Mamah
terisak di sisi Oliv yang belum sadarkan diri. Disampingnya ada Papah yang
sedari berdiri sambil memegang bahu Mamah, Ayah berdiri di samping Papah yang
juga nggak bisa menyembunyikan rasa sedihnya, sedangkan Adit duduk di sisi kiri
Oliv sambil terus menggenggam tangan Oliv dengan hangat.
Kepala
Oliv penuh dengan perban, terpasang selang alat bantu pernafasan, tangan
kanannya di gips, kaki kanannya juga di gips dan banyak luka lecet di kaki
serta tangan Oliv. Sudah dua hari setelah peristiwa itu Oliv belum juga
sadarkan diri. Semuanya menunggu Oliv sadar secepatnya.
Ayah
melihat kedua mata Oliv yang mulai berusaha untuk membuka, sampai akhirnya
kedua mata Oliv benar-benar terbuka, Oliv sadar!
Oliv
melihat kesekelilingnya, dia merasa ada di tempat yang asing lalu dia teringat
kejadian dua hari lalu dan pasti sekarang dia ada di rumah sakit. Dia melihat
orang-orang yang ada bersamanya disitu, ada Ayah, Mamah, Papah, dan Adit, yang
terakhir, dia nggak mau melihat wajah Adit, dia juga melepaskan genggaman
tangan Adit.
“Oxel
mana?”, tanya Oliv pada Ayahnya.
Mamah
kembali terisak, dia sedih. Papah mengajak Mamah dan Adit untuk keluar dari
ruangan itu agar Ayah dapat menejlaskan apa yang terjadi.
Setelah
ketiganya keluar Ayah mulai menjawab pertanyaan Oliv, “Oxel, dia baik-baik
saja. Dia akan baik-baik saja bersama Bunda”, ucap Ayah diiringi isakan
tangisnya.
Oliv
nggak percaya dengan apa yang Ayahnya katakan, karena sangkin terkejutnya juga
Oliv kembali nggak sadarkan diri. Ayah bergegas memencet bell untuk memanggil
dokter.
Sesaat
kemudian seorang dokter dengan dua orang perawat berlari menuju kamar Oliv,
membuat Papah, Mamah, dan Adit begitu khawatir, Adit juga ikut masuk kekamar
rawat Oliv.
++++
Malam
ini yang bertugas menjaga Oliv yaitu Ayah, kalau Adit memang selalu ada di
samping Oliv setelah peristiwa itu, dia nggak akan pergi dari sisi Oliv apapun
yang terjadi. Ayah sudah tidur di sofa, sedangkan Adit dari kemarin malam masih
terjaga untuk selalu ada di samping Oliv. Dia mengecup mesra kening Oliv yang
berbalut perban, lalu duduk disisi kiri Oliv dan menggenggam erat tangan Oliv.
Oliv
kembali tersadar, kali ini dia sudah tidak menggunakan alat bantu pernafasan
lagi. Disampingnya dia melihat Adit yang terkantuk sambil memegang tangannya
erat-erat, lalu Oliv mencoba melepaskan genggaman Adit dan itu membuat Adit
terbangun, “Kamu sudah sadar”, ucap Adit sambil tersenyum senang.
Tapi
Oliv malah mengacuhkan Adit, dia mencoba untuk bangun karena dia masih lemah
akhirnya Adit membantunya untuk duduk. Oliv mencoba mengambil gelas yang ada
dimeja, seperti halnya waktu dulu Oliv sakit gara-gara tulang rusuknya yang
retak, kali ini Adit kembali membantu Oliv mengambil air.
Karena
tenggorokannya kering, Oliv langsung meminum habis air di gelas tersebut. Lalu
dia mencoba menggerakkan kedua kakinya, dia ingin keluar dari kamar itu, tapi
dia merasa sakit waktu mau menggerakkan kaki kanannya lalu dibukanya selimut
yang menutupi kakinya itu, “Kaki aku kenapa?”, tanya Oliv sambil terus melihat
kearah pergelangan kaki kanannya.
“Kata
dokter itu hanya terkilir jadi hanya di gips seperti itu, tiga hari lagi gips
itu baru bisa dilepas”, Adit mencoba menjelaskan.
Lalu
Oliv menyingkap semua selimutnya dan mengangkat kakinya keluar ranjang, dia
ingin mencoba berjalan.
“Jangan!
Kata dokter untuk beberapa hari ini kamu nggak boleh berjalan”, ucap Adit lagi
sambil memegang kedua pundak Oliv.
Oliv
menepis tangan Adit, “Tapi aku nggak betah disini, aku mau jalan-jalan!”, kata
Oliv dengan ketusnya.
Ayah yang di sofa ternyata nggak tidur, dia
memperhatikan sikap anaknya dan menantunya. Sepertinya ada yang aneh, Ayah
berpikir hubungan keduanya lagi nggak akur, alias lagi ada masalah. Tapi untuk
saat ini dia nggak mau ikut campur, biarkan mereka berdua yang menyelesaikan
masalah mereka sendiri.
“Kamu
tunggu disini sebentar, biar aku minta kursi roda dulu sama perawat”, Adit
berjalan mendekati pintu dan saat sudah memegang gagang pintu dia melihat
kearah Oliv lagi, “Tetep disitu, jangan turun!”, ucap Adit memerintah.
Setelah
sepuluh menit Adit kembali lagi ke kamar, dia melihat Oliv yang benar-benar
sudah nggak betah berada di ranjang. Adit membantu Oliv duduk di kursi roda dan
dia juga mendorong kursi roda itu menuju pintu. Setelah sampai diluar kamar
Oliv meminta Adit untuk tidak mengikutinya, dia lagi ingin sendiri.
“Tapi
kondisi kamu kan belum pulih, aku nggak bisa lepasin kamu begitu aja”, ucap
Adit tegas yang langsung mendorong kursi roda yang Oliv naiki.
Dalam
perjalanan mereka, “Peduli apa kamu sama aku!”, kata Oliv ketus.
Lalu
Adit berhenti mendorong Oliv, dia duduk di sebuah kursi panjang disebuah
koridor yang sepi, dia mengarahkan kursi roda Oliv untuk menghadap dirinya.
“Inget
nggak tempat ini?”, tanya Adit penuh harap.
“Nggak!”,
jawab Oliv begitu saja.
Bukannya
dia nggak ingat, tapi dia nggak mau mengingat itu, mengingat kenangan dirinya
dan Adit.
Adit
tersenyum renyah, “Di tempat ini kita memulai awal yang baru. Dan aku harap
kali ini kita juga akan mengawali sesuatu yang baru”, Adit menggenggam erat
tangan Oliv sampai Oliv nggak bisa melepaskannya, “Aku tahu, kata maaf dari
mulut aku sudah nggak ada efeknya buat kamu. Tapi aku jujur, sejujur-jujurnya
kalau aku nggak ada hubungan apa-apa sama Vina selain teman biasa. Dan aku
bersumpah, aku nggak ngelakuin apapun yang kamu pikirin tentang aku sama Vina.
Cuman kamu yang aku mau. Cuman kamu yang aku mau jadi pendamping hidup aku”,
ucap Adit serius banget.
Oliv
nggak mampu berkata apa-apa, dia cuman diam, diam, dan diam. Dia hanya
mendengarkan apa yang Adit katakan, tapi dia juga nggak menanggapi ataupun
menjawab apa yang Adit katakan dan Adit tanyakan.
“Sampai
kapanpun, aku harap kamu selalu ada disisiku, selamanya!”, Adit mencoba
menegaskan.
Semua
perkataan Adit nggak Oliv hiraukan, dia memutar sendiri roda kursi rodanya dan
berjalan meninggalkan Adit, karena hanya menggunakan satu tangannya yaitu
tangan kirinya Oliv susah untuk berjalan cepat. Adit berdiri lalu membantu
mendorong kursi, “Aku akan menemani kamu, kemanapun kamu pergi”, ucap Adit
diiringi senyum yang menawan.
++++
Siang
ini Rama dan Selly datang untuk menjenguk Oliv di rumah sakit. Keduanya
membawakan buah-buahan untuk Oliv. Untuk hari ini Ayah beristirahat dulu di
rumah Adit.
“Sudah
berapa malam loe nggak tidur bro?”, tanya Rama perhatian.
Adit
tersenyum, “Gue nggak apa-apa”, jawab Adit singkat.
“Sudah,
loe tidur aja Dit. Biar gue sama Rama yang jagain Oliv selama loe istirahat”,
sahut Selly yang tengah mengupas buah jeruk untuk Oliv.
Akhirnya
Adit mengikuti saran kedua sahabatnya itu, dia tidur di sofa dan membiarkan
Oliv bersama dengan Rama dan juga Selly. Selly juga mulai menyuapi Oliv jeruk
yang dia kupas tadi, dia tahu kalau Oliv juga suka banget sama buah jeruk.
Sementara itu Rama malah ikut-ikutan disuapin jeruk oleh Selly, manja-manjaan
gitu deh.
Pandangan
Oliv sesekali tertuju pada Adit yang terlihat begitu lelah, kantung bawah mata
Adit begitu gelap karena kurang istirahat, tidurnya kali itupun adalah tidur
terlelap yang pernah Oliv lihat selama menjadi istri Adit.
Rama
mengetahui kalau sedari tadi Oliv terus memperhatikan Adit, “Kalian ada masalah
ya?”, tanya Rama pada Oliv.
Oliv
yang merasa kaget langsung menjawab dengan terbata-bata, “Apaan sih”, ucapnya
mengalihkan pembicaraan.
Tapi
Rama tahu ada yang aneh, dia malah tersenyum ringan, “Gue harap sih kalian
baik-baik aja, nggak ada masalah gitu. Kalaupun ada, coba selesaikan dengan
kepala dingin, jangan pakai emosi”, kata Rama memberi nasehat. “Jangan sampai
loe berdua nyesel nantinya”, lanjut Rama dengan nada yang serius.
Selly
juga ikut-ikutan bicara, “Kalau menurut
aku sih, Adit itu bener-bener sayang sama loe. Gimana enggak, dari kejadian itu
sampai sekarang ini dia buktiin kesetiaannya, dia nggak mau pergi dari sini,
dia ingin selalu menjaga kamu, sampai-sampai dia rela nggak tidur beberapa hari
hanya demi melihat kamu sadar”, kata Selly sambil terus menyuapi Oliv.
Oliv
benar-benar bingung. Oliv rasa Adit memang benar-benar mencintainya, dia juga
merasa Adit tulus merawat dan menjaganya, dia merasa Adit juga nggak pernah
mengecewakan dia, tapi gara-gara kejadian sebelum kecelakaan itu Oliv mulai
ragu dengan itu semua, dia pikir Adit mengkhianatinya. Tapi sekarang ini Adit
kembali seperti Adit yang dikenalnya bukan Adit yang berselingkuh dengan Vina.
Karena
memikirkan itu semua kepala Oliv terasa pening dan tiba-tiba dia nggak sadarkan
diri lagi. Rama dan Selly langsung panik membuat Adit terbangun.
***8***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar