•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Senin, 17 Oktober 2011

Jo#9 - Blak-Blakan


Part9#Blak-blakan#

Malem ini Desty tidur di rumahnya Jo. Papah sama Mamah Jo kebagian jadwal malem lagi, jadi daripada cuman sama Jovan dirumah, jadi Jo ngajak Desty kerumahnya. Sekalian besok mereka jadi bisa berangkat bareng ke kampus.
Jovan lagi main PS sendirian di kamar, Jo dan Desty lagi asyik nge-teh di pinggir kolam renang sambil menikmati bintangan yang banyak bertebaran di langit malam itu. Bintang dan bulan benderang tanpa ada awan yang menghalangi pesonanya.
“Loe pasti nyesel sudah nolak si Ferdi”, tukas Desty.
Jo tersenyum ringan, dia teringat saat kemarin Ferdinand menyatakan cinta padanya. Cara Ferdinand persis dengan apa yang Jo impi-impikan kalau ditembak cowok. Tapi Jo kembali teringat dengan kondisi tubuhnya, dia nggak mau memikirkan tentang cowok apalagi mikir buat pacaran. Dia mencoba menjalani hidupnya lurus-lurus aja.

“Gue nggak nyesel, gue malah ngrasa keputusan yang gue ambil itu keputusan yang terbaik”, ucap Jo percaya diri.
Desty menyeruput teh hangatnya, “Loe sudah buat dia sakit hati”, ucap Desty, “Dia bener-bener sayang sama loe”, lanjut Desty.
“Nyesek banget dihati kalau denger loe ngomong gitu. Gue nggak ada niat buat nyakitin dia, tapi gue emang nggak bisa terima dia. Gue nggak mau dia tahu tentang kondisi gue, gue nggak mau dia kasihan sama gue”, keluh Jo.
“Jo, loe lupa ya? Setelah operasi loe yang terakhir itu loe akan baik-baik, loe akan panjang umur, loe nggak akan berurusan lagi sama meja operasi”, lanjut Desty menyemangati.
Jo tersenyum, “Gue tahu itu. Tapi gue nggak bisa punya anak Des, kalau gue nikah gue nggak bisa punya keturunan”, keluh Jo lagi.
Warfarin. Obat pengencer darah, setiap harinya dikonsumsi Jovita agar katup jantung mekaniknya tetap bekerja, agar darah disekitar katup nggak menggumpal. Karena obat ini juga luka Jo waktu itu sulit kering karena darahnya terus keluar dan susah untuk berhenti.
Dari dalam rumah ternyata dari tadi Jovan mendengarkan percakapan antara Jo dan Desty. Miris rasanya, Jo yang diluarnya bersemangat dan selalu ceria, memiliki sisi yang lemah, rapuh, dan nggak berdaya. Setelah operasi itu Jo sudah baik-baik saja, katup jantungnya itu bisa bertahan lebih lama dari yang sebelumnya, tapi efek dari obat yang dikonsumsinya membuat masalah baru dihidupnya.
“Loe kuat Jo. Please, jangan nyerah!”, batin Jovan.
Lalu Jovan kembali lagi kedalam rumah, saat dia berbalik badan Desty melihatnya. Desty memberikan senyum pada Jovan yang sudah jauh masuk kedalam rumah.
Desty bangkit dari duduknya sambil membawa cangkir tehnya, “Sudah malem Jo, tidur yuk”, ajak Desty yang langsung masuk kerumah.
Jo mengikuti langkah Desty yang masuk kedalam rumah.
---
Didepan kelas sudah banyak mahasiswa yang berdatangan termasuk Jo dan Desty yang memilih duduk berduaan ditangga. Mereka menunggu dosen yang lama nggak datang ke kelas itu. Nggak lama kemudian Neffira sampai ditempat itu. Begitu juga dengan Ferdinand yang lebih diam dari biasanya.
Tapi Ferdinand tetap bersikap sewajarnya, dia ingin tetap menjalin hubungan yang baik dengan Jovita, dia berusaha tetap menjadi sahabat Jo. Dia mencoba melupakan kejadian kemarin, saat dirinya menyatakan cinta pada Jo.
Ferdinand ngusel diantara Jo dan Desty yang sudah duduk manis di tangga.
“Geser-geser”, ucap Ferdinand.
Jo terlihat biasa aja, tapi Desty malah cemberut.
Lalu Ferdinand merogoh saku kemejanya, dia mengeluarkan dua buah lollipop, “Satu buat Jo, satu lagi buat gue”, Ferdinand memberikan lollipop itu pada Jo.
“Gue nggak?”, keluh Desty.
Ferdinand menggelengkan kepalanya, “Ini layanan khusus buat...”.
Desty langsung meneruskan kalimatnya Ferdinand, “Khusus buat fans loe, secara gue AFC jadi gue nggak kebagian! Gue sudah tahu itu”, tukas Desty sebel.
Tapi kemudian Ferdinand mengeluarkan satu lollipop lagi dan memberikannya untuk Desty yang terlihat menyedihkan.
“Oh ya, ntar malem dateng ke cafe ya”, ajak Ferdinand entah pada siapa.
“Loe ngajak siapa?”, tanya Jo dan Desty bersamaan.
“Kalian berdua!”, jawab Ferdinand sambil ngemut lollipopnya, “Gue ngadain conferensi pers ntar malem di cafe, gue harap kalian bisa dateng supaya semuanya clear”, lanjut Ferdinand menjelaskan.
Jo dan Desty bengong, berarti nanti malam ada banyak kamera dong, mereka masuk tivi dong, mereka ngetop dong [kalau yang ini terlalu berlebihan-red]. Tapi dengan itu semua bisa memperjelas keadaan sebenarnya dan menghapus semua gossip-gossip yang ada.
Akhirnya dosen yang ditunggu-tunggu datang juga. Ferdinand langsung bangkit dan menggandeng tangan Jo agar bangkit juga, mereka bergandengan masuk ke ruang kelas. Dan lagi-lagi membuat Neffira cemburu.
Desty juga cepat-cepat menyusul Jo dan Ferdinand yang meninggalkannya sendirian tadi.
“Tungguin!”, ucap Desty keras.
---
Khusus untuk malam ini Jo Jo Cafe di tutup untuk umum, karena akan ada conferensi pers. Jadi untuk kenyamanan semuanya, Jovan memilih untuk menutup sementara cafenya.
Beberapa wartawan sudah siap dengan semua peralatannya, Ferdinand juga sudah siap didepan kamera, Desty dan Jo masih diperjalanan menuju cafe. Malam ini Neffira juga datang, Ferdinand juga akan mengklarifikasi tentang gosip yang pernah beredar antara dirinya dengan Neffira.
Jo dan Desty sampai juga. Ferdinand menyuruhnya untuk segera duduk bersamanya. Neffira, Ferdinand, Jo, dan Desty duduk bersejajar di satu sofa. Dan disisi lain mereka ada om Frans.
Para wartawan langsung berebut mengajukan pertanyaan, sangat riuh. Suasana malam itu rius dengan suara-suara wartawa yang nggak terkontrol.
Setelah memperkenalkan orang-orang yang duduk bersamanya, Ferdinand mulai mengklarifikasi tentang desas-desus yang beredar selama ini. Dan kenapa dia acuh tentang itu semua pun mulai dijelaskan.
“Gue sama Jovita ini cuma sekedar sahabat, nggak lebih. Begitu juga dengan Neffira dan Desty, kita berempat sahabatan karena kita ada dikelas yang sama di kampus”, Ferdinand mencoba mengklarifikasi. “Tentang foto-foto yang beredar selain yang ada di akun twitter gue itu diambil tanpa sepengetahuan gue. Tapi foto-foto itu wajarkan? Wajar gue lakuin sama sahabat-sahabat gue”, lanjut Ferdinand menjelaskan.
“Ya, kita berempat berteman. Jadi nggak ada rasa yang lebih dari teman diantara kita”, Neffira mencoba membantu menjelaskan.
“Ferdi, teman yang menyenangkan. Dia mudah bergaul dengan siapa saja, dia baik, dia juga nggak sombong”, lanjut Jo angkat bicara, “Dia sahabat yang baik buat gue”, lanjutnya.
“Jujur, awalnya gue nggak terlalu suka sama dia maklum aja gue AFC. Tapi setelah makin kenal sama dia, gue ngerti baiknya dia dan gue pikir buat apa gue jadi AFC terus”, ucap Desty tulus.
Ferdinand mengalihkan wajahnya kearah Desty, “Jadi loe bukan AFC lagi?”, tanya Ferdinand memastikan.
Desty tersenyum lalu mengangguk pasti. Kemudian keduanya saling tos.
“Tapi denger-denger loe pernah ngungkapin perasaan loe sama Jo, apa itu bener Fer?”, tanya seorang wartawan.
Jo dan Ferdinand saling bertukar pandang dan mengembangkan senyuman.
“Siapa coba yang nggak suka sama cewek secantik, sebaik, seramah, dan seceria Jo ini? Jujur gue suka sama dia, tapi sayangnya dia nggak suka sama gue. Dilema judulnya”, lanjut Ferdinand jujur.
Semua yang ada disitu dibuat tertawa dengan penjelasan Ferdinand tersebut, seorang artis di tolak. Tapi inti wawancara malam ini bukan itu, intinya mereka semua bersahabat, dan yang akan muncul di koran besok pagi ya tentang persahabatan mereka berempat juga.
Setelah malam ini semuanya akan baik-baik saja, gosip-gosip yang nggak penting akan lenyap. Hidup mereka juga nggak terbebani lagi. Sebagai hadiah Jovan mentraktir mereka berempat makan gratis di cafe malam ini.
Cuma berempat aja, kalau sampai semua orang bisa ludes isi brangkas makanan Jovan. Tekor deh. Hehehe.
Wartawan sudah mulai pulang.
Keadaan mereka membaik, nggak ada kecanggungan lagi. Tapi hubungan Jo, Desty, dan Neffira masih sama seperti dulu. Mereka bertiga belum bisa baikan. Neffira terlalu sulit untuk luluh hatinya, begitu juga dengan Desty. Kalau Jo malah ingin sekali bisa menjadi sahabat Neffira lagi.
---
“Jo, gue ikut kelompok loe”, ucap Ferdinand keras karena dia duduk didepan akibat dia terlambat tadi.
Jo mengkodekan ok dengan menunjukkan jempolnya.
Ferdinand tersenyum senang.
“Neff, loe ikut kelompok gue ya?”, ajak Jo baik-baik.
“Ogah!”, jawab Neffira ketus.
Tiba-tiba ada yang memukul kepala Jo, “Bodoh loe. Ngapain ngajak-ngajak dia”, timpal Desty geram dengan ulah Jo.
“Aduh. Sakit tahu”, rintih Jo. “Gue kan cuman ngajak dia”, lanjut Jo membela diri.
Acara perkuliahan selesai. Mereka istirahat makan siang dulu dikantin.
Kali ini Neffira ijin lagi karena ada pemotretan untuk majalah fashion.
“Bakso sama es teh tawar? Mie ayam sama es teh manis?”, Ferdinand menawarkan menu makanan pada Jo dan Desty.
Kedua sahabatnya itu mengangguk pasti, kemudian Ferdinand pergi untuk memesan.
Orang-orang disekitar mereka sudah nggak memandang aneh mereka jika sedang bersama-sama, semuanya sudah kembali biasa. Nggak ada yang spesial antara Ferdinand, Jo, dan Desty. Mereka bertiga bersahabat. Berita yang keluar hari ini memang benar-benar memberikan efek.
“Oh ya, minggu depan ke puncak yuk?”, ajak Ferdinand pada kedua sahabatnya itu.
***
to be continued....



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...