“Weitz,
seksi banget. Cewek, godain kita dong!”, ucap dua orang cowok pada Anis yang
lagi jalan sendirian menuju kelas.
“Kurang
ajar loe!”, ucap Anis sambil mengambil tindakan mau menampar cowok yang
menggodanya itu.
Tapi
tangan Anis buru-buru dipegang dan ditahan salah satucowok tadi. “Jadi cewek
jangan galak-galak atuh”, ucap cowok itu sambil cengar-cengir mupeng.
Untung
saja Vanes datang. Dia membantu Anis melepaskan tangannya dari genggaman cowok
itu lalu Vanes turun tangan untuk menghajar kedua cowok itu yang tadi menggoda
sahabatnya itu. Di lain sisi Evan yang juga baru datang melihat itu semua, dia
benar-benar melihat soosk cowok yang keras dan berani melawan dua cowok
sekaligus.
“Cewek
gila!”, ucap Evan lirin yang langsung berlalu dari tempat itu.
Vanes
memberikan kenang-kenangan lebam di pipi, pelipis, dan bibir kedua cowok itu.
Perut mereka juga mungkin akan sakit nanti malam karena nggak luput dari
pukulan Vanes.
Setelah
selesai dengan dua cecunguk yang nggak berguna itu, Vanes dan Anis berjalan
bersama menuju kelas mereka.
Didalam
kelas sudah ada Tasya yang tadi berangkat bareng Bimo.
_+++_
Tasya
kembali duduk bersama Bimo dan teman-temannya, sedangkan Anis dan Vanes duduk
bersama ditempat yang sama seperti halnya kemarin.
“Nanti
temenin nonton ya? Aku punya dua tiket premier film nih”, ajak Bimo pada Tasya.
Dengan
memasang wajah memelas Tasya menolak ajakan Bimo, “Maaf beb. Aku sudah ada
janji sama Vanes dan Anis, kita mau shoping”, jawab Tasya menolak secara halus
karena memang dia sudah membuat janji terlebih dahulu dengan kedua sahabatnya
itu.
Bimo
mengelus lembut rambut Tasya, “Ya sudah nggak apa-apa. Lain kali aja”.
“Cewek
kayak gitu mau belanja apa?”, tanya Evan sinis sambil melihat kearah Vanes.
Tasya
yang ada disitu buru-buru menjawab pertanyaan sinis dari Evan, “Baju, kosmetik,
tas, sepatu, ya kayak yang biasanya cewek beli! Jangan loe kira dengan
penampilan Vanes yang kayak gitu dia itu beda sama cewek yang lain!”, ucap
Tasya membela Vanes sahabatnya.
Mendapat
jawaban dari Tasya, Evan malah tertawa geli, “Hahaha, dia pakai rok terus di
dandanin, nggak banget! Cewek urakan gitu mana pantes!”, kata Evan ketus
merendahkan Vanes.
Kali
ini Tasya bener-bener nggak suka dengan apa yang Evan katakan, dia dibuat geram
oleh perkataan Evan tadi, “Loe nggak tahu apa-apa tentang Vanes! Jangan sampai
loe nyesel dengan kata-kata loe tadi, jangan sampai loe jadi jatuh cinta sama
dia!”, ucap Tasya yang lalu pergi bergabung dengan Anis dan Vanes.
“Nggak
mungkin!”, ucap Evan pasti.
Tiba-tiba
kepalanya dipukul oleh Bimo, “Loe itu yah, cari gara-gara mulu! Tuh cewek gue
jadi kabur gara-gara loe”, Bimo marah dengan Evan yang membuat Tasya pergi.
“Kayak
cewek loe cuman itu aja!”, timpal temah Bimo yang lain.
“Preman
tapi minumnya susu. Hahaha”, Evan tertawa puas saat melihat apa yang Vanes
minum lalu dia menyeruput espresso cup ukuran regulernya.
Hana
yang baru selesai mengembalikan buku di perpustakaan langsung memaksa bergabung
dengan Evan dan teman-temannya.
“Kak,
besok malem jangan lupa ikut pestanya ya”, ucap Hana mengingatkan.
Ya,
sebuah pesta. Pestanya para keluarga pemegang saham perusahaan property yang
terkemuka di Indonesia, anak-anak dari para pemegang saham juga wajib ikut
untuk menambah koneksi dan menambah teman.
“Kalau
besok sih kayaknya gue ikut”, jawab Evan menyanggupi.
Dan
jawaban itu membuat Hana terlihat senang.
Anis,
Tasya, dan Vanes masih serius dengan makanan serta makanan mereka sampai
akhirnya hp Anis berdering, ada sms dari teman sekelasnya, smsnya yaitu “Pak
Cahyo masih di Australia, jadi kelas kita kosong”, itulah isi sms dari
ketua kelas.
Tasya
dan Vanes tentu saja sangat senang karena hari ini jadwal mereka berkurang satu.
Mereke bertiga memutuskan untuk pulang terlebih dulu, nanti sore baru mereka
ber-shoping-ria, berbelanja semaunya.
Vanes
sampai dirumahnya dengan selamat, dia langsung masuk kedalam rumahnya yang
ternyata nggak dikunci karena ternyata Papahnya sudah pulang dari tempat
kerjanya. Papahnya itu lagi main PS sendirian, melihat itu Vanes langsung
bergabung dan mengambil stik yang menganggur lalu berusaha melawan tokoh game
yang Papahnya itu mainkan.
“Tumben
pulang cepet”, ucap Papah masing dengan serius melawan Vanes.
“Di
culik kangguru kali sampai nggak ngajar-ngajar”, jawab Vanes lucu.
Papah
malah ketawa dengan jawaban dari anak gadisnya itu, karena hal itu tokoh jagoan
Papah berhasil ditumbangkan oleh Vanes. Vanes bersorak atas kemenangannya. Lalu
Papah mengelus lembuat rambut Vanes yang tergerai panjang itu.
“Nanti
malem ikut Papah makan sama client di luar ya?”, ajak Papah.
Vanes
langsung menggeleng dengan pasti, “Nggak ah Pah, aku sudah ada janji sama Anis
dan Tasya, kita mau shoping”, jawabnya ringan sambil meraih kembali tasnya
beranjak pergi kekamarnya.
“Oh
gitu, ya sudah. Tapi nggak bawa motor kan?”, tanya Papah yang langsung dijawab
dengan gelengan kepala Vanes, “Besok malem jangan lupa kita ke pesta”, teriak
Papah pada putrinya itu yang sedang berjalan menuju kamarnya.
“Siap
pah! Nanti juga sekalian mau beli baju buat kepesta itu”, jawab Vanes dengan
keras karena jaraknya dengan Papah yang sudah semakin jauh.
_+++_
Terdengar
suara klakson mobil di luar rumah Vanes yang begitu megah bak istana. Vanes
bergegas turun dari kamarnya yang mewah dan berpamitan pada Papahnya.
“Jangan
pulang kemaleman”, pinta Papah pada Vanes.
Vanes
hanya mengangguk pasti lalu pergi meninggalkan Papahnya yang akan bersiap-siap
untuk pergi makan malam dengan client bisnisnya.
Setelah
Vanes masuk kedalam mobil, Anis langsung menginjak gas menuju rumah Tasya yang
nggak cukup jauh dari situ.
Sampai
juga didepan rumah Tasya yang nggak kalah megahnya dengan rumah Vanes dan Anis.
Orang tua ketiganya merupakan orang-orang yang kaya, orang tua Vanes kita tahu
merupakan seorang pebisnis dibidang property dan juga beberapa bisnis di
berbagai bidang, orang tua Tasya merupakan pengusaha restoran yang sangat
terkenal dan hampir di seluruh wilayah Indonesia ada cabang dari restoran
keluarga Tasya, keluarganya juga memiliki beberapa frendces mini market,
sedangkan keluarga Anis nggak kalah juga dibandingkan keduanya, Mamahnya
menjadi seorang anggota dewan dan Papahnya merupakan pebisnis eksport import,
mulai dari fashion, gadget, dan juga yang lainnya.
Hidup
ketiganya nggak pernah merasakan nggak punya uang, selalu saja dompet mereka
penuh dengan uang cash dan juga beberapa kartu credit dan debet menghiasi
dompet mereka. Tapi nggak dengan itu semua mereka bersombong dan menghamburkan
uang begitu saja, mereka tetap memiliki hati nurani untuk berbagi dengan
orang-orang yang kurang beruntung.
Setidaknya
sebulan sekali ketiganya mengunjungi panti asuhan untuk berbagi kebahagiaan
dengan saudara-saudara yang kurang beruntung dibandingkan mereka. Dan mereka
melakukan itu semua bukan demi popularitas atau dalam rangka menghabiskan uang
mereka yang nyatanya nggak habis-habis, itu semua karena mereka memang tulus
untuk berbagi. Mereka juga sering disebut ‘3 angels’ oleh anak-anak panti yang
sudah mereka kunjungi.
Mobil
mewah milik Anis sudah terparkir aman diparkiran sebuah Mall, ketiganya
berjalan sejajar memasuki Mall. Mereka sudah siap untuk berbelanja, tujuan
pertama mereka pergi kesebuah butik yang sudah menjadi langganan mereka,
sampai-sampai pemiliknya sudah sangat akrab dengan ketiganya. Mereka lalu
melihat-lihat baju yang ada di butik itu.
“Mau
cari yang kayak apa?”, tanya tante Silva si pemilik butik ini.
Vanes
berhenti memilih baju dan mengatakan apa yang dia inginkan, “Gaun pesta dong
tante, buat nemenin Papah ke pesta diperusahaannya”, jawab Vanes sambil
menyandarkan tangannya di meja.
Tante
Silva langsung tahu apa yang akan dia perlihatkan pada Vanes, dia berjalan
menuju kelompok baju yang ada dibelakang Vanes lalu diambilnya sebuah gaun
malam pendek warna hitam legam, sangat anggun, terkesan mewan dan elegant,
cocok untuknya yang masih muda, “Gimana sama yang ini?”, tanya tante Silva
sambil menunjukkan baju tersebut.
Vanes
terlihat senang, “Biar gue coba dulu ya Tan”, Vanes menyambar hanger baju itu
dan membawanya ke kamar pas.
Sekarang
Anis dan Tasya yang giliran minta bantuan tante Silva untuk memilihkan baju
untuk keduanya.
Selesai
dengan Anis dan Tasya, tante memilih tiga buah high heels untuk ketiganya,
“Pakai sepatu ini”, ucap tante Silva sambil memasukkan sepatu itu ke
masing-masing kamar pas.
1...2...3...
Ketiga pintu kamar pas terbuka sudah, terlihat Anis dengan dress merahnya yang
menawan dipadu dengan heels merah yang cantik, Tasya dengan cocktail dressnya
dipadu sepatu yang lucu, dan Vanes dengan gaun malam hitam legamnya dipadu
dengan sepatu merah menyala dan clunch berwarna merah menggoda.
Ketiganya
terlihat begitu elegant, karena sudah cocok mereka membungkus semuanya, dress,
sepatu, dan tas. Setelah itu mereka lanjut lagi untuk ke tujuan selanjutnya.
Mereka mampir dulu ke distro khusus cewek, yang punya merupakan teman SMP
Tasya. Mereka memilih baju untuk kegiatan sehari-hari mereka dan tentu saja
untuk kegiatan kuliah mereka juga.
Tas
belanja ketiganya bener-bener banyak banget, setelah puas berbelanja mereka
memutuskan untuk makan malam dulu di sebuah resto mewah dan berkelas di Mall
itu yang merupakan cabang dari bisnis restorannya keluarga Tasya. Tapi pegawai
disana sama sekali nggak tahu kalau Tasya itu merupakan anak dari pemilik
restoran itu, karena memang Tasya enggan untuk menyombongkan diri dan gila
hormat dihadapan pegawai-pegawai orang tuanya itu.
Mereka
memesan steak tenderloin setengah matang, untuk minuman Vanes memesan milk
shake, Anis jus alpukat, dan Tasya memesan jus jambu. Mau cocok ataupun nggak
yang namanya sudah suka dengan minuman mereka masing-masing makanan apapun
nggak akan ngaruh.
Pelayan
yang begitu ramah datang membawakan makanan dan minuman yang mereka pesan,
karena sudah benar-benar lapar akibat berbelanja tadi ketiganya langsung
menyantap lahap makanan yang ada dihadapan mereka.
“Alhamdulillah,
kenyang”, ucap ketiganya bersamaan.
Tak
lupa mereka selalu bersyukur atas apa yang telah mereka dapatkan dan mereka
nikmati.
“Gue
ke toilet dulu ya”, pamit Tasya pada kedua temannya yang terlihat puas.
Tasya
keluar dari toilet dengan raut wajah yang puas. Saat dia berjalan menuju tempat
duduknya tadi, dia melihat Bimo dengan cewek lain sedang bermesra-mesraan.
Mungkin cewek itu merupakan pacar Bimo yang lain. Langsung saja Tasya
menghampiri keduanya dan menmpar pipi Bimo dengan keras dan terarah, “Teganya
loe khianatin gue!”, ucap Tasya sambil menahan tangis.
Bimo
beranjak dan mencoba menjelaskan tapi nggak didengarkan oleh Tasya.
“Mulai
saat ini kita nggak ada hubungan apa-apa lagi, kita putus!”, kata Tasya yang
berlalu.
Dengan
air mata yang berlinang Tasya berlari keluar restoran melewatkan sahabatnya
yang tadi juga melihat peristiwa Tasya melabrak Bimo.
Vanes
marah dia berdiri hendak menghajar Bimo tapi keburu dihentikan Anis, “Sudah
jangan urusin dia dulu, mending loe bawa ini terus kejar Tasya”, Anis
memberikan barang belanjaan milik Vanes ke tangan Vanes dan juga kunci mobil
Anis juga.
Kemudian
Anis pergi untuk membayar makanan yang mereka makan tadi lalu kembali ke
parkiran dengan membawa barang-barang belanjaannya dan juga milik Tasya.
***2*** Bersambung ke Coffee Milk [Part 3]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar