Papah,
Mamah, Adit, Oliv, dan Oxel sudah siap di meja makan, hari ini mereka akan
sarapan bersama. Terdengar ada yang memencet bell, langsung saja mbok Sumi
membukakan pintu, ternyata cewek yang kemarin dijemput oleh Adit di bandara.
“Pagi
om, pagi tante, pagi semuanya”, cewek itu bersikap akrab, “Aku masak berlebihan
nih, lupa kalau sekarang tinggal sendiri”, cewek itu meletakkan sepiring ayam
goreng diatas meja makan, “Tante, Om, aku boleh ikut gabung sarapan disini
kan?”, tanya cewek itu yang terlihat makin akrab.
“Ayo
sini gabung sarapan disini aja, kamu duduk disebelah Oxel aja”, sahut Mamah
mempersilakan cewek itu. “Oh ya, kenalin ini Oliv istrinya Adit”, Mamah
memperkenalkan Oliv sama cewek itu, “Oliv, ini Vina teman Adit waktu masih
kecil”.
Disela-sela
makannya, “Nanti aku sama Oxel mau ke makam Bunda, mau ikut nggak?”, ajak Oliv
pada suaminya itu.
Adit
mengalihkan pandangannya seutuhnya untuk Oliv, “Maaf banget, aku sudah janjian
sama Vina mau ngerjain skripsi bareng”, Adit menolak ajakan Oliv, “Maaf
banget”, Adit merangkul Oliv dengan mesra.
Terlihat
Vina nggak senang dengan apa yang Adit lakukan terhadap Oliv.
Oliv
memegang paha Adit, “Nggak apa-apa kok, masih ada lain waktu”, istri yang baik,
“Ayo makannya dilanjutin”, ajak Oliv pada Adit untuk melanjutkan makannya.
Vina
lebih tua setahun setengah ketimbang Adit, dan niat dia pulang ke Indonesia
yaitu untuk bekerja disini. Adit meminta bantuan Vina untuk membimbingnya
menyusun skripsinya agar cepat selesai dan dapat lulus serta wisuda tahun ini
juga. Keduanya juga terlibat cinta monyet layaknya Rama dan Oliv dulu,
sepertinya Adit sudah nggak merasakan hal yang sama seperti dulu, entah dengan
Vina masih menyukainya ataukah tidak.
Papah
dan Mamah sudah pergi duluan ke tujuan mereka masing-masing, Adit mengantarkan
Oxel dan Oliv ke mobil, dari dalam rumah sampai ke depan mobil Adit nggak
melepaskan genggaman tangannya pada Oliv, “Hati-hati di jalan, jangan ngebut!”,
wanti-wanti Adit pada istrinya yang sudah duduk di dalam mobil.
Oliv
mengangguk ringan.
Dikecupnya
kening Oliv, “Pulangnya jangan kemaleman ya”, pinta Adit lagi.
Lagi-lagi
Oliv mengangguk, “Ok!”, jawabnya singkat.
Dari
dalam rumah ternyata ada yang mengintai yaitu Vina, sangat terlihat dia nggak
senang dengan apa yang Adit lakukan bersama Oxel. Setelah Oliv dan Oxel pergi,
Adit langsung masuk kerumah lagi dan dikejutkan dengan rangkulan Vina yang
begitu tiba-tiba, “Hayaa!”, Vina yang mengagetkan, “Ayo kelas bimbingan
skripsinya dimulai”, ajak Vina akrab.
Senyuman
tergambar dari bibir Adit, “Ayo”, sahutnya singkat.
Mereka
berdua benar-benar disibukkan dengan pengerjaan skripsi itu, walaupun sudah
mendapat bimbingan dosen di kampus, Adit masih membutuhkan referensi dari orang
lain agar dapat menyelesaikan itu semua dengan sempurna.
Setelah
selesai mengirim doa untuk Bunda mereka, Oliv dan Oxel sedikit bercengkramah
dengan Bundanya walaupun hanya lewat nisan yang ada dihadapan mereka. Terlihat
Oxel bener-bener rindu dengan Bundanya dan sangat haus dengan kasih sayang
seorang ibu, kalau Oliv sih sudah mendapatkan kasih sayang dari Mamah sebagai
pengganti Bunda.
“Bunda,
gimana keadaan Bunda disana? kalau disini Oxel sama kak Oliv sehat-sehat aja,
moga disana Bunda baik-baik aja”, ucap Oxel sambil mengelus-elus nisan
Bundanya.
Adit
dan Vina ngerjain skripsi di ruang kerja yang ada di rumah itu. Dengan mesra
Vina mencoba memeluk Adit dari belakang, Adit langsung melepaskannya, “Loe
kenapa? Sekarang gue sudah nikah Vin, nggak pantes kita kayak gini!”, tegur
Adit keras.
Dengan
cepat Vina kembali seperti semula, “Maaf, gue inget gimana akrabnya kita dulu”,
jawabnya ringan, “Ya sudah ayo kita lanjutin lagi ngerjain ini”, ajak Vina
mengalihkan pembicaraan.
Tapi
Adit malah bangkit dari tempat duduknya, “Gue mau ambil minum, loe mau minum
apa?”, tanya Adit masih dengan nada ketus.
“Nggak
gitu, biar loe disini aja ngerjain ini dulu. Gue aja yang ngambil minum, loe
mau minum apa?”, tanya Vina dengan cepat.
“Orange
juice aja”, pinta Adit singkat lalu kembali duduk.
Vina
keluar dari ruangan itu lalu beranjak kedapur untuk membuat minuman, dia
membuat sendiri minuman untuknya dan Adit karena nggak ada mbok Sumi disitu,
mbok Sumi lagi menjemur pakaian di luar. Setelah minuman siap Vina merogoh
sakunya, entah apa yang dia cari. Sebuah botol, seperti botol obat diambilnya
lalu dikeluarkan satu tablet dari botol itu, lalu di hancurkan dengan sendok
kemudian dimasukkan dalam minuman Adit. Obat apa itu?
Setelah
semuanya siap, Vina balik ke ruangan kerja yang ada dirumah itu untuk
memberikan minuman itu untuk Adit. Mbok Sumi kembali ke dapur, “Obat apa ini?
Kok dimasukin ke minuman?”, tanya Mbok Sumi. Tadi mbok Sumi melihat semua yang
Vina lakukan didapur.
Karena
ingin mengetahui obat apa itu sebenarnya mbok Sumi membawa sisa obat yang masih
ada di sendok keluar dan setelah sampai disana dia terlihat mencari-cari
sesuatu. Nggak lama kemudian ada kucing yang datang, mbok Sumi membuat kucing
itu mau untuk menjilati sendok yang masih ada obatnya itu.
Awalnya
kucing itu nggak bereaksi apa-apa tapi setelah kucing itu berjalan beberapa
merer, “Ya ampun!”, ucap mbok Sumi kaget karena melihat kucing itu langsung
tertidur di tanah, “Obat tidur?”, ucap mbok Sumi sedikit ragu.
Oxel
minta pergi ke toko buku, dia penggemar berat novel lokal dan novel-novel itu
sulit untuk dia dapatkan di Jepang sana. Sementara Oxel memilih-milih bukunya,
Oliv serius dengan bukunya, dia membaca sampel buku di toko buku tersebut
dengan serius. Tiba-tiba ada yang duduk disebelahnya dan langsung menyapanya.
“Selly,
sama siapa loe kesini?”, tanya Oliv seketika setelah menyadari kalau yang ada
disampingnya itu Selly.
Selly
nggak menjawab tapi dia menunjukkan seseorang yang datang bersamanya, siapa
lagi kalau bukan Rama!
“Sendirian
aja atau sama Adit?”, tanya Adit sambil mendekati keduanya.
Oliv
menutup bukunya sejenak, “Sama Oxel tuh”, dia menunjukkan keberadaan Oxel.
Melihat
ada Oxel disitu Rama langsung menghampirinya.
“Siapa
ya”, Oxel nggak mengenal Rama.
Rama
memukul kepalanya sendiri, “Mana mungkin dia ingat”, ucapnya menyalahkan diri
sendiri, “Oh ya, gue Rama, temen kakak loe”, Rama memperkenalkan dirinya.
Dan
Oxel benar-benar nggak ingat jadi ya sudahlah Rama kembali bergabung dengan
Oliv dan Selly yang kembali serius dengan buku yang sama yang sesuai dengan
jurusan yang diambil mereka. Rama duduk diantara keduanya lalu menopang dagunya
sambil melirik kearah Selly dan Oliv yang nggak bergeming sama sekali.
Oxel
datang dengan banyak buku di tangannya, “Sudah yuk kak, aku sudah selesai”.
“Apa
nggak penuh-penuhin bagasi pesawat tuh?”, ledek Oliv pada adiknya.
Oxel
terseringai.
“Ya
sana ke kasir duluan”, Oliv menyuruh Oxel ke kasir duluan, “Gue duluan ya”,
pamit Oliv pada kedua sahabatnya itu.
Kedua
mengangguk dan memberi salam bersamaan, lalu membiarkan Oliv pergi dari hadapan
mereka. Oliv mampir dikasir untuk membayar buku-buku yang Oxel beli, “Dasar!
Senengnya yang gratisan!”, timpal Oliv.
Semua
buku itu Oliv yang membayar, Oxel nggak mau membayar itu semua dengan duitnya
sendiri. Selagi punya kakak yang baik kenapa nggak dimanfaatin, lalu keduanya
memutuskan untuk pulang karena memang sudah mulai larut malam dan mereka ingin
makan malam dirumah bersama-sama dengan keluarga mereka yang sekarang.
Sampai
dirumah, Mamah lagi membantu mbok Sumi menyiapkan makanan. Papah lagi nonton
berita sore, sedangkan Adit nggak kelihatan batang hidungnya.
Oliv
dan Oxel memasuki rumah lalu memberi salam, Papah yang pertama menjawabnya dan
menyuruh keduanya untuk mandi, mereka juga menyapa Mamah yang ada didapur.
“Mandi
dulu sana”, kata Mamah, “Oh ya, Adit ketiduran di tuh, jangan lupa bangunin dia
ya”, perintah Mamah untuk Oliv.
Oxel
naik kekamar yang sudah disiapkan untuknya dan langsung pergi mandi, sedangkan
Oliv berjalan menuju ruang kerja untuk membangunkan Adit. Setelah memasuki
ruangan itu terlihat Adit yang tertidur lelap di sofa yang ada didalam ruangan
itu, dengan pelan-pelan Oliv mencoba membangunkan suaminya itu, “Sayang, sudah
sore ayo bangun. Mandi terus makan”, ucap Oliv untuk membangunkan Adit.
Tapi
Adit nggak bangun juga jadi Oliv menaikan nada suaranya, “Ayo sayang, bangun”,
kali ini suara Oliv lebih keras.
Dan
setelah beberapa kali mencobanya Adit bangun juga dari tidurnya.
“Akhirnya
bangun juga. Capek banget ya? Sampai tidurnya kayak kebo gini”, ledek Oliv
sambil merapikan rambut suaminya yang berantakan.
Adit
beranjak duduk, dia mengeluk kepalanya pusing sekali.
“Kamu
tidur di sofa sih nggak pakai bantal pula, ya pasti kepala kamu sakit”, ucap
Oliv sambil merubah posisinya duduk disamping Adit.
Adit
tersenyum ringan lalu memeluk istrinya dengan mesra, “Aku sayang sama kamu”,
ucapnya manis.
“Me
too”, jawab Oliv singkat. “Sudahlah”, Oliv melepaskan pelukan itu, “Ayo mandi,
sudah sore”, ajak Oliv pada Adit.
“Mandi
bareng ya?”, ledek Adit.
Oliv
malah cemberut.
“Bercanda
kok sayangku”, Adit mencubit kedua pipi istrinya itu lalu mencium kening Oliv.
“Kamu mandi duluan sana, aku mau beresin buku-buku dulu”, ucap Adit sambil
melirik kearah meja yang berantakan.
Oliv
mengerti dan keluar dari ruangan itu dan kembali kekamarnya, lalu mandi dengan
bersih. Sementara itu Oxel sudah selesai dengan mandinya dan kembali turun
untuk siap-siap makan malam.
“Oxel,
sini”, Papah memanggil Oxel.
Keduanya
duduk berdampingan layaknya anak kandung dan ayah kandungnya, mereka menonton
berita sore, Oxel juga sering menonton berita seperti sekarang ini bersama
dengan Ayahnya sewaktu di Jepang. Oxel terlihat sedikit canggung dengan orang
yang baru seperti Papah.
Papah
merangkul Oxel, “Kalau disini orang tua Oxel sama Oliv ya Mamah sama Papah,
jadi nggak perlu malu-malu. Panggil aja Papah dan anggap aja Papah seperti
orang tua Oxel sendiri ya”, pinta Papah.
Oxel
mengangguk mengerti dengan apa yang Papah maksud, Mamah datang dengan membawa
nampan yang berisi teh hangat untuk Papah dan Oxel, dan sepiring pisang goreng,
“Mamah juga Mamahnya Oxel”, ucap Mamah sambil duduk di sebelah Oxel.
Oliv
yang baru saja turun dari kamarnya melihat adegan itu membuat hatinya sedih,
dia teringat Ayahnya dan Mamahnya, dia merasa kasihan pada Oxel yang nggak
pernah merasakan kasih sayang dari ibu kandungnya dan dia senang sekarang ini
Oxel dapat merasakan kasih sayang dari orang tuanya yang sekarang. Nggak terasa
Oliv meneteskan air matanya.
“Kenapa
nangis?”, tanya Adit sambil memeluk Oliv dari belakang.
Langsung
Oliv menghapus air matanya dan melemparkan senyuman, “Aku inget Ayah sama
Bunda”, Oliv tersenyum lalu melanjutkan kalimatnya, “Kasihan Oxel, belum sempat
merasakan kasih sayang dari Bunda. Untung sekarang ada Mamah sama Papah”, Oliv
menggenggam erat tangan Adit sambil melirik kearah suaminya itu.
Adit
mengecup mesra pelipis Oliv kemudian keduanya tersenyum lebar.
***5***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar