Part3#Awal
yang Baru#
Hari yang baru, yang cerah,
hangat, dan penuh dengan semangat.
Kondisi tubuh Jo juga semakin
baik, dia rajin untuk minum warfarin agar aliran darah disekitar katup
jantungnya yang baru tidak membeku, karena kalau sampai membeku katupnya bisa
nggak berfungsi lagi, dan akan mempengaruhi kondisi tubuh Jo.
Papah sama Mamah sudah berangkat
ke rumah sakit dari tadi pagi. Sekarang Jovan lagi mandi buat siap-siap ke
kampus, hari ini ada OSPEK di kampus, dia harus berangkat lebih awal. Ketua
panitia OSPEK nggak boleh terlambat, itu wajib hukumnya.
Jo juga lagi siap-siap dengan
semua perlengkapan OSPEK yang benar-benar membuat mata nggak enak buat
memandangnya, tapi lagi-lagi itu wajib hukumnya untuk mahasiswa baru yang
mengikuti OSPEK hari ini. Jo juga ikutan berangkat pagi bareng abangnya itu,
soalnya Jovan nggak mau Jo berangkat sendiri dan kenapa-napa di jalan nantinya.
“Bang Jovan, ayo berangkat”, ajak
Jo dengan nada kesal karena sudah lama dia menunggu Jovan siap dengan segala
sesuatunya.
“Iya gue turun”, sahut Jovan
sambil menutup pintu kamarnya dan berlari menuruni tangga untuk menghampiri
adiknya itu, “Ayo berangkat”, ajak Jovan setelah sampai dihadapan Jo.
“Ayo”, ucap Jo singkat.
“Nggak ada yang kelupaankan?”,
tanya Jovan sambil memperhatikan adiknya itu.
“Nggak, sisanya ada di tas”,
jawabnya singkat.
“Ok”, lanjut Jovan sambil
berjalan keluar rumah.
Sementara itu Desty baru selesai
mandi dan mulai memakai perlengkapan khusus OSPEK kampusnya.
“Kenapa sih harus ada kayak
ginian? Wajib pula!”, keluh Desty sembari mengenakan perlengkapan-perlengkapan
yang merepotkan.
Di lain tempat, di rumah seorang
penyanyi kenamaan yang sekarang sedang naik daun. Siapa lagi kalau bukan
Ferdinand Adinegara, cowok cakep ini juga sedang mempersiapkan perlengkapan
OSPEK karena tahun ini dia menjadi mahasiswa baru sebuah universitas yang sama
dengan Desty dan juga Jo.
Ferdinand terlihat enggan untuk
memakainya tapi itu sudah aturan jadi dia nikmati saja semua itu. Hitung-hitung
itu pengalaman konyol yang baru untuk dirinya setelah menjadi penyanyi yang
sukses di Indonesia.
“Semangat!”, ucap Ferdinand di
depan cermin untuk menyemangati dirinya sendiri.
Akhirnya double Jo sudah sampai
di kampus, setelah memparkirkan mobilnya Jovan pamit turun karena harus pergi
ke ruangan khusus panitia. Jo tadi sudah
di ajak ikut turun tapi nggak mau karena ingin menunggu Desty saja.
Dia duduk sendirian di dalam
mobil sambil memutar musik, tentu saja lagunya Ferdinand sang penyanyi pujaan
hatinya yang benar-benar dia idolakan.
Sedetik kemudian ada dua buah
mobil yang parkir bersamaan di sisi kanan dan sisi kiri mobil yang Jo naiki. Disebelah
kanan mobilnya itu ada mobil Desty yang kemudian turun bersamaan dengan si
empunya mobil yang parkir disebelah kiri mobil Jo.
“Neffira”, gumamnya lirih.
Lalu Jo membuka pintu mobilnya
dan memanggil kembali nama itu. “Neffira”, ucapnya cukup keras.
Seorang cewek cantik yang tinggi
badannya sama dengan Jo memalingkan mukanya menghadap Jo. Neffira Kamila,
seorang model dan aktris yang sudah cukup terkenal ternyata merupakan mahasiswa
baru di tempat ini. Tapi setelah melihat itu Jo, Nefiira langsung membuang
mukanya dan berjalan menuju kampus.
Jo berlari untuk menghentikan
Neffira.
“Gimana kabar loe? Sudah lama
kita nggak ketemu”, sapa Jo senang.
Tapi Neffira malah terlihat nggak
senang, “Loe nggak perlu tahu tentang gue. Gue sudah pernah bilang sama loe,
jangan ganggu-ganggu gue lagi!”, ucap ketus Neffira yang langsung menepis
tangan Jovita.
Neffira berjalan pergi, Jo hanya
diam, dan Desty mencoba menghampiri Jo.
Jovita, Desty, dan Neffira, waktu
SMP ketiganya merupakan sahabat yang nggak bisa dipisahkan. Kemana-mana mereka
selalu bertiga, pokoknya bener-bener nggak bisa dipisahkan.
Hubungan mereka jadi putus dan
seperti ini, itu karena kesalah pahaman. Ada seorang cowok idola di sekolahan
yang lagi deket sama Neffira, deket banget. Cowok itu sering ngajak jalan
Neffira, Jo, dan Desty. Neffira jatuh cinta pada cowok itu. Tapi nggak
disangka-sangka, ternyata selama ini cowok itu dekat dengan Neffira karena
ingin mendekati Jovita. Cinta monyet Neffira bertepuk sebelah tangan.
Mulai saat itu Neffira langsung
pindah sekolah, entah kemana. Hubungan persahabatan mereka putus. Sampai
sekarang Neffira masih terlihat marah dengan Jovita. Padahal dulu Jovita
terang-terangan menolak cowok itu, dan menyuruh cowok itu untuk hanya suka sama
Neffira. Tapi itu semua nggak membuat Neffira berubah perasaannya terhadap Jo. Dan
Desty juga ikutan kena imbasnya.
---
Semua mahasiswa baru sedang
mengikuti kegiatan masing-masing kelompoknya.
“Ferdinand?”, ucap Jo nggak
percaya dengan apa yang dilihatnya.
Seorang penyanyi Ferdinand
Adinegara lewat dihadapannya dengan seragam yang sama dengannya, perlengkapan
yang dipakai Ferdinand juga sama dengannya dan mahasiswa baru yang lain.
“Jangan nganga gitu, malu-maluin
tahu!”, sahut Desty mengomentari apa yang sahabatnya itu lakukan.
Neffira dan Ferdinand disuruh
menghadap ketua panitia karena mereka berdua melakukan kesalahan. Neffira yang
terang-terangan nggak memakai perlengkapan, Ferdinand yang datangnya terlambat,
keduanya menghadap Jovan.
“Jangan sok ngartis disini! Di
kampus ini mau artis, mau anaknya anggota DPR, mau anaknya presiden sekalipun
dapet perlakuan yang sama. Nggak ada yang namanya hak keistimewaan”, ucap Jovan
tegas.
“Tapi kan nggak ada manfaatnya
memakai semua perlengkapan konyol itu”, jawab Neffira.
“Itu buat ngelatih kedisiplinan
loe, loe, dan loe semua”, ucap Jovan sambil menunjuk kearah Neffira, Ferdinand,
dan semua mahasiswa yang lain.
Nggak lama kemudian ada seorang
mahasiswa senior yang mengantarkan Jo dan Desty menghadap ke Jovan, “Perlengkapan
mereka berdua nggak lengkap”, lapor cewek itu.
Jovan menghela nafasnya. Kenapa
harus mereka berdua ini yang berbuat ulah, yang satu adiknya yang satu lagi
cewek yang dia sayang. Dia benar-benar bingung dibuatnya.
“Kalian tahu kesalahan kalian?”,
bentak Jovan.
“Nggak bawa kalung pete sama
salah pasang kaos kaki”, jawab Desty dan Jo bersamaan.
Lagi, Jovan menghela nafasnya. Apa
yang harus dia lakukan sekarang.
“Kita hukum aja boss?”, tanya
seorang cowok yang berada disamping Jovan.
Jovan berbalik arah dan membisikkan
sesuatu pada cowok itu, “Loe yang ngurus mereka ya, terserah mau loe hukum apa
asal nggak pakai hukuman fisik”, ucap Jovan yang lalu menepuk punggu temannya
itu dan berlalu dari tempat itu.
“Kalian berempat ikutin gue”,
ucap cowok yang tadi.
Mereka berempat di bawa ke
lapangan upacara. Mereka dihukum untuk hormat pada bendera selama 1 jam. Mendengar
hukuman itu Neffira mati-matian untuk menolaknya.
“Loe kira gampang bikin kulit gue
mulus kayak gini? Nggak mungkin gue harus panas-panasan disini”, keluh Neffira.
“Nggak ada tapi-tapian. Hukuman
kalian ya ini”, lanjut cowok itu yang kemudian berlalu dari lapangan.
Desty, Jo, Ferdinand, dan
Neffira, mereka berdiri sejajar.
Raut wajah Jo bener-bener senang
bukan kepalang, sekarang ini dia ada di samping penyanyi idolanya.
“Nggak usah senyam-senyum sendiri
Jo. Gue tahu loe lagi seneng, tapi nggak gitu juga!”, tukas Desty sambil
cemberut.
“Biarin!”, jawab Jo singkat.
“Loe nggak malu pakai
perlengkapan itu?”, tanya Neffira pada Ferdinand.
Neffira dan Ferdinand memang
sudah akrab karena, Neffira yang menjadi model video klip lagu baru Ferdinand
di album yang kedua ini.
“Nggak. Emang konyol tapi
menyenangkan”, jawab Ferdinand terlihat senang. “Hukuman ini juga menyenangkan”,
lanjutnya sambil tersenyum tipis.
Jo sedikit melirik ke arah
Ferdinand yang tersenyum, “Manis banget”, gumam Jo yang terpesona melihat
Ferdinand tersenyum walau seringan itu.
Ferdinand mendengar gumaman Jo,
dan memalingkan mukanya kearah Jovita. Dan membuat Jo terkejut dan langsung kembali
menghadap ke bendera.
“Hay, gue Ferdinand. Loe siapa?”,
Ferdinand mengajak berkenalan.
Jo kembali mencoba menghadap
kearah Ferdinand, walau ragu dia tetap berusaha untuk mencobanya, “Gue Jovita,
panggil aja gue Jo”, ucap Jo terbata-bata dengan suara yang bergetar pula.
Kembali, Ferdinand tersenyum. Kali
ini senyuman itu khusus untuk Jo, dan membuat Jo terperanjat. Tubuhnya meleleh.
Sedetik kemudian Ferdinand menyodorkan tangan kanannya, mengajak Jo untuk
bersalaman.
Perlahan-lahan Jo mulai menurunkan
tangannya, mencoba meraih tangan Ferdinand walau dengan bergetar. Karena Jo
kelamaan menyalami Ferdinand, akhirnya Ferdinand yang menyalami tangan Jo
duluan, “Salam kenal Jo”, shake hand antara Jo dengan idolanya.
“Maklum aja dia itu fans berat
loe”, ucap Desty masih menghadap bendera.
“Oh ya? Loe suka lagu-lagu yang
gue nyanyiin? Loe suka lagu yang mana Jo?”, tanya Ferdinand yang makin
mempererat genggaman tangannya terhadap Jo.
Karena itu Jo nggak bisa menjawab
apa-apa, dia bener-bener di buat meleleh oleh Ferdinand.
“Dia suka semua lagu loe!”, jawab
Desty.
Ferdinand kembali tersenyum, kali
ini senyumannya lebar dan membuat Jo makin klepek-klepek.
Sekarang Ferdinand ingin
berkenalan dengan Desty, dia menyodorkan tangannya pada Desty, tapi Desty nggak
meraihnya.
“Gue Desty. Dan gue itu AFC jadi
nggak perlu loe baik sama gue”, tukas Desty ketus.
Anti Ferdinand Club. Tahu sendirikan
Desty itu memang salah satu member dari club anti Ferdinand, Desty nggak suka
dengan Ferdinand. Tapi Ferdinand menanggapinya dengan senang, karena dari Desty
dia bisa belajar mengkoreksi kesalahannya yang membuat orang-orang nggak
menyukainya.
---
Makan siang di kanti kampus.
Jo, Desty, dan Ferdinand duduk
bersama-sama. Tiba-tiba Neffira juga ikut bergabung karena nggak ada tempat
lain yang kosong, semuanya sudah penuh.
“Oh ya kenalin, ini Neffira. Pasti
loe sudah pernah lihat dia kan?”, Ferdinand mencoba meperkenalkan Neffira pada
Desty dan Jo.
“Pastinya kenal, dia sahabatku
waktu SMP”, jawab Jo bersemangat.
“Gue bukan sahabat loe lagi!”,
tukas Neffira ketus.
Ferdinand bengong, menganga
sejadinya.
“Loe tetep nggak berubah ya? Kita
sekarang sudah dewasa, bukan anak kecil lagi, masih aja loe inget-inget masalah
itu”, ucap Desty ketus.
“Itu hak gue, mau inget mau
enggak, itu urusan gue!”, sahut Neffira nggak kalah ketusnya.
“Sudahlah. Nggak perlu ada
pertengkaran lagi”, Jo mencoba menengahi.
Kali ini Ferdinand sudah nggak
menganga lagi, “Kalian kenapa sih?”, tanya Ferdinand penasaran.
Tapi nggak ada respon dari
ketiganya, mereka diam. Nggak memberi jawaban apa-apa pada Ferdinand.
Nggak lama kemudian ada yang
datang menghampiri Jovita, siapa lagi kalau bukan Jovan.
“Nih es krim buat kalian berdua”,
Jovan membawakan dua cup ukuran sedang eskrim untuk Jovita dan Desty, “Oh ya
Jo, pinjem kunci mobil dulu. Ada barang yang ketinggalan di mobil”, lanjut
Jovan.
Jo lalu merogoh tasnya mencari
kunci mobil.
“Kenapa eskrimnya cuman dua? Gue
nggak kebagian?”, keluh Ferdinand pada Jovan.
“Loe kan artis, masa eskrim harus
dibeliin orang lain? Beli sendiri dong!”, jawab Jovan ketus sambil meraih kunci
yang ada di tangan Jovita. “Nanti gue balikin”, lanjut Jovan yang kemudian
pergi ke parkiran.
“Kalau loe mau nih buat loe aja”,
Jo memberikan es krimnya pada Ferdinand.
“Jangan buat gue semua, kita makan
sama-sama aja”, lanjut Ferdinand yang membuat Jo tersenyum kegirangan.
Neffira nggak mau ikutan makan es
krim karena dia takut akan kalorinya yang tinggi, jadi dia makan bekal makan
siangny saja. Desty asyik sendiri dengan es krimnya, Jo dan Ferdinand bergantian
menyuapi es krim satu sama lain. Walau sudah menjadi penyanyi ternama, nggak
lantas membuat Ferdinand sombong dan ogah bergaul dengan yang bukan artis atau
penyanyi, dia berteman dengan semua orang.
“Cowok tadi itu siapa?”, tanya
Ferdinand.
“Ehm”, Jo melumat es krimnya, “Itu
tadi Jovan, dia kakak gue”, jawab Jo.
“Syukur deh!”, sahut Ferdinand.
Mereka berdua makin akrab saja.
Sedangkan Desty masih saja enggak berakrab-akraban dengan Ferdinand apa lagi
sama Neffira yang benar-benar sok ngartis, sombongnya minta ampun. Sama dengan
Desty, Neffira juga ogah buat akrab lagi sama Desty dan Jo, hanya Ferdinand
yang menjadi temannya di kampus itu.
Aku lebih suka jovan dri pada ferdinand.
BalasHapusJovan it tipe cowok yg kaku ya? Knpa dia susah bngt bilang ke desty kalo dia suka?
aku juga lebih suka sama Jovan sih,,hehe kakak yg baik...
BalasHapusya gengsi aja gitu,, tipe cowok cool yg gak mau ngejar tapi lebih seneng di kejar :p
hehehe
tapi Jovan itu baik bgtz,,