari yang sebelumnya, tapi efek dari obat yang
dikonsumsinya membuat masalah baru dihidupnya.
“Loe kuat Jo. Please, jangan
nyerah!”, batin Jovan.
Lalu Jovan kembali lagi kedalam rumah,
saat dia berbalik badan Desty melihatnya. Desty memberikan senyum pada Jovan
yang sudah jauh masuk kedalam rumah.
Desty bangkit dari duduknya
sambil membawa cangkir tehnya, “Sudah malem Jo, tidur yuk”, ajak Desty yang
langsung masuk kerumah.
Jo mengikuti langkah Desty yang
masuk kedalam rumah.
---
Didepan kelas sudah banyak
mahasiswa yang berdatangan termasuk Jo dan Desty yang memilih duduk berduaan
ditangga. Mereka menunggu dosen yang lama nggak datang ke kelas itu. Nggak lama
kemudian Neffira sampai ditempat itu. Begitu juga dengan Ferdinand yang lebih
diam dari biasanya.
Tapi Ferdinand tetap bersikap
sewajarnya, dia ingin tetap menjalin hubungan yang baik dengan Jovita, dia
berusaha tetap menjadi sahabat Jo. Dia mencoba melupakan kejadian kemarin, saat
dirinya menyatakan cinta pada Jo.
Ferdinand ngusel diantara Jo dan
Desty yang sudah duduk manis di tangga.
“Geser-geser”, ucap Ferdinand.
Jo terlihat biasa aja, tapi Desty
malah cemberut.
Lalu Ferdinand merogoh saku
kemejanya, dia mengeluarkan dua buah lollipop, “Satu buat Jo, satu lagi buat
gue”, Ferdinand memberikan lollipop itu pada Jo.
“Gue nggak?”, keluh Desty.
Ferdinand menggelengkan
kepalanya, “Ini layanan khusus buat...”.
Desty langsung meneruskan
kalimatnya Ferdinand, “Khusus buat fans loe, secara gue AFC jadi gue nggak
kebagian! Gue sudah tahu itu”, tukas Desty sebel.
Tapi kemudian Ferdinand
mengeluarkan satu lollipop lagi dan memberikannya untuk Desty yang terlihat
menyedihkan.
“Oh ya, ntar malem dateng ke cafe
ya”, ajak Ferdinand entah pada siapa.
“Loe ngajak siapa?”, tanya Jo dan
Desty bersamaan.
“Kalian berdua!”, jawab Ferdinand
sambil ngemut lollipopnya, “Gue ngadain conferensi pers ntar malem di cafe, gue
harap kalian bisa dateng supaya semuanya clear”, lanjut Ferdinand menjelaskan.
Jo dan Desty bengong, berarti
nanti malam ada banyak kamera dong, mereka masuk tivi dong, mereka ngetop dong
[kalau yang ini terlalu berlebihan-red]. Tapi dengan itu semua bisa memperjelas
keadaan sebenarnya dan menghapus semua gossip-gossip yang ada.
Akhirnya dosen yang
ditunggu-tunggu datang juga. Ferdinand langsung bangkit dan menggandeng tangan
Jo agar bangkit juga, mereka bergandengan masuk ke ruang kelas. Dan lagi-lagi
membuat Neffira cemburu.
Desty juga cepat-cepat menyusul
Jo dan Ferdinand yang meninggalkannya sendirian tadi.
“Tungguin!”, ucap Desty keras.
---
Khusus untuk malam ini Jo Jo Cafe
di tutup untuk umum, karena akan ada conferensi pers. Jadi untuk kenyamanan
semuanya, Jovan memilih untuk menutup sementara cafenya.
Beberapa wartawan sudah siap dengan
semua peralatannya, Ferdinand juga sudah siap didepan kamera, Desty dan Jo
masih diperjalanan menuju cafe. Malam ini Neffira juga datang, Ferdinand juga
akan mengklarifikasi tentang gosip yang pernah beredar antara dirinya dengan
Neffira.
Jo dan Desty sampai juga. Ferdinand
menyuruhnya untuk segera duduk bersamanya. Neffira, Ferdinand, Jo, dan Desty
duduk bersejajar di satu sofa. Dan disisi lain mereka ada om Frans.
Para wartawan langsung berebut
mengajukan pertanyaan, sangat riuh. Suasana malam itu rius dengan suara-suara
wartawa yang nggak terkontrol.
Setelah memperkenalkan
orang-orang yang duduk bersamanya, Ferdinand mulai mengklarifikasi tentang
desas-desus yang beredar selama ini. Dan kenapa dia acuh tentang itu semua pun
mulai dijelaskan.
“Gue sama Jovita ini cuma sekedar
sahabat, nggak lebih. Begitu juga dengan Neffira dan Desty, kita berempat
sahabatan karena kita ada dikelas yang sama di kampus”, Ferdinand mencoba
mengklarifikasi. “Tentang foto-foto yang beredar selain yang ada di akun
twitter gue itu diambil tanpa sepengetahuan gue. Tapi foto-foto itu wajarkan? Wajar
gue lakuin sama sahabat-sahabat gue”, lanjut Ferdinand menjelaskan.
“Ya, kita berempat berteman. Jadi
nggak ada rasa yang lebih dari teman diantara kita”, Neffira mencoba membantu
menjelaskan.
“Ferdi, teman yang menyenangkan. Dia
mudah bergaul dengan siapa saja, dia baik, dia juga nggak sombong”, lanjut Jo
angkat bicara, “Dia sahabat yang baik buat gue”, lanjutnya.
“Jujur, awalnya gue nggak terlalu
suka sama dia maklum aja gue AFC. Tapi setelah makin kenal sama dia, gue ngerti
baiknya dia dan gue pikir buat apa gue jadi AFC terus”, ucap Desty tulus.
Ferdinand mengalihkan wajahnya
kearah Desty, “Jadi loe bukan AFC lagi?”, tanya Ferdinand memastikan.
Desty tersenyum lalu mengangguk
pasti. Kemudian keduanya saling tos.
“Tapi denger-denger loe pernah
ngungkapin perasaan loe sama Jo, apa itu bener Fer?”, tanya seorang wartawan.
Jo dan Ferdinand saling bertukar
pandang dan mengembangkan senyuman.
“Siapa coba yang nggak suka sama
cewek secantik, sebaik, seramah, dan seceria Jo ini? Jujur gue suka sama dia,
tapi sayangnya dia nggak suka sama gue. Dilema judulnya”, lanjut Ferdinand
jujur.
Semua yang ada disitu dibuat
tertawa dengan penjelasan Ferdinand tersebut, seorang artis di tolak. Tapi inti
wawancara malam ini bukan itu, intinya mereka semua bersahabat, dan yang akan
muncul di koran besok pagi ya tentang persahabatan mereka berempat juga.
Setelah malam ini semuanya akan
baik-baik saja, gosip-gosip yang nggak penting akan lenyap. Hidup mereka juga
nggak terbebani lagi. Sebagai hadiah Jovan mentraktir mereka berempat makan
gratis di cafe malam ini.
Cuma berempat aja, kalau sampai
semua orang bisa ludes isi brangkas makanan Jovan. Tekor deh. Hehehe.
Wartawan sudah mulai pulang.
Keadaan mereka membaik, nggak ada
kecanggungan lagi. Tapi hubungan Jo, Desty, dan Neffira masih sama seperti
dulu. Mereka bertiga belum bisa baikan. Neffira terlalu sulit untuk luluh
hatinya, begitu juga dengan Desty. Kalau Jo malah ingin sekali bisa menjadi
sahabat Neffira lagi.
---
“Jo, gue ikut kelompok loe”, ucap
Ferdinand keras karena dia duduk didepan akibat dia terlambat tadi.
Jo mengkodekan ok dengan
menunjukkan jempolnya.
Ferdinand tersenyum senang.
“Neff, loe ikut kelompok gue ya?”,
ajak Jo baik-baik.
“Ogah!”, jawab Neffira ketus.
Tiba-tiba ada yang memukul kepala
Jo, “Bodoh loe. Ngapain ngajak-ngajak dia”, timpal Desty geram dengan ulah Jo.
“Aduh. Sakit tahu”, rintih Jo. “Gue
kan cuman ngajak dia”, lanjut Jo membela diri.
Acara perkuliahan selesai. Mereka
istirahat makan siang dulu dikantin.
Kali ini Neffira ijin lagi karena
ada pemotretan untuk majalah fashion.
“Bakso sama es teh tawar? Mie
ayam sama es teh manis?”, Ferdinand menawarkan menu makanan pada Jo dan Desty.
Kedua sahabatnya itu mengangguk
pasti, kemudian Ferdinand pergi untuk memesan.
Orang-orang disekitar mereka
sudah nggak memandang aneh mereka jika sedang bersama-sama, semuanya sudah
kembali biasa. Nggak ada yang spesial antara Ferdinand, Jo, dan Desty. Mereka
bertiga bersahabat. Berita yang keluar hari ini memang benar-benar memberikan
efek.
“Oh ya, minggu depan ke puncak
yuk?”, ajak Ferdinand pada kedua sahabatnya itu.
***
to be continued....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar