•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Sabtu, 01 Oktober 2011

Coffee Milk [Part 2]


“Weitz, seksi banget. Cewek, godain kita dong!”, ucap dua orang cowok pada Anis yang lagi jalan sendirian menuju kelas.
“Kurang ajar loe!”, ucap Anis sambil mengambil tindakan mau menampar cowok yang menggodanya itu.
Tapi tangan Anis buru-buru dipegang dan ditahan salah satucowok tadi. “Jadi cewek jangan galak-galak atuh”, ucap cowok itu sambil cengar-cengir mupeng.
Untung saja Vanes datang. Dia membantu Anis melepaskan tangannya dari genggaman cowok itu lalu Vanes turun tangan untuk menghajar kedua cowok itu yang tadi menggoda sahabatnya itu. Di lain sisi Evan yang juga baru datang melihat itu semua, dia benar-benar melihat soosk cowok yang keras dan berani melawan dua cowok sekaligus.
“Cewek gila!”, ucap Evan lirin yang langsung berlalu dari tempat itu.
Vanes memberikan kenang-kenangan lebam di pipi, pelipis, dan bibir kedua cowok itu. Perut mereka juga mungkin akan sakit nanti malam karena nggak luput dari pukulan Vanes.
Setelah selesai dengan dua cecunguk yang nggak berguna itu, Vanes dan Anis berjalan bersama menuju kelas mereka.
Didalam kelas sudah ada Tasya yang tadi berangkat bareng Bimo.
_+++_
Tasya kembali duduk bersama Bimo dan teman-temannya, sedangkan Anis dan Vanes duduk bersama ditempat yang sama seperti halnya kemarin.
“Nanti temenin nonton ya? Aku punya dua tiket premier film nih”, ajak Bimo pada Tasya.
Dengan memasang wajah memelas Tasya menolak ajakan Bimo, “Maaf beb. Aku sudah ada janji sama Vanes dan Anis, kita mau shoping”, jawab Tasya menolak secara halus karena memang dia sudah membuat janji terlebih dahulu dengan kedua sahabatnya itu.
Bimo mengelus lembut rambut Tasya, “Ya sudah nggak apa-apa. Lain kali aja”.
“Cewek kayak gitu mau belanja apa?”, tanya Evan sinis sambil melihat kearah Vanes.
Tasya yang ada disitu buru-buru menjawab pertanyaan sinis dari Evan, “Baju, kosmetik, tas, sepatu, ya kayak yang biasanya cewek beli! Jangan loe kira dengan penampilan Vanes yang kayak gitu dia itu beda sama cewek yang lain!”, ucap Tasya membela Vanes sahabatnya.
Mendapat jawaban dari Tasya, Evan malah tertawa geli, “Hahaha, dia pakai rok terus di dandanin, nggak banget! Cewek urakan gitu mana pantes!”, kata Evan ketus merendahkan Vanes.
Kali ini Tasya bener-bener nggak suka dengan apa yang Evan katakan, dia dibuat geram oleh perkataan Evan tadi, “Loe nggak tahu apa-apa tentang Vanes! Jangan sampai loe nyesel dengan kata-kata loe tadi, jangan sampai loe jadi jatuh cinta sama dia!”, ucap Tasya yang lalu pergi bergabung dengan Anis dan Vanes.
“Nggak mungkin!”, ucap Evan pasti.
Tiba-tiba kepalanya dipukul oleh Bimo, “Loe itu yah, cari gara-gara mulu! Tuh cewek gue jadi kabur gara-gara loe”, Bimo marah dengan Evan yang membuat Tasya pergi.
“Kayak cewek loe cuman itu aja!”, timpal temah Bimo yang lain.
“Preman tapi minumnya susu. Hahaha”, Evan tertawa puas saat melihat apa yang Vanes minum lalu dia menyeruput espresso cup ukuran regulernya.
Hana yang baru selesai mengembalikan buku di perpustakaan langsung memaksa bergabung dengan Evan dan teman-temannya.
“Kak, besok malem jangan lupa ikut pestanya ya”, ucap Hana mengingatkan.
Ya, sebuah pesta. Pestanya para keluarga pemegang saham perusahaan property yang terkemuka di Indonesia, anak-anak dari para pemegang saham juga wajib ikut untuk menambah koneksi dan menambah teman.
“Kalau besok sih kayaknya gue ikut”, jawab Evan menyanggupi.
Dan jawaban itu membuat Hana terlihat senang.
Anis, Tasya, dan Vanes masih serius dengan makanan serta makanan mereka sampai akhirnya hp Anis berdering, ada sms dari teman sekelasnya, smsnya yaitu “Pak Cahyo masih di Australia, jadi kelas kita kosong”, itulah isi sms dari ketua kelas.
Tasya dan Vanes tentu saja sangat senang karena hari ini jadwal mereka berkurang satu. Mereke bertiga memutuskan untuk pulang terlebih dulu, nanti sore baru mereka ber-shoping-ria, berbelanja semaunya.
Vanes sampai dirumahnya dengan selamat, dia langsung masuk kedalam rumahnya yang ternyata nggak dikunci karena ternyata Papahnya sudah pulang dari tempat kerjanya. Papahnya itu lagi main PS sendirian, melihat itu Vanes langsung bergabung dan mengambil stik yang menganggur lalu berusaha melawan tokoh game yang Papahnya itu mainkan.
“Tumben pulang cepet”, ucap Papah masing dengan serius melawan Vanes.
“Di culik kangguru kali sampai nggak ngajar-ngajar”, jawab Vanes lucu.
Papah malah ketawa dengan jawaban dari anak gadisnya itu, karena hal itu tokoh jagoan Papah berhasil ditumbangkan oleh Vanes. Vanes bersorak atas kemenangannya. Lalu Papah mengelus lembuat rambut Vanes yang tergerai panjang itu.
“Nanti malem ikut Papah makan sama client di luar ya?”, ajak Papah.
Vanes langsung menggeleng dengan pasti, “Nggak ah Pah, aku sudah ada janji sama Anis dan Tasya, kita mau shoping”, jawabnya ringan sambil meraih kembali tasnya beranjak pergi kekamarnya.
“Oh gitu, ya sudah. Tapi nggak bawa motor kan?”, tanya Papah yang langsung dijawab dengan gelengan kepala Vanes, “Besok malem jangan lupa kita ke pesta”, teriak Papah pada putrinya itu yang sedang berjalan menuju kamarnya.
“Siap pah! Nanti juga sekalian mau beli baju buat kepesta itu”, jawab Vanes dengan keras karena jaraknya dengan Papah yang sudah semakin jauh.
_+++_
Terdengar suara klakson mobil di luar rumah Vanes yang begitu megah bak istana. Vanes bergegas turun dari kamarnya yang mewah dan berpamitan pada Papahnya.
“Jangan pulang kemaleman”, pinta Papah pada Vanes.
Vanes hanya mengangguk pasti lalu pergi meninggalkan Papahnya yang akan bersiap-siap untuk pergi makan malam dengan client bisnisnya.
Setelah Vanes masuk kedalam mobil, Anis langsung menginjak gas menuju rumah Tasya yang nggak cukup jauh dari situ.
Sampai juga didepan rumah Tasya yang nggak kalah megahnya dengan rumah Vanes dan Anis. Orang tua ketiganya merupakan orang-orang yang kaya, orang tua Vanes kita tahu merupakan seorang pebisnis dibidang property dan juga beberapa bisnis di berbagai bidang, orang tua Tasya merupakan pengusaha restoran yang sangat terkenal dan hampir di seluruh wilayah Indonesia ada cabang dari restoran keluarga Tasya, keluarganya juga memiliki beberapa frendces mini market, sedangkan keluarga Anis nggak kalah juga dibandingkan keduanya, Mamahnya menjadi seorang anggota dewan dan Papahnya merupakan pebisnis eksport import, mulai dari fashion, gadget, dan juga yang lainnya.
Hidup ketiganya nggak pernah merasakan nggak punya uang, selalu saja dompet mereka penuh dengan uang cash dan juga beberapa kartu credit dan debet menghiasi dompet mereka. Tapi nggak dengan itu semua mereka bersombong dan menghamburkan uang begitu saja, mereka tetap memiliki hati nurani untuk berbagi dengan orang-orang yang kurang beruntung.
Setidaknya sebulan sekali ketiganya mengunjungi panti asuhan untuk berbagi kebahagiaan dengan saudara-saudara yang kurang beruntung dibandingkan mereka. Dan mereka melakukan itu semua bukan demi popularitas atau dalam rangka menghabiskan uang mereka yang nyatanya nggak habis-habis, itu semua karena mereka memang tulus untuk berbagi. Mereka juga sering disebut ‘3 angels’ oleh anak-anak panti yang sudah mereka kunjungi.
Mobil mewah milik Anis sudah terparkir aman diparkiran sebuah Mall, ketiganya berjalan sejajar memasuki Mall. Mereka sudah siap untuk berbelanja, tujuan pertama mereka pergi kesebuah butik yang sudah menjadi langganan mereka, sampai-sampai pemiliknya sudah sangat akrab dengan ketiganya. Mereka lalu melihat-lihat baju yang ada di butik itu.
“Mau cari yang kayak apa?”, tanya tante Silva si pemilik butik ini.
Vanes berhenti memilih baju dan mengatakan apa yang dia inginkan, “Gaun pesta dong tante, buat nemenin Papah ke pesta diperusahaannya”, jawab Vanes sambil menyandarkan tangannya di meja.
Tante Silva langsung tahu apa yang akan dia perlihatkan pada Vanes, dia berjalan menuju kelompok baju yang ada dibelakang Vanes lalu diambilnya sebuah gaun malam pendek warna hitam legam, sangat anggun, terkesan mewan dan elegant, cocok untuknya yang masih muda, “Gimana sama yang ini?”, tanya tante Silva sambil menunjukkan baju tersebut.
Vanes terlihat senang, “Biar gue coba dulu ya Tan”, Vanes menyambar hanger baju itu dan membawanya ke kamar pas.
Sekarang Anis dan Tasya yang giliran minta bantuan tante Silva untuk memilihkan baju untuk keduanya.
Selesai dengan Anis dan Tasya, tante memilih tiga buah high heels untuk ketiganya, “Pakai sepatu ini”, ucap tante Silva sambil memasukkan sepatu itu ke masing-masing kamar pas.
1...2...3... Ketiga pintu kamar pas terbuka sudah, terlihat Anis dengan dress merahnya yang menawan dipadu dengan heels merah yang cantik, Tasya dengan cocktail dressnya dipadu sepatu yang lucu, dan Vanes dengan gaun malam hitam legamnya dipadu dengan sepatu merah menyala dan clunch berwarna merah menggoda.
Ketiganya terlihat begitu elegant, karena sudah cocok mereka membungkus semuanya, dress, sepatu, dan tas. Setelah itu mereka lanjut lagi untuk ke tujuan selanjutnya. Mereka mampir dulu ke distro khusus cewek, yang punya merupakan teman SMP Tasya. Mereka memilih baju untuk kegiatan sehari-hari mereka dan tentu saja untuk kegiatan kuliah mereka juga.
Tas belanja ketiganya bener-bener banyak banget, setelah puas berbelanja mereka memutuskan untuk makan malam dulu di sebuah resto mewah dan berkelas di Mall itu yang merupakan cabang dari bisnis restorannya keluarga Tasya. Tapi pegawai disana sama sekali nggak tahu kalau Tasya itu merupakan anak dari pemilik restoran itu, karena memang Tasya enggan untuk menyombongkan diri dan gila hormat dihadapan pegawai-pegawai orang tuanya itu.
Mereka memesan steak tenderloin setengah matang, untuk minuman Vanes memesan milk shake, Anis jus alpukat, dan Tasya memesan jus jambu. Mau cocok ataupun nggak yang namanya sudah suka dengan minuman mereka masing-masing makanan apapun nggak akan ngaruh.
Pelayan yang begitu ramah datang membawakan makanan dan minuman yang mereka pesan, karena sudah benar-benar lapar akibat berbelanja tadi ketiganya langsung menyantap lahap makanan yang ada dihadapan mereka.
“Alhamdulillah, kenyang”, ucap ketiganya bersamaan.
Tak lupa mereka selalu bersyukur atas apa yang telah mereka dapatkan dan mereka nikmati.
“Gue ke toilet dulu ya”, pamit Tasya pada kedua temannya yang terlihat puas.
Tasya keluar dari toilet dengan raut wajah yang puas. Saat dia berjalan menuju tempat duduknya tadi, dia melihat Bimo dengan cewek lain sedang bermesra-mesraan. Mungkin cewek itu merupakan pacar Bimo yang lain. Langsung saja Tasya menghampiri keduanya dan menmpar pipi Bimo dengan keras dan terarah, “Teganya loe khianatin gue!”, ucap Tasya sambil menahan tangis.
Bimo beranjak dan mencoba menjelaskan tapi nggak didengarkan oleh Tasya.
“Mulai saat ini kita nggak ada hubungan apa-apa lagi, kita putus!”, kata Tasya yang berlalu.
Dengan air mata yang berlinang Tasya berlari keluar restoran melewatkan sahabatnya yang tadi juga melihat peristiwa Tasya melabrak Bimo.
Vanes marah dia berdiri hendak menghajar Bimo tapi keburu dihentikan Anis, “Sudah jangan urusin dia dulu, mending loe bawa ini terus kejar Tasya”, Anis memberikan barang belanjaan milik Vanes ke tangan Vanes dan juga kunci mobil Anis juga.
Kemudian Anis pergi untuk membayar makanan yang mereka makan tadi lalu kembali ke parkiran dengan membawa barang-barang belanjaannya dan juga milik Tasya.
***2***        




Bersambung ke Coffee Milk [Part 3]
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...