•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Rabu, 12 Oktober 2011

Jodohku, Mauku Cuma Kamu [Part 7]


Hari ini Mamah dan Papah akan berlibur bersama untuk merayakan hari ulang tahun pernikahan mereka, tujuan mereka kali ini yaitu Karimun Jawa. Nggak perlu jauh-jauh asal kualitas hubungannya terjaga kenapa enggak?
Mereka berangkat dengan penerbangan pertama di pagi hari, Oliv dan Adit mengantarkan keduanya untuk berbulan madu entah untuk ke kali berapa. Setelah mengantarkan orang tua mereka, Adit mengantarkan istrinya itu ke kampus terlebih dulu karena Oliv ada kelas pagi lagi. Sedangkan Adit langsung pulang kerumah untuk tidur lagi karena memang dia kurang tidur hari ini.
Tugas Oliv dan teman-teman sekelasnya begitu banyak, seperti hari ini mereka semua harus mengumpulkan berkas tugas karena hari ini deadline-nya, kalau sampai nggak mengumpulkan nilai E akan siap dibubuhkan di KHS nantinya.
Oliv sudah ada dikelas dengan beberapa temannya yang lain, tapi Selly belum juga datang. Tiba-tiba saja Oliv terserang hasrat ingin kekamar kecil, langsung saja dia bergegas keluar untuk ketoilet yang letaknya lumayan jauh dari kelas yang sekarang dia guankan itu. Oliv dengan cepat berlari menuju toilet.
Didalam kelas Disti terus melihat kearah mejanya Oliv, terlihat ada berkas tugas Oliv yang nanti akan dikumpulkan. Tersirat ada niat jahat dari wajah Disti, dia berjalan mendekati meja Oliv secara diam-diam, dan mengambil beberapa berkas dengan cepat kemudian dia keluar dari kelas menuju kolong tangga dan mulai menghancurkan dokumen itu dengan gunting yang dia bawa.
Dari jauh Mario melihat semua itu tapi dia nggak menghiraukannya karena dia nggak peduli dengan apa yang Disti lakukan saat itu, dia melanjutkan langkahnya kekelas.
Akhirnya Oliv selesai juga dan berjalan kembali menuju kelas, sampai di depan kelas ternyata didalam kelas itu sudah ada dosennya, bergegas Oliv masuk setelah meminta izin terlebih dahulu.
“Mana tugas kamu?”, tanya dosen itu dengan tatapan mata tajam.
Oliv bergegas menuju tempat duduknya dan terlihat nggak ada apa-apa selain tasnya, tempat pensil , dompet dan buku tulis yang dibawanya dari rumah. Semua berkas tugas yang dikerjakannya nggak ada di meja, dia mulai mencari di kolong kursinya dan melihat kesekeliling, nggak ada!
“Kamu belum ngerjain?”, tanya dosen itu lagi.
Dengan mata berkaca-kaca Oliv menjawab, “Bukan seperti itu. Saya mengerjakan semuanya, dan sudah saya susun rapi di sini”, Oliv menunjukkan mejanya, “Tapi setelah saya kembali dari toilet, sekarang semuanya hilang”, ucap Oliv terbata-bata mencoba menjelaskan semuanya, apa yang terjadi pada dirinya.
Tapi dosen itu nggak percaya dengan apa yang Oliv jelaskan kepadanya, “Kali ini saya sedikit berbaik hati sama kamu, saya tidak akan memberi kamu nilai E tapi kamu harus sudah senang dengan nilai C yang saya berikan”, ucap dosen itu lalu pergi dari kelas tanpa mengucapkan salam.
Terlihat Disti tersenyum penuh kemenangan.
Oliv berlari mengejar dosen itu dan meminta keringanan, “Saya janji siang nanti semuanya sudah selesai, mohon tunggu sebentar”, ucap Oliv memelas, disaksikan teman-temannya dan mahasiswa lain yang lewat.
Tapi keputusan yang diambil dosen tadi nggak bisa di ganggu gugat lagi, semuanya sudah selesai dan dosen itu kembali keruangannnya. Oliv terduduk dilantai sambil menahan air matanya agar nggak keluar, dia nggak mau malu dan terlihat lemat oleh orang lain.
Selly mendekati Oliv dan mengajaknya untuk berdiri, “Ayo kita pergi”, Selly membawakan tas Oliv dan mengajaknya pergi ketaman untuk menenangkan diri.
“Ini minum dulu”, Selly memberikan sebotol air mineral untuk Oliv.
Setelah membuka segel serta tutupnya Oliv langsung menikmati minuman itu.
Kembali Selly mencoba menenangkan sahabatnya itu.
Dari jauh Selly melihat Disti datang mendekati mereka berdua.
“Itu belum seberapa, masih banyak yang pengin gue lakuin buat ngehancurin loe!”, gertak Disti pada Oliv yang sudah sedikit merasa tenang.
Karena perkataan Disti tersebut Oliv langsung bisa mengambil kesimpulan pasti Disti yang ada dibelakang ini semua, Oliv bangkit dari tempat duduknya, “Pasti loe kan yang ngelakuin ini semua? Kurang ajar!”, Oliv langsung menampar pipi Disti dengan begitu keras. “Gue sudah lama sabar menghadapi ulah loe yang gak waras itu, tapi sekarang gue nggak akan biarin loe nginjek-nginjek gue lagi!”, kata Oliv keras dan tegas.
Selly kuwalahan, dia mencoba menghalangi Oliv dan Disti tapi dia terlalu lemah. Dia hanya bisa berharap agar semua ini nggak berlanjut ke perkelahian seperti waktu dulu.
“Terus loe mau ngapain? Pukul gue? Silahkan!”, ucap Disti menantang, dia menyodorkan pipi kirinya.
Dengan keras dan cepat Oliv kembali menampar pipi kiri Disti.\
Walaupun terasa sakit Disti masih bisa tersenyum sinis untuk Oliv. Mahasiswa-mahasiswa yang lain mulai berdatangan untuk menonton adegan itu, tapi karena Oliv nggak mau mempermalukan dirinya sendiri dia langsung pergi meninggalkan Selly dan Disti di taman.
Dia pergi ke parkiran, “Sialan!”, dia baru ingat kalau hari ini dia nggak bawa mobil.
Oliv mencoba menghubungi ponsel Adit tapi nggak diangkat-angkat juga, lalu dia berjalan keluar kampus menyusuri jalan. Tiba-tiba rintik hujan membasahi bumi, Oliv yang sudah mulai kebasahan berhenti disebuah halte bus dengan beberapa oarang lain.
“Haaaa!”, Oliv berteriak keras untuk sedikit meluapkan kekesalannya.
Dia nggak mempedulikan orang-orang yang ada disekitarnya yang terus-terusan memandangnya dengan pandangan keheranan. Ada sebuah bus yang berhenti, semua orang yang ada di halte kecuali Oliv naik ke bus, mereka meninggalkan Oliv sendirian.
Diambil HP-nya lagi yang ada disaku, dia mencoba menghubungi Adit. Sekarang HP Adit jadi nggak aktif, Oliv makin marah dibuatnya untuk melampiaskan itu semua dia langsung membanting HP-nya itu ke trotoar tapat saat mobil Adit lewat dan Adit melihat apa yang Oliv lakukan. Dia nggak bisa menghentikan mobilnya disitu karena dia sedang bersama Vina yang dari tadi terus mengancamnya.
Isakan tangis Oliv nggak terelakan lagi, dia menangis sambil melipat kakinya dan memeluknya erat-erat di kursi halte bus yang sepi itu. Adit benar-benar nggak bisa apa-apa, dia hanya khawatir dengan keadaan Oliv sekarang ini tapi karena ada Vina jadi dia nggak bisa berbuat apa-apa untuk dirinya sendiri dan juga Oliv.
Ada sebuah mobil yang menepi didekat halte bus itu, dan seseorang turun sambil membawa payung. Orang itu Mario, Mario memungut kembali HP Oliv yang sudah hancur di trotoar dan mencoba mengembalikannya pada Oliv.
Mario menyodorkan tangannya yang membawa HP itu, Oliv merasakan ada orang didepannya dia mencoba membuka matanya dan melihat Mario disitu. Dia mengambil HP nya kembali dan langsung meletakkannya di kursi tanpa berkata apapun. Lalu Mario duduk disamping Oliv, dia melepaskan jaketnya dan memberikannya pada Oliv.
“Nggak perlu!”, ucap Oliv ketus.
Karena nggak mau Oliv basah dan kedinginan, Mario menyelimutkan jaket itu pada Oliv. Tapi karena Oliv sudah menolak jaket itu tadi, dia melemparkan jaket itu ke trotoar seperti yang dia lakukan pada Hpnya tadi. Mario beranjak lalu mengambil jaket itu kembali lalu diletakkannya di kursi halte bersebelahan dengan HP Oliv yang sudah rusak.
“Tunggu disini sebentar”, Mario bergegas pergi, dia berlari tanpa menggunakan payung.
Dia menembus rintikan hujan, dia berlari menuju coffee shop yang nggak jauh dari tempat mereka itu, yaitu coffee shop yang ada di dekat kampus. Dengan cepat Mario berlari dan masuk dalam coffee shop itu.
“Americano ukuran besar satu”, ucap Mario memesan kopi faforit Oliv.
Lalu Mario melihat kesekeliling untuk mencari jam tapi yang dia temukan malah Adit yang lagi makan bersama seorang cewek yang nggak dia kenal. Mario langsung menghampiri Adit dan Vina, sampai diantara keduanya Mario langsung menghadiahkan pukulan untuk Adit.
Masih memegang kerah baju Adit, “Loe disini enak-enakan sama cewek lain dan ngebiarin istri loe sendiri mati kedinginan nungguin loe ngejemput dia! Loe bener-bener gila nyia-nyiain Oliv demi cewek ini!”, ucap Mario penuh amaran pada Adit.
Suasana ruangan itu berubah mencekam tapi nggak bakal ada perkelahian disitu karena Mario menyudahinya, dia mengambil kopi pesanannya lalu langsung pergi menuju halte lagi.
Adit nggak membalas apa-apa pada Mario, karena dia memang begitu lemah dan bersalah membiarkan Oliv kedinginan diluar, dan dirinya malah asyik-asyikan makan disini. Tapi dia nggak bisa berbuat apa-apa, dia terlalu takut kalau sampai-sampai Oliv melihat foto dirinya bersama dengan Vina.
Mario menyodorkan cup coffee itu untuk Oliv, disaat yang sama mobilnya Adit kembali melintas kali ini amat pelan dan terlihat Adit terus melihat kearah Oliv yang masih nggak mau menerima minuman yang Mario beli tadi. Tapi kemudian Oliv meraih minuman itu, Mario terlihat sedikit senang, nggak lama kemudian Oliv melempar minuman itu ke trotoar. Adit juga berlalu kembali menuju rumahnya.
“Nggak usah ganggu gue! Biarin gue sendiri!”, teriak Oliv keras pada Mario.
Tapi Mario nggak bergeming, dia malah duduk di kursi halte itu, “Semua orang punya masalah, pernah ngerasa kecewa, bersalah, nggak berdaya, dan tentu saja kesedihan. Dan gue sebagai cowok nggak mungkin kayak loe bisa nangis begitu saja”, ucap Mario ringan.
Oliv mengalihkan pandangannya pada Mario yang etrlihat serius.
“Ungkapan yang selalu gue suka, I love walking in the rain because no one can see me cry!”, kata Mario sambil tersenyum. “Waktu gue down banget, waktu ada masalah, waktu sedih gua nggak bisa nangis gitu aja, lalu gue menyimpannya dulu dan bakal gua luapin saat hujan, biar nggak ada yang bisa ngelihat lemahnya gue!”.
Mario berdiri dan berjalan menuju hujan lalu dia teriak sekencang-kencangnya untuk melepaskan bebannya. Berharap hujan akan menghapus semuanya. Oliv yang sedari tadi terdiam mengikuti apa yang Mario lakukan, dia mencoba melepaskan semuanya, semua bebannya.
Hujan mulai reda, Mario menawarkan dirinya untuk mengantar Oliv pulang tapi Oliv menolaknya dia ingin naik taksi saja. Mario menuruti apa yang Oliv mau, dia mencoba menghentikan taksi yang ada dijalan.
Dari dalam rumah Oxel melihat kakaknya yang turun dari taksi.
Setelah taksi itu berlalu, mobil Mario juga berlalu. Dari halte sampai ke rumah ini, Mario terus mengkuti taksinya Oliv.
“Kakak, ayo ikut aku”, ajak Oxel yang langsung menarik tangan kakaknya yang begitu dingin.
“Ada apa?”, tanya Oliv bingung, “Kakak harus bersihin badan dulu”, Oliv berniat pergi kekamarnya tapi Oxel nggak membiarkan begitu saja.
Oxel menarik Oliv menuju ruang kerja, dia memberikan isyarat agar Oliv diam sejenak. Oxel membuka pintu itu pelan-pelan dan seketika itu juga Oliv terkejut karena melihat Vina hendak mencium bibir Adit.
“Stop!”, teriak Oliv keras.
Dia mencoba mendekat pada Adit dan Vina lalu membanting tasnya ke lantai, “Jadi kalian ngelakuin semua ini dibelakang aku? Berkedok ngerjain skripsi tapi malah ngelakuin hal-hal gila seperti ini. Iya? Hah? Jawab!”, teriak Oliv makin keras sampai mbok Sumi yang ada didapur mendengarnya.
Oliv melangkah maju dan matanya melihat sebuah foto yang terjatuh dilantai, dia mengambil foto itu dulu, “Astagfirulloh!”, teriak dia sambil terduduk lemas di lantai.
Mbok Sumi datang dan melihat itu, lalu dia meembawa Oxel naik kekamarnya.
Adit mendekati Oliv lalu duduk di depannya, “Nggak, ini nggak seperti yang kamu pikirin. Dengerin penjelasan aku dulu”, ucap Adit sambil memegang kedua pundak istrinya itu.
Dengan cepat Oliv menepis tangan Adit ,”Nggak ada yang perlu dijelasin lagi, semuanya sudah jelas!”.
Oliv kembali berdiri, Adit juga melakukan hal yang sama, Adit kembali mencoba untuk memeluk Oliv tapi lagi-lagi nggak berhasil, “Aku nggak mau lihat muka kalian berdua lagi!”, ucap Oliv sambil berlalu keluar dari ruangan itu.
Dia berlari kekamarnya lalu mengemasi beberapa bajunya, tentu saja Adit mengejar Oliv kekamarnya, Adit mencoba menghentikan Oliv, “Jangan. Aku nggak mau kamu pergi, aku nggak bisa hidup tanpa kamu”, ucap Adit.
Tapi Oliv nggak menghiraukan itu semua, Oliv bangkit dan membawa tasnya serta meraih kunci mobil yang tergeletak dimeja. Oliv berjalan menuju kamar Oxel, lalu dia menyuruh Oxel untuk membawa tasnya karena sore ini juga mereka harus keluar dari rumah ini. Oxel menggendong tasnya lalu mengikuti kakaknya pergi. Adit masih mencoba menghalangi tapi sekarang Oxel dan Oliv sudah ada didalam mobil lalu dengan cepat Oliv mengendarai mobilnya keluar dari halaman rumah itu.
Adit bergegas kembali kekamarnya untuk mencari kunci mobilnya.
Oliv sudah jauh pergi, dia benar-benar kalut. Sampai akhirnya ‘BREEEEK!’, ada kecelakaan tepat dihadapnnya, untuk menghindari kecelakaan itu dia mencoba membanting stir ke kiri tapi nggak disangka-sangka dari arah belakangnya ada mobil dengan cepat menghanpatm mobil Oliv dari sebelah kiri.
Mobil Oliv terpelating berkali-kali.
Langsung saja orang-orang berkerumun disekitar area kecelakaan beruntun itu.
Oliv tersadar, dari kepalanya terus bercucuran darah segar, dia melihat sekelilingnya yang sudah riuh dengan orang-orang yang hanya menonton, “Oxel, bangun. Oxel”, Oliv memanggil Aditnya yang nggak bergerak sama sekali.
Lalu dia terisak dan tak sadarkan diri.
Mobilnya Adit terjebak kemacetan panjang, dia benar-benar khawatir karena mendengar ada kecelakaan didepan sana, jadi dia memutuskan untuk keluar dari mobil dan berlari untuk memastikan bukan Oliv dan Oxel yang menjadi korban.
“Oliv! Oxel!”, teriak Adit sesaat setelah melihat Oliv dan Oxel ditandu menuju ambulans.
***7***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...