Tepat
jam 12 tengah malam.
“Happy
Birtday to you...”, terdengar nyanyian selamat ulang tahun.
Olivia
terbangun dari tidurnya. Dia melihat ada Adit yang membawakan sebuah cake
coklat berukuran besar, bersama Adit ada Mamah dan Papah, serta Selly dan juga
Rama. Mereka ingin merayakan ulang tahun Oliv bersama-sama.
Adit
duduk disamping Oliv, “Make a wish”, perintah Adit dengan senyum mengembang.
Oliv
memejamkan matanya dan mulai berdoa dalam hati, “Semoga semua orang yang aku
sayangi selalu dalam lindungan-Mu. Bantu aku menjaga hubunganku dengan suamiku,
ya Alloh. Amin”, Oliv membuka matanya lagi dan tersenyum lebar.
Langsung
saja Olivia meniup lilin angka 20 yang berdiri kokoh di atas cake ulang
tahunnya itu. Semuanya sangat bahagia, nggak lupa Adit memberikan hadiah untuk
istrinya itu.
Olivia
membuka kotak hadiah pemberian Adit, ternyata isinya sebuah jam tangan,
“Makasih sayang”, Oliv mendaratkan kecupan dipipi kanan dan kiri Adit.
Sekarang
giliran Mamah dan Papah yang memberi selamat, Oliv bangun dari tempat tidurnya.
Setalah memberi selamat juga doa, nggak lupa Mamah dan Papah memberikan hadiah
juga, bungkusannya lumayan besar. Perlahan Olivia mulai membuka hadiah itu,
setelah melihat apa isinya Oliv langsung mengembangkan senyuman, “Makasih Mah,
makasih Pah”, ucapnya seraya mengambil sebuah tas Hermest seri terbaru.
Benar-benar
kehujanan hadiah, ulang tahun kali ini sangat berkesan bagi Oliv.
Rama
dan Selly mendekati Oliv bersama-sama, kado dari mereka nggak begitu besar
seperti kado dari Papah dan Mamah Adit, tapi kado ini sedikit lebih besar dari
yang Adit kasih.
“Waw,
I-pod! Makasih”, ucap Olive senang.
“Aku
denger minggu lalu I-pod kamu hilang, jadi aku sama Selly beli ini aja buat
gantiin punya kamu yang hilang”, kata Rama.
Adit
mengambil sebuah kotak kecil yang ada dimeja belajarnya lalu dia menyerahkannya
pada Oliv, “Itu buat kamu, dari Ayah sama Oxel”.
“Apa
ini?”, tanya Olivia penasaran.
Adit
hanya memainkan matanya yang menyiratkan kalau Olivia harus membuka kotak itu
sekarang juga.
“Kunci?
Mobil?”, tanya Oliv seketika itu juga sambil memperlihatkan kunci itu pada
semuanya.
Lalu
Adit mengajak Oliv berjalan ke arah jendela, Adit mengarahkan Oliv melihat ke
halaman depan rumah mereka. Oliv tersenyum lebar karena terlalu senang, sebuah mobil
Mazda2 seri terbaru terparkir nyaman dihalaman.
+++
“Nggak
usah, ngapain juga aku punya SIM kalau cuman jadi pajangan di dompet”, timpal
Olivia.
Adit
masih ragu buat melepas Oliv berangkat ke kampus sendirian, “Tapi...”.
“Haduuh,
sebelumnya aku juga selalu nyetir mobil sendiri, jadi nggak perlu khawatir.
Sudah siang, aku berangkat dulu ya?”,pamit Olivia yang mulai men-starter
mobilnya.
Adit
mengacak-acak rambut Oliv, “Hati-hati, kalau ada apa-apa cepet hubungi aku ya?
Jangan ngebut-ngebut!”.
Oliv
langsung menjalankan mobilnya keluar pintu gerbang dan pergi dengan tujuan kampus.
Walaupun masih ragu membiarkan Olivia berangkat sendirian tapi apa boleh buat
itu semua Oliv sendiri yang minta, dan nggak mungkin Adit melarang cewek yang
teguh pendiriannya kayak Oliv.
Dirumah
Adit nggak gitu aja bersantai-santaian, hari ini dia mencoba untuk melanjutkan
menyelesaikan skripsinya. Dia menginginkan untuk wisuda di tahun ini juga agar
cepat bisa bekerja dan membuatkan rumah untuknya dan istrinya.
Sampai
di parkiran kampus, Rama dan Selly juga baru datang. Olive keluar dari mobilnya
lalu bergabung dengan keduanya.
“Asyik
nih, mobilnya baru”, ledek Rama.
Selly
juga ikut-ikutan, “Ajak jalan-jalan sih”.
Oliv
tertawa lalu merangkul kedua sahabatnya itu, “Tenang-tenang, emangnya pada mau
jalan-jalan kemana?”, jawab Oliv ringan tanpa beban.
Ketiganya
tertawa lalu berjalan bersama-sama menuju kelas.
Serius
banget, Adit menyusun skripsinya, tapi bimbingan yang sudah dijalani belum juga
membuatnya cepat untuk menyelesaikan itu semua. Tapi harus minta bantuan siapa?
Oliv? Dia juga masih kuliah baru semester 5 pula. Tapi Adit tetap berusaha
untuk menyelesaikan itu semua dengan sebaik-baiknya, “Demi Oliv!”, ucapnya pada
diri sendiri untuk memberi semangat.
Selesai
dengan kelasnya yang pertama, Oliv dan Selly beranjak pergi menuju kelas yang
kedua. Dalam perjalanan kesana mereka dihentikan oleh kedatangan Mario.
Terdengar
nyanyian ‘happy birtday’ lagi, kali ini Mario membawa sebuah cup cake dengan
satu lilin kecil diatasnya, “Tiup dong!”, pinta Mario sambil mengembangkan
senyuman mautnya yang menawan.
Mau
nggak mau Oliv meniupnya, lalu Mario membuang lilin dan menyuapkan cup cake itu
untuk Oliv, dan mau nggak mau lagi Oliv memakannya. Cup cake itu dikasihkan
pada Oliv, Mario membuka tasnya untuk mencari sesuatu. Diambilnya sebuah kotak
kecil yang lalu dikasihkan pada Oliv, “Buka”, ucapnya bersemangat.
Oliv
membuka kotak itu, “Bagus banget, makasih”, ucap Oliv.
Sebuah
gelang tangan yang sangat cantik yang menjadi isi kotak itu.
“Di
pakai dong”, pinta Mario yang memang sedikit memaksa.
Dan
mau nggak mau lagi Oliv memakainya tapi susah, paling gampang ya kalau
dipasangin sama orang lain, “Selly, tolong pasangin sih”, pinta Oliv.
“Kenapa
nggak gue aja?”, Mario langsung mengambil gelang itu dan memasangkannya di
tangan kanan Oliv.
Oliv
terlihat nggak nyaman, tapi ya sudahlah, “Makasih ya”.
“Sama-sama.
Aku kekelas dulu ya”, pamit Mario.
Setelah
itu Mario pergi meninggalkan Selly dan Oliv. Keduanya melanjutkan perjalanannya
menuju kelas yang ada dilantai 3.
Raut
wajah Mario benar-benar berbinar, dia sangat senang Olivia mau menerima
hadiahnya bahkan memakai hadiah yang dia berikan. Padahal dia nggak berharap
lebih tapi itu semua sangat membuatnya bahagia.
Lagi-lagi
Mario berpapasan dengan Disti, “Loe bener-bener suka sama Oliv?”, tanya Disti
begitu saja.
Mario
menghentikan langkahnya, “Tentu saja. Dia nggak kayak loe, pantas saja dia
banyak yang suka!”, timpal Mario sambil terseringai sinis.
Disti
dibuat kesal sama juniornya, dia tertawa ringan, “Mau ditangan gue ataupun
bukan, yang pasti gue harap dia nggak bahagia!”, ucap Disti yang diiringi
tatapan tajam yang tertuju pada Mario, “Dan loe harus inget, sampai kapanpun
gue nggak akan baik sama dia!”, ucapnya lalu berlalu begitu saja dari hadapan
Mario.
Dengan
tatapan mata yang tajam Mario mengiringi kepergian Disti dari hadapannya,
“Gila!”, ucapnya singkat.
Adit
lagi istirahat dulu, ice cream kesukaan Oliv yang ada di kulkas disamber juga,
“Segernya”, terlihat nyaman dan puas.
Terdengar
suara HP-nya berdering, ada telfon dari nomer yang nggak dikenal oleh Adit,
“Hallo”, sapa Adit ramah.
“Aku
di bandara, jemput aku sekarang!”, ucap suara cewek dari seberang sana, suara
itu terdengar nggak asing ditelinga Adit.
Cukup
terkejut Adit dibuatnya, lalu cewek itu menutup telpon duluan. Tampaknya Adit
sudah bisa langsung mengetahui siapa yang menelponnya tadi, langsung saja dia
bergegas kekamarnya untuk berganti baju dan pergi untuk menjemput cewek itu di
bandara.
“Mau
kemana?”, tanya Mamah sesaat sebelum Adit keluar dari rumah.
“Dia
pulang Mah, dia minta buat aku jemput dia dibandara”, ucap Adit lalu berlari
dan masuk kedalam mobilnya.
Mamah
benar-benar dibuat bingung, yang di maksud ‘dia’ oleh Adit itu siapa?
Oliv
dan Selly akhirnya kelar kuliah juga, baru keluar dari pintu kelas HP Oliv
berdering nyaring, ada telfon dari Ayahnya langsung dari Jepang.
“Assalamuallaikum Ayah”, sapanya sopan.
“Walikumsallam,
selamat ulang tahun sayang. Kamu suka sama hadiah dari Ayah kan?”, tanya Ayah
sumringah.
“Suka
banget, tapi kenapa Ayah baru telpon?”, keluh Oliv manja.
Ayahnya
sedikit tertawa, “Maaf, Ayah benar-benar sibuk kemarin. Oh ya, Oxel lagi
dipesawat nih, dia mau liburan di Indonesia katanya. Jangan lupa jemput dia jam
1 nanti ya?”, pinta Ayah dalam telponnya.
“Oxel
pulang hari ini?”, Oliv terlihat senang banget bisa ketemu adiknya lagi. “Ya
nanti Oliv jemput dia, ini Oliv baru selesai kuliah”, jawab Oliv menyanggupi.
Selly
pamit duluan karena sudah ditunggu Rama dikantin, nggak lama setelah telpon itu
selesai Oliv langsung pergi ke parkiran kampus, dia harus cepat-cepat sampai di
bandara untuk menjemput adik kesayangannya itu.
Sampai
juga di bandara, Oliv baru memarkirkan mobilnya dan dia juga belum turun dari
mobil. Dia merapikan rambutnya dulu sambil melihat kaca spion, “Adit?”, dia
melihat seorang cowok yang mirip dengan Adit.
Tapi
itu memang Adit, mobilnya juga itu mobilnya Adit, dan cowok itu benar-benar
Adit. Oliv melihat Adit bergandengan dengan seorang cewek yang nggak Oliv
kenal, Adit juga membukakan pintu mobilnya untuk cewek itu dan meletakkan koper
cewek itu di bagasi, lalu keduanya pergi dari situ begitu saja.
“Siapa
cewek itu?”, tanya Oliv penasaran.
Tiba-tiba
terdengar suara berisik ketukan dikaca mobil Oliv, langsung saja Oliv melihat
kearah sumber suara berisik itu, “Oxel?”, ternyata Oxel yang menemukan Oliv
duluan.
Oxel
memberi isyarat pada Oliv untuk membuka kunci pintu belakang mobil itu, Oliv
mengerti dan membuka kunci pintu. Beberapa tas yang Oxel bawa langsung
dimasukkan dan Oxel duduk di kursi depan bersama dengan Oliv.
“Lama
banget!”, keluh Oxel sambil menyeka keringatnya. “Huft, panas”, Oxel menghela
nafas kepayahan.
Oliv
mengelus rambut adiknya, “Maaf, tadi kakak ada kuliah”, jawab Oliv mencoba
menerangkan kegiatannya seharian ini, “Ya sudah, sekarang makan siang dulu ya?
Mau makan dimana?”, lanjut Oliv.
“Ke
Mc D aja!”, jawab Oxel bersemangat.
“Dasar
anak ini, nggak di sini nggak di sana pokoknya tetep satu pilihannya Mc D! Ya
sudahlah”, Oliv mengikuti kemauan Oxel.
Kakak
beradik itu terlihat bahagia hari ini, karena keduanya memang sudah lama nggak
bertemu setelah Oxel dan Ayah ke Jepang dulu.
***4***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar