Dua
minggu telah berlalu.
Hari
ini Ayah akan kembali ke Jepang, begitu juga dengan Oliv yang juga ingin ikut
Ayahnya ke Jepang. Mamah dan Papah begitu sedih karena di tinggal menantunya
yang baik itu.
“Apa
kamu yakin mau pergi ke Jepang dan ninggalin Mamah?”, tanya Mamah sambil
menggenggam erat kedua tangan Oliv.
Oliv
yang menangis langsung memeluk erat Mamahnya itu, “Aku nggak mau ninggalin
Mamah, tapi Oliv harus pergi. Hanya Ayah yang sekarang Oliv miliki”, ucap Oliv
dalam isakannya.
Setelah
berpamitan dengan Mamah dan Papah sekarang giliran Oliv berpamitan dengan Adit,
Oliv nggak mau menatap mata Adit, dia juga nggak mau berkontak fisik dengan
Adit, tapi Adit dengan cepat memeluknya erat, “Kalau ada sesuatu yang bisa
bikin kamu nggak jadi pergi, pasti akan aku lakukan sekarang juga”, bisik Adit
penuh harap.
Ayah,
Mamah, dan Papah membiarkan Adit berbicara sebentar dengan Oliv.
Kemudian
Oliv melepaskan pelukan Adit, dia mencoba melepaskan cincin pernikahannya. Lalu
diserahkannya pada Adit, “Mungkin aku nggak akan pulang kesini lagi”, ucap
Oliv.
Adit
nggak mau menerima cincin itu, di letakkannya lagi cincin itu digenggaman
tangan Oliv, “Mau itu seminggu atau sebulan atau setahun atau sepuluh tahun
atau kapanpun, kalau kamu sudah bisa maafin kesalahanku, pakai cincin ini lagi dan
pulang kesini. Sampai kapanpun aku akan sabar menunggu”, kata Adit serius dan
terlihat meyakinkan.
Oliv
kehabisan kata-kata, dia diam dan terus memandangi cincin yang digenggamnya.
Pengumuman
untuk penumpang pesawat tujuan Jepang terdengar, Oliv langsung berjalan kearah
Ayahnya, tapi Adit meraih tangan kiri Oliv, “Aku akan selalu sabar menunggu
kamu”, ucap Adit lalu melepaskan dekapan tangannya.
Oliv
dan Ayah sudah berjalan cukup jauh, “Aku akan selalu ceritain semua yang aku
lakukan, aku akan menceritakannya secara lengkap sama kamu”, teriak Adit cukup
keras sehingga membuat Ayah dan Oliv mendengarnya dengan jelas.
Satu
bulan setelah Oliv pergi ke Jepang.
“Bagaimana
kabar kamu sayang? Aku harap kamu selalu baik-baik saja. Hari ini skripsiku
selesai. Leganya. Tinggal nunggu jadwal sidangnya, menegangkan. Tadi di kampus
aku ketemu sama Mario, dia nitip salam buat kamu, dia ingin kamu balik ke
Indonesia lagi. Tahu nggak, Mario jadi makin kurus tuh gara-gara kamu, dia
terlalu sedih menjalani kenyataan kamu ada di Jepang. Tapi tetep aja yang
sedihnya nomer satu ya tetep aku. Oh ya, kali ini segini aja ya. Mamah minta
aku anterin belanja ke pasar, Mamah juga kangen banget sama kamu. Salam sayang
Adit, yang akan selalu menunggumu sampai kapanpun J”.
Itu
e-mail yang Adit kirim untuk Oliv hari ini.
Setiap
hari Adit selalu memberikan kabar tentang dirinya, Mamah, Papah, dan juga
teman-teman mereka kepada Oliv, walaupun belum sekalipun Oliv membalas
e-mailnya dia tetap nggak mau berubah, dia terus berusaha membuat Oliv percaya
lagi terhadap dirinya, paling nggak dia percaya kalau Oliv pasti akan membaca
e-mail yang dia kirimkan.
Oliv
juga nggak pernah telfon kerumah, paling cuman Ayah yang memberi kabar ke
keluarga besannya itu. Tapi itu nggak bisa membuat Adit putus asa dan menyerah,
dia tetap berusaha untuk membuat Oliv kembali pada dirinya.
Hari
ini Rama dan Selly nggak ada kuliah jadi mereka memutuskan untuk mampir kerumah
Adit, karena awalnya mereka juga sudah merencanakan sesuatu. Mereka berencana
membuat video lip sing, mereka akan meng-cover lagunya Bruno Marz yang judulnya
The Lazy Song. Dengan properti baju kotak-kotak warna-warni dan topeng binatang
monyet, ketiganya beraksi didepan kamera.
Mereka
benar-benar lucu, nggak tahu malu dan cuek aja, mereka bergaya sesukanya untuk
menghibur Oliv pastinya.
Malamnya
Adit langsung menulis e-mail dan menyertakan video yang tadi siang dibuatnya
bersama Rama dan Selly.
“Hallo sayang J. Hari ini
bener-bener hari yang malazzzz. Nggak ada kerjaan dirumah, biasanya disibukin
sama skripsi tapi sekarang sudah nggak, jadi aku bikin video ini sama Rama dan
Selly, moga bisa bikin kamu sedikit tertawa. Tuh sudah aku lampirin, tinggal
nanti di tonton. Happy watching J. Salam sayang
selalu dari Adit yang setia menunggumu. Katanya orang Jepang, ‘Aishiteru’,
hehehe.”
Kemudian
Adit men-shut down laptopnya, lalu dia pergi tidur. Sekarang Adit memiliki
kebiasaan yang serupa dengan Oliv, kalau Oliv dulu tidur dengan terus memeluk
erat foto Bundanya, sekarang Adit selalu tidur sambil mendekap erat foto Oliv.
Dia begitu mencintai Oliv. Seperti kebiasaan Oliv, Adit mulai rutin sholat
malam, dan doanya yang pertama adalah agar Oliv kembali kesisinya, dia selalu
berharap seperti itu.
“Pagi tadi
aku, Mamah, sama Papah nyekar ke makam Bunda dan Oxel. Aku minta doa sama Bunda
dan Oxel agar aku diberi ketenangan dalam sidang nanti. Dan Alhamdulillah, ini
aku baru aja pulang dari kampus dan cepet-cepet pengin ngabarin ini semua sama
kamu. Aku yakin aku akan lulus, semua karena dukungan kamu juga sayang J, terima
kasih. Oh ya, wisudanya sebulan lagi. Aku pengin banget kamu datang dan bisa
mendampingi aku disaat yang baik itu, aku berharap kamu sudah bisa maafin aku
dan kembali kesini sebelum acara itu. Mamah sama Papah juga mengeluh kangen
sama kamu, Rama sam Selly juga seperti itu, apalagi aku. Aku selalu
merindukanmu dan selalu mengharapkan kamu cepat kembali. Hari ini juga Disti
minta maaf sama aku, dia minta maaf buat semuanya, dia juga minta maaf sama
kamu. Kali ini dia akan berubah dan menjadi sahabat kita, aku harap itu tulus,
setulus cintaku sama kamu. Cepat pulang ya sayangJ.”
Keesokan
harinya Adit kembali mengirim e-mail untuk Oliv.
“Hari ini aku
benar-benar kangen sama kamu sayang. Sampai-sampai aku nggak bisa ngapa-ngapain
karena kepikiran kamu terus. Tadi aku denger lagu bagus di coffee shop deket
kampus, judul lagunya Don’t Say Goodbye dari CN Blue, band Korea gitu. Ini aku
lampirin lagunya, itu kayak hatiku sekarang ini, aku nggak bisa hidup tanpa
kamu. Cepat kembali sayang, aku selalu menunggumu J”.
++++
“Maaf tuan, Ibu sama Bapak baru saja pergi.
Emh tuan, apa saya boleh bicara sama non Oliv? Ada sesuatu yang penting yang
harus saya katakan pada non Oliv”, pinta mbok Sumi pada Ayah.
Ayah
menyetujui hal itu, lalu menyerahkan handphone-nya pada Oliv.
“Hallo
mbok”, sapa Oliv.
Mbok
Sumi terharu karena Olivia mau berbicara dengannya, dia juga rindu dengan
seuara Oliv tersebut.
“Kata
Ayah, ada hal penting yang ingin mbok Sumi katakan sama Oliv. Apa itu mbok?”,
lanjut Oliv menanyakan langsung pada intinya.
Mbok
Sumi mulai berbicara, sebelumnya dia menarik nafas panjang lalu menghembuskannya
untuk mendapatkan semangat, “Semua itu bukan salah mas Adit. Dia hanya korban
dari Vina. Foto yang non lihat itu rekayasa Vina. Vina membubuhkan obat tidur
di minuman Adit, dan saat Adit tertidur di ruang kerja Vina membuka bajunya
sendiri dan dia juga membuka baju mas Adit lalu membuat foto dengan keadaan
seperti itu. Foto itu lalu dijadikan alat buat mengancam mas Adit agar mau
menuruti apa yang dia inginkan, mas Adit yang bingung hanya bisa diam. Tapi
saya jamin mas Adit dan Vina nggak melakukan apa-apa, saya cerita seperti ini
karena saya melihat semuanya. Semoga dengan ini non Oliv bisa cepat pulang
kerumah”.
Akhirnya
Mbok Sumi selesai menjelaskan semuanya, setelah itu Oliv langsung menutup
telfon itu.
“Non,
hallo. Hallo non Oliv?”, karena sudah nggak mendengar suara Oliv lagi, mbok
Sumi menutup telpon itu juga.
“Apa
mbok? Oliv? Tadi Oliv yang telfon?”, Adit bergegas mendekat pada mbok Sumi.
Dengan
terbata-bata mbok Sumi menjawab itu dan menjelaskan apa-apa saja yang dia
katakan pada Oliv tadi melalui telepon.
Setelah
itu Adit bergegas kekamarnya dan langsung mengaktifkan jaringan internetnya,
kemudian dengan cepat membuka e-mailnya. Adit terkejut, ada e-mail baru yang
datangnya dari Oliv, langsung saja Adit membuka e-mail itu dan mulai membacanya
dengan seksama.
“Jemput aku
besok di bandara”.
Oliv
cuman mengirimkan itu dalam e-mailnya untuk Adit.
Tapi
walau sesingkat itu Adit sangat merasa senang, dia benar-benar senang. Walaupun
Oliv nggak lengkap menyebutkan kapan tepat waktunya dia pulang, Adit akan
menjemputnya.
Keesokan
harinya.
Setelah
sholat shubuh Adit langsung mandi dan bersiap-siap ke bandara.
Tepat
jam 07.00 wib, Adit sudah sampai di Bandara.
Ada
pesawat dari Jepang yang mendarat, dia segera berdiri di pintu keluar
penerbangan internasional, berharap Oliv turun dari pesawat itu. Tapi ternyata
Oliv nggak kunjung terlihat. Adit memutuskan untuk sarapan dulu di tempat makan
yang ada di bandara.
Siangnya
kembali ada pesawat dari Jepang yang landing, Adit kembali menunggu Oliv di
pintu keluar. Tapi masih saja dia dikecewakan dengan nggak adanya Oliv di
rombongan orang yang keluar.
“Cuman
nunggu beberapa jam. Nggak masalah buat yang namanya Adit! Selama ini juga aku
sudah bisa menunggu Oliv dengan sabar”, ucap Adit menenangkan dirinya sendiri.
Jadwal
terakhir pesawat dari Jepang yang landing, Adit yakin pasti Oliv ada di
rombongan ini. Dan benar, Adit melihat Oliv berjalan sambil mendorong troli
yang berisi barang-barangnya. Dengan cepat Adit melewati kerumuna orang banyak
demi menghampiri Oliv. Adit berdiri di depan troli yang Oliv dorong untuk
mengagetkannya.
Adit
tersenyum lebar, nggak dengan Oliv yang bersekap biasa saja. Oliv berjalan
mendekati Adit.
“Maaf,
aku nggak bisa memakai ini”, ucap Oliv sambil memberikan cincin pernikahannya
pada Adit.
Seperti
tersambar petir disiang bolong, Adit benar-benar syok. Ternyata penantiannya
selama ini sia-sia, Oliv belum juga memaafkannya.
“Kenapa?”,
tanya Adit dengan raut wajah pucat pasi dan mata yang berkaca-kaca.
Cukup
lama keduanya terdiam, hanya menatap satu sama lain.
Sesaat
kemudian Oliv berbicara juga, “Aku nggak bisa memakai cincin itu sendiri, aku
maunya kamu yang menyematkan cincin itu di jari aku”, lanjut Oliv sambil
tersenyum.
Lagi-lagi
Adit dibuat merasakan petir di siang bolong, dia benar-benar terkejut. Ternyata
Oliv sudah memaafkannya. Lansung saja Adit memeluk istrinya itu dengan penuh
cinta.
Hari
saat wisuda Adit.
Adit
menjadi mahasiswa yang lulus dengan predikat cumlaude, dia juga diberi
kehormatan untuk berpidato didepan semua wisudawan dan wisudawati.
Saatnya
foto-foto.
Jepretan
pertama Adit dan keluarga, ada Papah, Mamah, Ayah, Oliv dan tentu saja Adit.
Jepretan kedua Adit bersama Oliv, Rama, dan juga Selly. Jepretan ketiga dirinya
bersama dengan Oliv sambil menunjukkan cincin pernikahan mereka. Dan terakhir
jepretan yang romantis antara Adit dan Oliv, Oliv digendong ditangan Adit.
Benar-benar keluarga bahagia.
****TAMAT****
***chiEch***
Hahaha akhir nya happy ending juga :D
BalasHapustadi sempat waswas dngr kata2 oliv yg di bandara part 9. Kirain oliv minta cerai,tw nya minta rujuk.
T.O.P ^^
hahaha :D
BalasHapusgak tega rasanya kalo bikin sad ending... hehe
ni juga lagi dilema,,mau sad ending atau happy ending??
makasih dagh mau baca :D
^^ syukurlah adit baikan juga sama olive aku ikut senang hehe.....bagus banget alur ceritanya
BalasHapusmakasih..
BalasHapusmakasih udah baca sampe selese...
^_^ mo buat sad ending tpi gak tega
Say,,,ada yg salah di saat oliv krm e-mail terakhir,seharusnya adit yg membuka e-mail bkn oliv...
BalasHapusbut,good story.
makasih ^_^
BalasHapusq ralat skarang jg y say...
makasih dagh mau baca...
Ada lanjutannya lgi gak?
BalasHapusCerita Adit N Olive,gua udah baca yg dari musuhan sampai yg ini. . .
Seru ceritanya pengen ngalamin hubungan seperti itu memulai dari tidak adanya cinta. .
BalasHapusKeren bgt ceritanya! Wajib buat novel kalo gini mah, ceritanya dalem eh.
BalasHapusBagus Bangettt!! Kenapa Gak Dibikin Novel Aja ? Kan Lumayann Jadi Hoby Yang Menghasilkan 😂
BalasHapus