•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Sabtu, 01 Oktober 2011

Coffee Milk [Part 5]


Waktu shubuh kali ini Vanes sudah selesai mandi dan siap dengan tas ranselnya yang memuat apa-apa saja yang dia butuhkan untuk touring kali ini.
“Katanya Kevin sama Hana, terus anak papah yang cantik ini sama siapa?”, tanya papah.
Sibuk dengan motornya, “Kayaknya sama Evan. Anaknya om Lukman temennya Papah”, jawab Vanes masih dengan mengecek kesiapan motornya.
Vanes kembali mengecek barang-barang bawaannya, dia nggak mau ada yang tertinggal satupun karena prinsip dia itu nggak mau merepotkan orang lain, jadi dia harus berusaha sendiri. Vanes jadi keranjingan ikut touring motor karena dulunya Papah sering mengajaknya ikut serta dalam kelompok motor gedhe Papahnya itu, tapi karena kesibukan yang makin menyita waktu jadi Papah jadi nggak bisa touring lagi.
Jam 6 tepat, Vanes berangkat menuju tempat yang sudah ditentukan sebagai lokasi start perjalanan kali ini.
Sampai disana sudah banyak para member yang berkumpul. Vanes celingak-celinguk untuk mencari sosok Kevin dan tiba-tiba ada yang menepuk punggungnya, dia dibuat kaget karenanya. Ternyata itu Kevin yang baru saja sampai ditempat itu, Kevin bersama dengan Hana yang sama sekali nggak menyapa Vanes yang merupakan teman sekelasnya di universitas, tapi itu nggak masalah bagi Vanes, Hana, dan juga Kevin.
“Mana Evan?”, tanya Kevin pada Vanes.
Padahal pertanyaan itu yang tadi ada dibenak Vanes dan ingin dia ungkapkan pada Kevin, tapi Kevin malah menanyakan itu padanya, jelas saja dia nggak tahu harus menjawab apa karena memang dia nggak tahu.
“Mana gue tahu!”, jawab Vanes singkat dengan nada ketus.
Sesaat setelah itu Vanes turun dari motornya untuk sedikit meregangkan badan. Dan nggak lama setelah itu Evan datang juga dan langsung menghampiri ketiganya.
“Kak Evan ikut juga?”, tanya Hana dengan nada manja.
Kevin dan Vanes diabuat geli dengan kalimat pertanyaan dari Hana tersebut. Hanya mengangguk, Evan mengangguk untuk menjawab pertanyaan dari Hana.
Vanes menyerahkan kunci motornya pada Evan, “Nih kuncinya”, ucap Vanes singkat.
Tentu saja Evan meraihnya karena kalau dia mau ikut dia harus menaiki motor Vanes yang masih kosong ini. Hana terlihat sangat nggak suka.
“Kak, kenapa nggak loe aja yang bawa motornya Vanes?”, tanya Hana ketus.
Kevin menggeleng pasti, “Ogah! Gue nggak mau motor gue ini dipegang orang lain. Kalau loe nggak mau bareng gue ya tinggal loe nggak usah ikut aja”, jawab Kevin nggak kalah ketusnya.
Langsung saja Hana mengalihkan pandangannya pada Vanes, bermaksud sama yaitu intinya dia pengin Evan satu motor dengannya dan bukan dengan cewek lain apalagi sama Vanes yang nggak dia suaki tersebut. Tapi Vanes langsung tanggap dan mengerti maksud dari Hana sebelum Hana mengungkapkan itu pada ditinya, “Gue juga ogah ninggalin motor gue!”, jawab Vanes nggak kalah ketus dibanding Kevin dan Hana tadi.
Akhirnya perdebatan itu terhenti karena sudah saatnya untuk breafing sebelum keberangkatan mereka menuju Bandung untuk menghabiskan week end kali ini. Nggak lupa untuk berdoa demi keselamatan semuanya, mereka serius dengan hal itu karena hal seperti itu nggak bisa diprediksi dan mereka hanya bisa berdoa demi keselamatan bersama.
Saatnya untuk berangkat, Hana tetap bersama Kevin menaiki motor Kevin, Vanes juga tetap menaiki motornya dan yang mengemudikan yaitu Evan.
Dari tadi Vanes nggak berpegangan pada Evan, dia hanya melipat tangannya dan menikmati perjalanan ini. Dia ogah buat berpegangan di pinggang Evan, dalam ingatan Vanes masih teringat jelas perkataan Evan yang menyakiti hatinya waktu Vanes melabrak Bimo karena selingkuh, sampai saat ini dia belum bisa melupakan itu semua.
Vanes emang sensitif hal-hal yang menyangkut seorang ibu, karena dia nggak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu, dia hanya mempunyai Papah yang juga berperan sebagai Mamah di kehidupan sehari-harinya.
Nggak sampai 2 jam rombongan itu sampai di Bandung, lalu melanjutkan perjalanan ke sebuah rumah makan untuk sarapan bersama. Mereka semua mulai memesan makanan yang akan mereka santap pagi ini.
Vanes, Kevin, Evan, dan Hana berada di meja yang sama, Kevin bertugas memesan makanan untuk mereka berempat. Apa yang akan Hana, Evan, dan dirinya sudah tercatat di otak dan Kevin pergi untuk memesan makanan itu.
Kenapa Vanes nggak ditanyain mau sarapan apa? Itu karena Vanes sudah membawa makanan sendiri dari rumah. Dikeluarkannya dua buah roti gandum dari dalam tas dan juga sekotak susu cair faforitnya. Evan terlihat keheranan dengan menu sarapan Vanes yang cuman roti dan susu aja. Daripada terlihat menganga, Evan buru-buru menikmati kopi hangatnya itu. Seperti halnya Vanes yang gila akan susu cair, Evan juga sama pokoknya nggak ada hari tanpa kopi. Paling tidak setiap sarapan ada kopi yang menemaninya.
Sarapan selesai sarapan mereka kembali ke formasi seperti yang tadi, kali ini mereka menuju kawah putih.
_+++_
Hana benar-benar menempel pada Evan, sedangkan Kevin dan Vanes lagi asyik berburu moment untuk diabadikan di kamera masing-masing. Hari ini Evan kembali melihat sosok Vanes yang berbeda, Vanes kali ini lebih tenang dan nggak banyak ngomong, Vanes juga terlihat serius dengan apa yang dia lakukan nggak seperti yang sering dilihatnya dikampus, Vanes yang acuh dengan semua hal.
Hari makin malam. Saatnya untuk makan malam.
Mereka berhenti disebuah rumah makan lagi, hampir sama seperti tempat mereka sarapan tadi pagi. Kevin, Evan, dan Hana duduk bersama, sedangkan Vanes lagi ke toilet untuk cuci muka.
Pelayan datang menghampiri ketiganya dan mulai mencatat pesanan mereka, nggak begitu lama kemudian Vanes juga datang dan langsung duduk di kursi yang ada diantara Kevin dan Hana.
“Ada mie ayam? atau pasta? Atau ada mie rebus?”, tanya Vanes dengan nada penuh harap.
Pelayan itu mulai berfikir, “Kalau mie rebus bisa kita siapkan”, jawab pelayan itu meyakinkan.
Vanes terlihat senang, “Kalau gitu mie rebus terus di kasih telur ayam tapi putihnya aja, sama dikasih sawi, jangan pakai pedes!”, ucap Vanes menjelaskan apa yang dia mau.
Hana, Kevin, dan Evan di buat tercengang, permintaan Vanes yang aneh. Tadi siang dia memilih untuk makan mie ayam dan untuk makan malam kali ini dia memilih untuk makan mie rebus campur telur dan sawi.
“Loe nggak apa-apa makan mie melulu?”, tanya Kevin agak khawatir.
Lalu dikibaskan tangannya, “Tenang aja, ini sudah biasa”, jawab Vanes enteng tanpa beban.
Makanan datang dan mereka mulai menikmati itu semua.
Saatnya untuk pulang, mereka semua harus kembali ke Jakarta malam ini juga.
“Loe pasti capek, sini biar gantian gue yang didepan”, kata Vanes mencoba bernegosiasi dengan Evan untuk bertukar posisi.
Tapi Evan menolaknya, karena sudah minum kopi tadi dia merasa segar dan pasti sanggup sampai ke Jakarta tanpa rasa kantuk.
Mereka semua harus lebih berhati-hati karena jalan yang mereka leati malam ini licin akibat gerimis yang mengguyur Bandung sore tadi. Tentu saja mereka semua mengutamakan keselamatan, jadi nggak perlu terburu-buru untuk sampai di Jakarta.
Dan tiba-tiba, ‘SLAAARRRK! BRAAK!!’.
“Awas!” teriak Vanes keras.
‘BRAAK!’.
Motor yang ada didepan Evan dan Vanes gagal menghindari lubang jalan, motor yang ada didepannya itu jatuh dan terseret cukup jauh lalu menghantam pembatas jalan. Sedangkan Evan dan Vanes yang tepat ada dibelakang motor yang tadi nggak bisa mengendalikan motor dengan baik, walaupun sudah mengerem tapi karena jalan yang licin membuat Evan dan Vanes jatuh juga.
Evan jatuh hingga terguling-guling beberapa meter di trotoar, sedangkan Vanes jatuh di aspal, dengan tumpuan pertamanya yaitu siku kirinya setelah itu kepalanya terbentur ke aspal hingga helmnya terlepas. Nggak disangka-sangka motornya jatuh dan menimpa kaki kiri Vanes. Tapi saat itu Vanes nggak langsung hilang kesadaran, dia masih terjaga dan sadar dengan peristiwa tersebut.
Teman-temannya yang lain segera berhenti dan menolong korban. Pengendara motor yang ada didepan Evan dan Vanes sudah mendapatkan pertolongan dari temn-temannya. Evan juga langsung ditolong Hana dan beberapa teman lainnya.
“Loe jangan banyak bergerak, kita mau angkat motor loe dulu!”, ucap Kevin pada Vanes yang meringis kesakitan.
Evan yang merasa dirinya nggak apa-apa ingin sekali menolong Vanes tapi buru-buru di halangi oleh ketua touring karena Evan mendapat luka lecet cukup banyak dan harus diobati. Rekan-rekan yang lain mencoba menelfon ambulans agar datang secepatnya.
Pelipis kiri Vanes mengeluarkan dara cukup banyak, karena siku kirinya terbentur aspal, Vanes nggak bisa menggerakkan tangan kirinya, dan kaki kirinya juga nggak bisa digerakkan, tapi dalam kondisi itu Vanes masih sadar dan nggak pingsan.
“Kapan ambulansnya datang?”, teriak Kevin karena khawatir dengan teman-temannya yang terluka.
Karena belum juga ada tanda-tanda dari ambulans yang datang, beberapa anggota touring yang lain mencoba menghentikan mobil yang berlalu lalang untuk meminta bantuan.
Akhirnya ada  sebuah mobil pick up yang baru saja selesai mengantarkan sayur berhenti dan mau menolong mereka. Teguh dan Wendra yang tadi jatuh duluan langsung dinaikkan ke mobil itu dengan keadaan nggak sadarkan diri. Evan juga dibawa naik mobil itu, dan Vanes juga harus segera mendapatkan perawatan jadi dia juga harus naik ke mobil itu. Dia digendong Kevin naik ke bak pick up mobil sayur itu.
Nggak terasa Vanes meneteskan air mata karena sedih melihat keadaan Teguh dan Wendra yang terlihat parah dengan luka yang bertebaran dimana-mana. Kevin dan Gagah si kapten touring ini mencoba menyelimuti Teguh dan Wendra agar tidak kedinginan dan terus menjaga kedunya serta mengontrol denyut nadi mereka. Vanes meringis kesakitan, Evan sangat khawatir dibuatnya tapi dia nggak bisa berbuat apa-apa.
Sampai juga mereka dirumah sakit.
Mobil ambulans yang harusnya datang untuk mereka ternyata baru siap di pintu utama.
Tapi kemudian dengan cepat para dokter dan perawat mulai menangani para korban kecelakaan tersebut. Saat digendong turun dari mobil Vanes pingsan karena sudah nggak kuat lagi menahan sakit yang menderanya.
Tepat jam 12 tengah malam.
Vanes bangun dari pingsannya, dia mulai membuka matanya pelan-pelan lalu dia menutupnya kembali karena silau dengan lampu di ruangan itu lalu dia mencoba membuka matanya kembali.
Dia melihat ada Papah, Evan, Kevin, dan juga Gagah. Semuanya khawatir dengan Vanes yang menjadi satu-satunya korban cewek, tapi nggak disangka-sangka Vanes malah menebarkan senyum pada orang-orang yang menungguinya itu, “Nggak usah masang wajah angker gitu. Gue baik-baik aja”, ucap Vanes lemah.
“Loe itu yah selalu aja seperti ini. Berhubung loe sudah sadar dan bisa ketawa, gue lihat kondisi Teguh dan Wendra dulu ya”, pamit Gagah pada Vanes.
Setelah Vanes mengangguk, Gagah segera keluar dari ruangan itu menuju ruang tempat Teguh dan Wendra berada. Kevin juga ikut-ikutan pergi menyusul Gagah.
“Loe baik-baik aja kan?”, tanya Vanes pada Evan yang terlihat syok.
“Harusnya gue yang tanya itu sama loe. Apa loe baik-baik aja?”, Evan balik tanya.
Vanes nggak menjawabnya, dia mencoba untuk duduk dan langsung mendapat bantuan dari Papahnya. “Pulang yuk Pah”, ajak Vanes.
Papah malah mencubit kedua pipi Vanes, “Kamu itu nggak baik-baik aja. Kaki kamu itu...”.
Belum sempat menyelesaikan kalimatnya Vanes langsung memotong pembicaraan, “Pergelangan kaki kiri retak, tulang kering retak parah, siku kiri retak juga, pelipis kiri dijahit”, Vanes menjelaskan luka-luka yang dideritanya. “Alhamdulillah Vanes masih hidup”, lanjut Vanes riang.
Papah dan Evan benar-benar dibuat tercengang dengan sikap Vanes yang terkesan biasa-biasa aja menghadapi lukanya itu.
“Ayo Pah, kita pulang”, rengek Vanes meminta untuk pulang.
“Nggak!”, jawab Papah tegas, “Setidaknya besok kita baru pulang”, lanjut Papah.
***5***              



Bersambung ke Coffee Milk [Part 6] 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...