Jo#12 - Berusaha Tetap Tersenyum

Part12#Berusaha Tetap Tersenyum#

Dokter muda yang lagi magang langsung memberikan pertolongan pada Jo, karena Papah dan Mamah lagi ada operasi. Jo sudah nggak sadarkan diri setelah sampai di rumah sakit, kondisinya benar-benar lemah, denyut jantungnya juga sudah samar-samar terdeteksi.

“200 Joule. Shock!”, seorang dokter menggunakan alat pacu jantung pada Jo.

Lalu di lanjutkan dengan melakukan CPR atau Cardio Pulmonary Resuscitation, menekan-nekan dada Jo agar jantungnya kembali berfungsi seperti sedia kala.

Desty, Jovan, dan Ferdinand menunggu dengan cemas diluar ruang gawat darurat.

Lima belas menit kemudian, Papah yang sudah selesai dengan operasinya bergegas ke UGD untuk melihat keadaan Jo.

“Pah. Jo, tolong Jo, Pah”, ucap Jovan gemetaran.

Papah mengangguk, “Kamu tunggu disini”, pamit Papah.

Papah masuk ke dalam ruangan yang tertutup itu. Terlihat Jo yang terkapar lemah nggak berdaya. Papah menyingkirkan dokter yang lagi melakukan CPR, Papah menggantikannya. Dia berusaha sekuat tenaga untuk membuat jantung Jo kembali bekerja.

Sepuluh menit kemudian, tetap nggak ada perubahan pada diri Jo. Dokter lain nggak berani menghalangi Papah, tapi nggak lama kemudian Papah akhirnya berhenti menolong Jo.

Menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan, “Jovita Aliya Akmala”, Papah melihat kearah jam tangannya, “Meninggal pukul 09.15”.

Akhirnya Papah menetapkan waktu kematian Jo. Dengan lemas Papah mencoba keluar dari ruangan itu untuk menemui Mamah, Jovan, Desty, dan Ferdinand yang menunggunya di luar ruangan tersebut.

Papah keluar, Mamah langsung menghampirinya dengan air mata yang sudah dari tadi mengalir. Papah memeluk erat Mamah dan mulai menumpahkan kesedihannya. Semua itu membuat Jovan, Desty, dan Ferdinand tahu apa yang sudah terjadi. Jo sudah nggak ada lagi.

Desty menangis histeris, sahabat terbaiknya pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. Jovan yang biasanya kuat juga histeris nggak percaya dengan itu semua, dia nggak rela Jo pergi meninggalkannya. Dan Ferdinand dia syok banget, dia terduduk dilantai menunduk untuk menutupi wajahnya yang menangisi kepergian Jo.

---

Acara pemakaman Jovita Aliya Akmala.

Mamah, Papah, dan Jovan bergantian menaburkan bunga di makam Jo. Ferdinand nggak bisa menyembunyikan wajahnya lagi, dia benar-benar menangis sedih, dibalik kacamata hitamnya dia melihat Jo yang mulai dimakamkan. Desty masih tersedu-sedu, dia benar-benar sedih.

Mamah dan Papah masih nggak menyangka anak perempuan mereka pergi meninggalkan mereka terlebih dulu. Jovan benar-benar nggak menyangka Jo akan meninggalkannya secepat ini. Jovan menangis keras, dari belakang Desty memeluk Jovan erat mencoba memberikan menguatkan Jovan. Neffira juga hadir, dia datang bersama Rangga, dan dia menangis untuk kepergian Jo. Dia benar-benar menyesal nggak bisa menjadi sahabat yang baik untuk Jo.

Banyak orang-orang berdatangan untuk mengiringi kepergian Jo yang ebnar-benar membuat semua orang terkejut. Seorang cewek baik, ceria, mudah bergaul, dan selalu tersenyum itu sudah nggak ada didunia ini lagi. Dia pergi dengan tenang ke pangkuan Tuhan, fase hidupnya yang pasti akan dialami semua orang.

Disebuah kamar dengan jendela yang terbuka, korden yang terkibas-kibas karena angin yang cukup kencang. Ini kamarnya Jo. Sebuah buku yang ada di atas meja didekat jendela tersingkap, buku harian Jovita yang ceria.

Isi dari buku diary itu ditujukan untuk orang-orang yang mencintainya, orang-orang yang benar-benar membuat hidup Jo menyenangkan.

“Mamah, Papah. Makasih, makasih, makasih, makasih, banget. Makasih karena Papah dan Mamah sudah mau direpotin Jo sampai sekarang ini, direpotin buat ngerawat Jo. Maaf, maaf, maaf, maaf banget, Jo belum bisa membuat Papah sama Mamah bahagia. Jo sayang banget sama Papah dan Mamah”, tulis Jo dalam buku hariannya.

Kembali ke pemakanan. Papah dan Mamah lagi menaburkan bunga di nisan Jo, keduanya mulai tegar, nggak ada air mata lagi di mata Papah dan Mamah.

“Bang Jovan-nya Jo yang cakeeep banget. Makasih ya sudah selalu jagain Jo, sudah selalu mau direpotin sama Jo, sudah mau nemenin Jo terus. Makasih banget ya bang. Maaf juga karena Jo selalu nggak nurut sama abang. Oh ya bang, Desty suka lho sama abang dan Jo juga tahu kalau abang juga suka sama Desty. Jadian aja sana sama Desty, jagain dia, jangan marah-marah melulu sama dia, jangan kasar dan jutek sama dia. Bang Jovan sama Desty cocok, gue restuin banget”, tulis Jo untuk Jovan.

“Desty cantik, makasih ya sudah mau jadi sahabat gue. Loe bener-bener sahabat buat gue. Loe selalu perhatian sama gue, baik sama gue, loe bener-bener the best lah! Oh ya, nitip bang Jovan ya. Jagain dia, bahagiain dia. Dia sayang lho sama loe, diluarnya aja dia ketus dan judes gitu tapi dibelakangnya dia sering tanya-tanya tentang loe sama gue lho. Kalian harus jadian ya!”, tulis Jo untuk sahabat tercintanya Desty Ramadhanti.

Kembali keacara pemakaman, Jovan yang terjongkok disamping nisan Jo mulai bisa menerima kenyataan itu. Jovan menggenggam erat tangan Desty yang juga jongkok disampingnya, keduanya terlihat saling menguatkan, menghadapi kepergian Jo dengan keikhlasan.

“Neff, maaf ya. Maaf gue bikin loe benci sama gue, jujur dulu gue nggak pernah ada apa-apa sama Rangga. Dulu memang dia bilang suka sama gue, tapi loe tahu sendiri itu cinta monyet yang cuman buat lucu-lucuan aja. Waktu gue ketemu dia beberapa hari lalu dia bilang ke gue sekarang dia sayang banget sama loe. Dia ngerasa bersalah banget mainin loe dulu, dia pengin memperbaiki semuanya dia sayang sama loe. Maafin gue”, tulis Jo untuk Neffira.

Kembali kepemakaman. Neffira terlihat menyesal nggak menjadi sahabat Jo disaat-saat terakhir Jo. Dia berasa sedih banget, Rangga yang juga ada disitu merasa sedih atas kepergian Jo. Keduanya saling bergandengan tangan menandakan mereka berdua sudah bersatu kembali.

“Kesatria Bergitar alias idolaku Ferdinand Adinegara. Makasih ya, loe sudah memberi warna yang indah dalah hidup gue. Jujur aja nih gue emang suka, gue sayang sama loe, tapi alasan gue nolak loe waktu itu karena ini. Karena gue berasa nggak sanggup hidup lama, gue nggak mau ninggalin orang yang terikat suatu hubungan sama gue. Gue nggak mau buat loe sedih. Maafin gue yang jahat ini. Moga loe cepet ketemu sama cewek yang lebih baik dari gue, gue yakin loe bisa. I love you, Ferdinand. Love you Kesatria bergitar”, tulis Jo untuk Ferdinand yang juga berperan penting dalam hidupnya.

Kembali kepemakaman. Dibalik kacamata hitam yang Ferdinand pakai, dia sudah bisa melepas cintanya pergi. Nggak ada air mata lagi,  dia akan mengiringi kepergian Jo dengan senyuman menawannya. Dia benar-benar menyayangi Jo, saat-saat bersama Jo adalah saat terindah baginya.

Ferdinand mencari sesuatu di saku baju hitam legamnya, dia mengambil sebuah cincin perempuan, lalu Ferdinand tersenyum kearah nisannya Jo, “Gue belum sempat nunjukin ini ke loe, Jo”, Ferdinand meletakkan cincin itu disela-sela bunga yang ada di nisan Jo, “Tadinya gue mau berusaha supaya bisa masangin cincin itu ke jari loe, tapi takdir berkata lain”, ucap Ferdinand lirih.

“Makasih Jo, makasih sudah mau jadi sahabat gue, makasih sudah mempercayai gue buat jagain Jovan. Gue sayang sama loe”, benak Desty.

“Loe bener-bener hebat Jo. Gue pasti nggak bisa sehebat loe. Loe bener-bener adik yang terbaik bagi gue. Maafin gue ya yang selalu ngatur-ngatur loe, selamat jalan Jo”, benak Jovan sambil tersenyum kearah nisan Jo.

Ini kehendak-Nya, nggak ada yang bisa menerkanya, nggak ada yang mampu mengetahui kapan semua ini terjadi, nggak ada yang bisa menghentikan kehendak-Nya.

Keikhlasan dari semua orang akan mengantarkan Jo ke tempat terbaik di sisi Alloh. Jangan hanya menangisi kepergian orang yang disayangi, doakan dan ikhlaskan agar arwahnya tenang disana. Semua yang ada didunia ini pasti akan mengalami fase yang sama seperti yang dialami oleh Jo, hanya waktunya saja yang nggak kita tahu. Kapan saja Alloh bisa memanggil kita untuk menghadap-Nya.

***T.A.M.A.T***