Hari
ini Mamah dan Papah akan berlibur bersama untuk merayakan hari ulang tahun
pernikahan mereka, tujuan mereka kali ini yaitu Karimun Jawa. Nggak perlu
jauh-jauh asal kualitas hubungannya terjaga kenapa enggak?
Mereka
berangkat dengan penerbangan pertama di pagi hari, Oliv dan Adit mengantarkan
keduanya untuk berbulan madu entah untuk ke kali berapa. Setelah mengantarkan
orang tua mereka, Adit mengantarkan istrinya itu ke kampus terlebih dulu karena
Oliv ada kelas pagi lagi. Sedangkan Adit langsung pulang kerumah untuk tidur
lagi karena memang dia kurang tidur hari ini.
Tugas
Oliv dan teman-teman sekelasnya begitu banyak, seperti hari ini mereka semua
harus mengumpulkan berkas tugas karena hari ini deadline-nya, kalau sampai
nggak mengumpulkan nilai E akan siap dibubuhkan di KHS nantinya.
Oliv
sudah ada dikelas dengan beberapa temannya yang lain, tapi Selly belum juga
datang. Tiba-tiba saja Oliv terserang hasrat ingin kekamar kecil, langsung saja
dia bergegas keluar untuk ketoilet yang letaknya lumayan jauh dari kelas yang
sekarang dia guankan itu. Oliv dengan cepat berlari menuju toilet.
Didalam
kelas Disti terus melihat kearah mejanya Oliv, terlihat ada berkas tugas Oliv
yang nanti akan dikumpulkan. Tersirat ada niat jahat dari wajah Disti, dia
berjalan mendekati meja Oliv secara diam-diam, dan mengambil beberapa berkas
dengan cepat kemudian dia keluar dari kelas menuju kolong tangga dan mulai
menghancurkan dokumen itu dengan gunting yang dia bawa.
Dari
jauh Mario melihat semua itu tapi dia nggak menghiraukannya karena dia nggak
peduli dengan apa yang Disti lakukan saat itu, dia melanjutkan langkahnya
kekelas.
Akhirnya
Oliv selesai juga dan berjalan kembali menuju kelas, sampai di depan kelas
ternyata didalam kelas itu sudah ada dosennya, bergegas Oliv masuk setelah
meminta izin terlebih dahulu.
“Mana
tugas kamu?”, tanya dosen itu dengan tatapan mata tajam.
Oliv
bergegas menuju tempat duduknya dan terlihat nggak ada apa-apa selain tasnya,
tempat pensil , dompet dan buku tulis yang dibawanya dari rumah. Semua berkas
tugas yang dikerjakannya nggak ada di meja, dia mulai mencari di kolong
kursinya dan melihat kesekeliling, nggak ada!
“Kamu
belum ngerjain?”, tanya dosen itu lagi.
Dengan
mata berkaca-kaca Oliv menjawab, “Bukan seperti itu. Saya mengerjakan semuanya,
dan sudah saya susun rapi di sini”, Oliv menunjukkan mejanya, “Tapi setelah
saya kembali dari toilet, sekarang semuanya hilang”, ucap Oliv terbata-bata
mencoba menjelaskan semuanya, apa yang terjadi pada dirinya.
Tapi
dosen itu nggak percaya dengan apa yang Oliv jelaskan kepadanya, “Kali ini saya
sedikit berbaik hati sama kamu, saya tidak akan memberi kamu nilai E tapi kamu
harus sudah senang dengan nilai C yang saya berikan”, ucap dosen itu lalu pergi
dari kelas tanpa mengucapkan salam.
Terlihat
Disti tersenyum penuh kemenangan.
Oliv
berlari mengejar dosen itu dan meminta keringanan, “Saya janji siang nanti
semuanya sudah selesai, mohon tunggu sebentar”, ucap Oliv memelas, disaksikan
teman-temannya dan mahasiswa lain yang lewat.
Tapi
keputusan yang diambil dosen tadi nggak bisa di ganggu gugat lagi, semuanya
sudah selesai dan dosen itu kembali keruangannnya. Oliv terduduk dilantai
sambil menahan air matanya agar nggak keluar, dia nggak mau malu dan terlihat
lemat oleh orang lain.
Selly
mendekati Oliv dan mengajaknya untuk berdiri, “Ayo kita pergi”, Selly
membawakan tas Oliv dan mengajaknya pergi ketaman untuk menenangkan diri.
“Ini
minum dulu”, Selly memberikan sebotol air mineral untuk Oliv.
Setelah
membuka segel serta tutupnya Oliv langsung menikmati minuman itu.
Kembali
Selly mencoba menenangkan sahabatnya itu.
Dari
jauh Selly melihat Disti datang mendekati mereka berdua.
“Itu
belum seberapa, masih banyak yang pengin gue lakuin buat ngehancurin loe!”,
gertak Disti pada Oliv yang sudah sedikit merasa tenang.
Karena
perkataan Disti tersebut Oliv langsung bisa mengambil kesimpulan pasti Disti
yang ada dibelakang ini semua, Oliv bangkit dari tempat duduknya, “Pasti loe
kan yang ngelakuin ini semua? Kurang ajar!”, Oliv langsung menampar pipi Disti
dengan begitu keras. “Gue sudah lama sabar menghadapi ulah loe yang gak waras
itu, tapi sekarang gue nggak akan biarin loe nginjek-nginjek gue lagi!”, kata
Oliv keras dan tegas.
Selly
kuwalahan, dia mencoba menghalangi Oliv dan Disti tapi dia terlalu lemah. Dia
hanya bisa berharap agar semua ini nggak berlanjut ke perkelahian seperti waktu
dulu.
“Terus
loe mau ngapain? Pukul gue? Silahkan!”, ucap Disti menantang, dia menyodorkan
pipi kirinya.
Dengan
keras dan cepat Oliv kembali menampar pipi kiri Disti.\
Walaupun
terasa sakit Disti masih bisa tersenyum sinis untuk Oliv. Mahasiswa-mahasiswa
yang lain mulai berdatangan untuk menonton adegan itu, tapi karena Oliv nggak
mau mempermalukan dirinya sendiri dia langsung pergi meninggalkan Selly dan
Disti di taman.
Dia
pergi ke parkiran, “Sialan!”, dia baru ingat kalau hari ini dia nggak bawa
mobil.
Oliv
mencoba menghubungi ponsel Adit tapi nggak diangkat-angkat juga, lalu dia
berjalan keluar kampus menyusuri jalan. Tiba-tiba rintik hujan membasahi bumi,
Oliv yang sudah mulai kebasahan berhenti disebuah halte bus dengan beberapa
oarang lain.
“Haaaa!”,
Oliv berteriak keras untuk sedikit meluapkan kekesalannya.
Dia
nggak mempedulikan orang-orang yang ada disekitarnya yang terus-terusan
memandangnya dengan pandangan keheranan. Ada sebuah bus yang berhenti, semua
orang yang ada di halte kecuali Oliv naik ke bus, mereka meninggalkan Oliv
sendirian.
Diambil
HP-nya lagi yang ada disaku, dia mencoba menghubungi Adit. Sekarang HP Adit
jadi nggak aktif, Oliv makin marah dibuatnya untuk melampiaskan itu semua dia
langsung membanting HP-nya itu ke trotoar tapat saat mobil Adit lewat dan Adit
melihat apa yang Oliv lakukan. Dia nggak bisa menghentikan mobilnya disitu
karena dia sedang bersama Vina yang dari tadi terus mengancamnya.
Isakan
tangis Oliv nggak terelakan lagi, dia menangis sambil melipat kakinya dan
memeluknya erat-erat di kursi halte bus yang sepi itu. Adit benar-benar nggak
bisa apa-apa, dia hanya khawatir dengan keadaan Oliv sekarang ini tapi karena
ada Vina jadi dia nggak bisa berbuat apa-apa untuk dirinya sendiri dan juga Oliv.
Ada
sebuah mobil yang menepi didekat halte bus itu, dan seseorang turun sambil
membawa payung. Orang itu Mario, Mario memungut kembali HP Oliv yang sudah
hancur di trotoar dan mencoba mengembalikannya pada Oliv.
Mario
menyodorkan tangannya yang membawa HP itu, Oliv merasakan ada orang didepannya
dia mencoba membuka matanya dan melihat Mario disitu. Dia mengambil HP nya
kembali dan langsung meletakkannya di kursi tanpa berkata apapun. Lalu Mario
duduk disamping Oliv, dia melepaskan jaketnya dan memberikannya pada Oliv.
“Nggak
perlu!”, ucap Oliv ketus.
Karena
nggak mau Oliv basah dan kedinginan, Mario menyelimutkan jaket itu pada Oliv.
Tapi karena Oliv sudah menolak jaket itu tadi, dia melemparkan jaket itu ke
trotoar seperti yang dia lakukan pada Hpnya tadi. Mario beranjak lalu mengambil
jaket itu kembali lalu diletakkannya di kursi halte bersebelahan dengan HP Oliv
yang sudah rusak.
“Tunggu
disini sebentar”, Mario bergegas pergi, dia berlari tanpa menggunakan payung.
Dia
menembus rintikan hujan, dia berlari menuju coffee shop yang nggak jauh dari
tempat mereka itu, yaitu coffee shop yang ada di dekat kampus. Dengan cepat
Mario berlari dan masuk dalam coffee shop itu.
“Americano
ukuran besar satu”, ucap Mario memesan kopi faforit Oliv.
Lalu
Mario melihat kesekeliling untuk mencari jam tapi yang dia temukan malah Adit
yang lagi makan bersama seorang cewek yang nggak dia kenal. Mario langsung
menghampiri Adit dan Vina, sampai diantara keduanya Mario langsung
menghadiahkan pukulan untuk Adit.
Masih
memegang kerah baju Adit, “Loe disini enak-enakan sama cewek lain dan ngebiarin
istri loe sendiri mati kedinginan nungguin loe ngejemput dia! Loe bener-bener
gila nyia-nyiain Oliv demi cewek ini!”, ucap Mario penuh amaran pada Adit.
Suasana
ruangan itu berubah mencekam tapi nggak bakal ada perkelahian disitu karena
Mario menyudahinya, dia mengambil kopi pesanannya lalu langsung pergi menuju
halte lagi.
Adit
nggak membalas apa-apa pada Mario, karena dia memang begitu lemah dan bersalah
membiarkan Oliv kedinginan diluar, dan dirinya malah asyik-asyikan makan
disini. Tapi dia nggak bisa berbuat apa-apa, dia terlalu takut kalau
sampai-sampai Oliv melihat foto dirinya bersama dengan Vina.
Mario
menyodorkan cup coffee itu untuk Oliv, disaat yang sama mobilnya Adit kembali
melintas kali ini amat pelan dan terlihat Adit terus melihat kearah Oliv yang
masih nggak mau menerima minuman yang Mario beli tadi. Tapi kemudian Oliv
meraih minuman itu, Mario terlihat sedikit senang, nggak lama kemudian Oliv
melempar minuman itu ke trotoar. Adit juga berlalu kembali menuju rumahnya.
“Nggak
usah ganggu gue! Biarin gue sendiri!”, teriak Oliv keras pada Mario.
Tapi
Mario nggak bergeming, dia malah duduk di kursi halte itu, “Semua orang punya
masalah, pernah ngerasa kecewa, bersalah, nggak berdaya, dan tentu saja
kesedihan. Dan gue sebagai cowok nggak mungkin kayak loe bisa nangis begitu
saja”, ucap Mario ringan.
Oliv
mengalihkan pandangannya pada Mario yang etrlihat serius.
“Ungkapan
yang selalu gue suka, I love walking in the rain because no one can see me
cry!”, kata Mario sambil tersenyum. “Waktu gue down banget, waktu ada masalah,
waktu sedih gua nggak bisa nangis gitu aja, lalu gue menyimpannya dulu dan
bakal gua luapin saat hujan, biar nggak ada yang bisa ngelihat lemahnya gue!”.
Mario
berdiri dan berjalan menuju hujan lalu dia teriak sekencang-kencangnya untuk
melepaskan bebannya. Berharap hujan akan menghapus semuanya. Oliv yang sedari
tadi terdiam mengikuti apa yang Mario lakukan, dia mencoba melepaskan semuanya,
semua bebannya.
Hujan
mulai reda, Mario menawarkan dirinya untuk mengantar Oliv pulang tapi Oliv
menolaknya dia ingin naik taksi saja. Mario menuruti apa yang Oliv mau, dia
mencoba menghentikan taksi yang ada dijalan.
Dari
dalam rumah Oxel melihat kakaknya yang turun dari taksi.
Setelah
taksi itu berlalu, mobil Mario juga berlalu. Dari halte sampai ke rumah ini,
Mario terus mengkuti taksinya Oliv.
“Kakak,
ayo ikut aku”, ajak Oxel yang langsung menarik tangan kakaknya yang begitu
dingin.
“Ada
apa?”, tanya Oliv bingung, “Kakak harus bersihin badan dulu”, Oliv berniat
pergi kekamarnya tapi Oxel nggak membiarkan begitu saja.
Oxel
menarik Oliv menuju ruang kerja, dia memberikan isyarat agar Oliv diam sejenak.
Oxel membuka pintu itu pelan-pelan dan seketika itu juga Oliv terkejut karena melihat
Vina hendak mencium bibir Adit.
“Stop!”,
teriak Oliv keras.
Dia
mencoba mendekat pada Adit dan Vina lalu membanting tasnya ke lantai, “Jadi
kalian ngelakuin semua ini dibelakang aku? Berkedok ngerjain skripsi tapi malah
ngelakuin hal-hal gila seperti ini. Iya? Hah? Jawab!”, teriak Oliv makin keras
sampai mbok Sumi yang ada didapur mendengarnya.
Oliv
melangkah maju dan matanya melihat sebuah foto yang terjatuh dilantai, dia
mengambil foto itu dulu, “Astagfirulloh!”, teriak dia sambil terduduk lemas di
lantai.
Mbok
Sumi datang dan melihat itu, lalu dia meembawa Oxel naik kekamarnya.
Adit
mendekati Oliv lalu duduk di depannya, “Nggak, ini nggak seperti yang kamu
pikirin. Dengerin penjelasan aku dulu”, ucap Adit sambil memegang kedua pundak
istrinya itu.
Dengan
cepat Oliv menepis tangan Adit ,”Nggak ada yang perlu dijelasin lagi, semuanya
sudah jelas!”.
Oliv
kembali berdiri, Adit juga melakukan hal yang sama, Adit kembali mencoba untuk
memeluk Oliv tapi lagi-lagi nggak berhasil, “Aku nggak mau lihat muka kalian
berdua lagi!”, ucap Oliv sambil berlalu keluar dari ruangan itu.
Dia
berlari kekamarnya lalu mengemasi beberapa bajunya, tentu saja Adit mengejar
Oliv kekamarnya, Adit mencoba menghentikan Oliv, “Jangan. Aku nggak mau kamu
pergi, aku nggak bisa hidup tanpa kamu”, ucap Adit.
Tapi
Oliv nggak menghiraukan itu semua, Oliv bangkit dan membawa tasnya serta meraih
kunci mobil yang tergeletak dimeja. Oliv berjalan menuju kamar Oxel, lalu dia
menyuruh Oxel untuk membawa tasnya karena sore ini juga mereka harus keluar
dari rumah ini. Oxel menggendong tasnya lalu mengikuti kakaknya pergi. Adit
masih mencoba menghalangi tapi sekarang Oxel dan Oliv sudah ada didalam mobil
lalu dengan cepat Oliv mengendarai mobilnya keluar dari halaman rumah itu.
Adit
bergegas kembali kekamarnya untuk mencari kunci mobilnya.
Oliv
sudah jauh pergi, dia benar-benar kalut. Sampai akhirnya ‘BREEEEK!’, ada
kecelakaan tepat dihadapnnya, untuk menghindari kecelakaan itu dia mencoba
membanting stir ke kiri tapi nggak disangka-sangka dari arah belakangnya ada
mobil dengan cepat menghanpatm mobil Oliv dari sebelah kiri.
Mobil
Oliv terpelating berkali-kali.
Langsung
saja orang-orang berkerumun disekitar area kecelakaan beruntun itu.
Oliv
tersadar, dari kepalanya terus bercucuran darah segar, dia melihat
sekelilingnya yang sudah riuh dengan orang-orang yang hanya menonton, “Oxel,
bangun. Oxel”, Oliv memanggil Aditnya yang nggak bergerak sama sekali.
Lalu
dia terisak dan tak sadarkan diri.
Mobilnya
Adit terjebak kemacetan panjang, dia benar-benar khawatir karena mendengar ada
kecelakaan didepan sana, jadi dia memutuskan untuk keluar dari mobil dan
berlari untuk memastikan bukan Oliv dan Oxel yang menjadi korban.
“Oliv!
Oxel!”, teriak Adit sesaat setelah melihat Oliv dan Oxel ditandu menuju
ambulans.
***7***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar