•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Rabu, 12 Oktober 2011

Jodohku, Mauku Cuma Kamu [Part 8]


Mamah terisak di sisi Oliv yang belum sadarkan diri. Disampingnya ada Papah yang sedari berdiri sambil memegang bahu Mamah, Ayah berdiri di samping Papah yang juga nggak bisa menyembunyikan rasa sedihnya, sedangkan Adit duduk di sisi kiri Oliv sambil terus menggenggam tangan Oliv dengan hangat.
Kepala Oliv penuh dengan perban, terpasang selang alat bantu pernafasan, tangan kanannya di gips, kaki kanannya juga di gips dan banyak luka lecet di kaki serta tangan Oliv. Sudah dua hari setelah peristiwa itu Oliv belum juga sadarkan diri. Semuanya menunggu Oliv sadar secepatnya.
Ayah melihat kedua mata Oliv yang mulai berusaha untuk membuka, sampai akhirnya kedua mata Oliv benar-benar terbuka, Oliv sadar!
“Olivia”, ucap Ayah sambil mengusap air matanya sendiri.
Oliv melihat kesekelilingnya, dia merasa ada di tempat yang asing lalu dia teringat kejadian dua hari lalu dan pasti sekarang dia ada di rumah sakit. Dia melihat orang-orang yang ada bersamanya disitu, ada Ayah, Mamah, Papah, dan Adit, yang terakhir, dia nggak mau melihat wajah Adit, dia juga melepaskan genggaman tangan Adit.
“Oxel mana?”, tanya Oliv pada Ayahnya.
Mamah kembali terisak, dia sedih. Papah mengajak Mamah dan Adit untuk keluar dari ruangan itu agar Ayah dapat menejlaskan apa yang terjadi.
Setelah ketiganya keluar Ayah mulai menjawab pertanyaan Oliv, “Oxel, dia baik-baik saja. Dia akan baik-baik saja bersama Bunda”, ucap Ayah diiringi isakan tangisnya.
Oliv nggak percaya dengan apa yang Ayahnya katakan, karena sangkin terkejutnya juga Oliv kembali nggak sadarkan diri. Ayah bergegas memencet bell untuk memanggil dokter.
Sesaat kemudian seorang dokter dengan dua orang perawat berlari menuju kamar Oliv, membuat Papah, Mamah, dan Adit begitu khawatir, Adit juga ikut masuk kekamar rawat Oliv.
++++
Malam ini yang bertugas menjaga Oliv yaitu Ayah, kalau Adit memang selalu ada di samping Oliv setelah peristiwa itu, dia nggak akan pergi dari sisi Oliv apapun yang terjadi. Ayah sudah tidur di sofa, sedangkan Adit dari kemarin malam masih terjaga untuk selalu ada di samping Oliv. Dia mengecup mesra kening Oliv yang berbalut perban, lalu duduk disisi kiri Oliv dan menggenggam erat tangan Oliv.
Oliv kembali tersadar, kali ini dia sudah tidak menggunakan alat bantu pernafasan lagi. Disampingnya dia melihat Adit yang terkantuk sambil memegang tangannya erat-erat, lalu Oliv mencoba melepaskan genggaman Adit dan itu membuat Adit terbangun, “Kamu sudah sadar”, ucap Adit sambil tersenyum senang.
Tapi Oliv malah mengacuhkan Adit, dia mencoba untuk bangun karena dia masih lemah akhirnya Adit membantunya untuk duduk. Oliv mencoba mengambil gelas yang ada dimeja, seperti halnya waktu dulu Oliv sakit gara-gara tulang rusuknya yang retak, kali ini Adit kembali membantu Oliv mengambil air.
Karena tenggorokannya kering, Oliv langsung meminum habis air di gelas tersebut. Lalu dia mencoba menggerakkan kedua kakinya, dia ingin keluar dari kamar itu, tapi dia merasa sakit waktu mau menggerakkan kaki kanannya lalu dibukanya selimut yang menutupi kakinya itu, “Kaki aku kenapa?”, tanya Oliv sambil terus melihat kearah pergelangan kaki kanannya.
“Kata dokter itu hanya terkilir jadi hanya di gips seperti itu, tiga hari lagi gips itu baru bisa dilepas”, Adit mencoba menjelaskan.
Lalu Oliv menyingkap semua selimutnya dan mengangkat kakinya keluar ranjang, dia ingin mencoba berjalan.
“Jangan! Kata dokter untuk beberapa hari ini kamu nggak boleh berjalan”, ucap Adit lagi sambil memegang kedua pundak Oliv.
Oliv menepis tangan Adit, “Tapi aku nggak betah disini, aku mau jalan-jalan!”, kata Oliv dengan ketusnya.
Ayah  yang di sofa ternyata nggak tidur, dia memperhatikan sikap anaknya dan menantunya. Sepertinya ada yang aneh, Ayah berpikir hubungan keduanya lagi nggak akur, alias lagi ada masalah. Tapi untuk saat ini dia nggak mau ikut campur, biarkan mereka berdua yang menyelesaikan masalah mereka sendiri.
“Kamu tunggu disini sebentar, biar aku minta kursi roda dulu sama perawat”, Adit berjalan mendekati pintu dan saat sudah memegang gagang pintu dia melihat kearah Oliv lagi, “Tetep disitu, jangan turun!”, ucap Adit memerintah.
Setelah sepuluh menit Adit kembali lagi ke kamar, dia melihat Oliv yang benar-benar sudah nggak betah berada di ranjang. Adit membantu Oliv duduk di kursi roda dan dia juga mendorong kursi roda itu menuju pintu. Setelah sampai diluar kamar Oliv meminta Adit untuk tidak mengikutinya, dia lagi ingin sendiri.
“Tapi kondisi kamu kan belum pulih, aku nggak bisa lepasin kamu begitu aja”, ucap Adit tegas yang langsung mendorong kursi roda yang Oliv naiki.
Dalam perjalanan mereka, “Peduli apa kamu sama aku!”, kata Oliv ketus.
Lalu Adit berhenti mendorong Oliv, dia duduk di sebuah kursi panjang disebuah koridor yang sepi, dia mengarahkan kursi roda Oliv untuk menghadap dirinya.
“Inget nggak tempat ini?”, tanya Adit penuh harap.
“Nggak!”, jawab Oliv begitu saja.
Bukannya dia nggak ingat, tapi dia nggak mau mengingat itu, mengingat kenangan dirinya dan Adit.
Adit tersenyum renyah, “Di tempat ini kita memulai awal yang baru. Dan aku harap kali ini kita juga akan mengawali sesuatu yang baru”, Adit menggenggam erat tangan Oliv sampai Oliv nggak bisa melepaskannya, “Aku tahu, kata maaf dari mulut aku sudah nggak ada efeknya buat kamu. Tapi aku jujur, sejujur-jujurnya kalau aku nggak ada hubungan apa-apa sama Vina selain teman biasa. Dan aku bersumpah, aku nggak ngelakuin apapun yang kamu pikirin tentang aku sama Vina. Cuman kamu yang aku mau. Cuman kamu yang aku mau jadi pendamping hidup aku”, ucap Adit serius banget.
Oliv nggak mampu berkata apa-apa, dia cuman diam, diam, dan diam. Dia hanya mendengarkan apa yang Adit katakan, tapi dia juga nggak menanggapi ataupun menjawab apa yang Adit katakan dan Adit tanyakan.
“Sampai kapanpun, aku harap kamu selalu ada disisiku, selamanya!”, Adit mencoba menegaskan.
Semua perkataan Adit nggak Oliv hiraukan, dia memutar sendiri roda kursi rodanya dan berjalan meninggalkan Adit, karena hanya menggunakan satu tangannya yaitu tangan kirinya Oliv susah untuk berjalan cepat. Adit berdiri lalu membantu mendorong kursi, “Aku akan menemani kamu, kemanapun kamu pergi”, ucap Adit diiringi senyum yang menawan.
++++                      
Siang ini Rama dan Selly datang untuk menjenguk Oliv di rumah sakit. Keduanya membawakan buah-buahan untuk Oliv. Untuk hari ini Ayah beristirahat dulu di rumah Adit.
“Sudah berapa malam loe nggak tidur bro?”, tanya Rama perhatian.
Adit tersenyum, “Gue nggak apa-apa”, jawab Adit singkat.
“Sudah, loe tidur aja Dit. Biar gue sama Rama yang jagain Oliv selama loe istirahat”, sahut Selly yang tengah mengupas buah jeruk untuk Oliv.
Akhirnya Adit mengikuti saran kedua sahabatnya itu, dia tidur di sofa dan membiarkan Oliv bersama dengan Rama dan juga Selly. Selly juga mulai menyuapi Oliv jeruk yang dia kupas tadi, dia tahu kalau Oliv juga suka banget sama buah jeruk. Sementara itu Rama malah ikut-ikutan disuapin jeruk oleh Selly, manja-manjaan gitu deh.
Pandangan Oliv sesekali tertuju pada Adit yang terlihat begitu lelah, kantung bawah mata Adit begitu gelap karena kurang istirahat, tidurnya kali itupun adalah tidur terlelap yang pernah Oliv lihat selama menjadi istri Adit.
Rama mengetahui kalau sedari tadi Oliv terus memperhatikan Adit, “Kalian ada masalah ya?”, tanya Rama pada Oliv.
Oliv yang merasa kaget langsung menjawab dengan terbata-bata, “Apaan sih”, ucapnya mengalihkan pembicaraan.
Tapi Rama tahu ada yang aneh, dia malah tersenyum ringan, “Gue harap sih kalian baik-baik aja, nggak ada masalah gitu. Kalaupun ada, coba selesaikan dengan kepala dingin, jangan pakai emosi”, kata Rama memberi nasehat. “Jangan sampai loe berdua nyesel nantinya”, lanjut Rama dengan nada yang serius.
Selly juga ikut-ikutan  bicara, “Kalau menurut aku sih, Adit itu bener-bener sayang sama loe. Gimana enggak, dari kejadian itu sampai sekarang ini dia buktiin kesetiaannya, dia nggak mau pergi dari sini, dia ingin selalu menjaga kamu, sampai-sampai dia rela nggak tidur beberapa hari hanya demi melihat kamu sadar”, kata Selly sambil terus menyuapi Oliv.
Oliv benar-benar bingung. Oliv rasa Adit memang benar-benar mencintainya, dia juga merasa Adit tulus merawat dan menjaganya, dia merasa Adit juga nggak pernah mengecewakan dia, tapi gara-gara kejadian sebelum kecelakaan itu Oliv mulai ragu dengan itu semua, dia pikir Adit mengkhianatinya. Tapi sekarang ini Adit kembali seperti Adit yang dikenalnya bukan Adit yang berselingkuh dengan Vina.
Karena memikirkan itu semua kepala Oliv terasa pening dan tiba-tiba dia nggak sadarkan diri lagi. Rama dan Selly langsung panik membuat Adit terbangun.
***8***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...