•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Rabu, 12 Oktober 2011

Jodohku, Mauku Cuma Kamu [Part 3]


Oliv sudah selesai mandi dan sudah siap juga untuk berangkat ke kampus karena dia ada kuliah dari pagi sampai nanti sore. Terlihat Adit masih bergulat dengan selimutnya karena pagi ini masih terasa dingin, lagipula dia nggak ada kuliah pagi jadi masih malas untuk bangun.
“Aku berangkat kuliah dulu”, ucap Oliv setelah memberikan kecupan ringan dipipi Adit.
Waktu mau pergi tangan Oliv berasa ada yang pegang, Adit menghalanginya, “Jangan berangkat sendirian, biar aku anterin”, Adit bangkit dari tempat tidurnya dan mengecup kening Oliv, “Aku mandi dulu ya, nggak lama kok. Tungguin ya?”, kata Adit sambil mengacak-acak rambut Oliv yang sudah rapi.
Oliv tersenyum dan mengangguk, Adit masuk kekamar mandi tanpa membawa handuk. Sebagai istri yang baik Oliv mengambil handuk yang baru dan memberikannya pada Adit, Adit tersenyum senang.
“Mau pakai baju yang mana Yang?”, teriak Oliv pada Adit yang lagi ada dikamar mandi.
Sebagai istri yang baik, Oliv juga bersedia menyiapkan semua keperluan suaminya itu termasuk menyiapkan baju yang nantinya akan Adit pakai.
“Kemeja kotak-kotak ungu, sama kaos putih”, terika Adit dari kamar mandi sambil terus menyabuni tubuhnya.
Oliv langsung mencari baju yang suaminya itu mau kenakan, “Kalau celananya pakai jeans hitam aja ya?”, tanya Oliv lagi.
“Jangan!”, Adit berhenti menyikat giginya. “Pakai jeans yang abu-abu aja”, lalu kembali melanjutkan membersihkan giginya.
Oliv menyiapkan apa yang suaminya kehendaki, “Ok, sudah semuanya”, ucap Oliv sambil meletakkan pakaian suaminya diatas ranjang yang sudah rapi itu. “Aku turun duluan ya Yang, aku tunggu dibawah”.
“Ya sayangku”, teriak Adit dari dalam kamar mandi.
Tapi Olive nggak langsung bergabung dengan Mamah dan Papah, dia mampir ke dapur  untuk mengambil kotak tempat bekal makanan, lalu baru ke meja makan.
“Adit mana?”, tanya Papah pada Oliv.
Oliv mengambil beberapa lembar roti gandum, “Lagi mandi Pah, soalnya baru bangun”.
“Anak itu, bener-bener males!”, tukas Papah.
Mamah dan Oliv hanya tersenyum ringan.
“Kamu nggak sarapan dulu?”, tanya Mamah karena nggak melihat Oliv makan tapi malah membungkus makanan.
Sambil mengoles selai coklat pada roti, “Nggak Mah, sudah kesiangan. Nanti makan di jalan aja, ini Oliv lagi buat bekal”, lalu memasukkan roti itu dalam tempatnya.
Nggak lama kemudian Adit keluar dengan wajah yang sudah segar dan bau wangi badannya, “Ayo berangkat, nanti terlambat lho”, setelah mengecup pipi Oliv dihadapan kedua orang tuanya itu.
Papah dan Mamah malah terlihat senang, tapi Oliv malahan jadi malu karena ulah suaminya.
Oliv bangkit, lalu keduanya pamit berangkat kuliah.
Di dalam mobil dalam perjalanan menuju kampus, Oliv menyempatkan untuk memakan bekal sarapannya dan juga menyuapi suaminya itu. Sarapan roti di dalam mobil bersama orang yang dicintai emang terasa menyenangkan.
“Bawa minum nggak?”, tanya Adit yang terlihat membutuhkan air minum.
Diambilnya mug tumbler yang tadi dibawanya, “Tapi aku bawanya susu anget, gimana?”, tanya Oliv terlebih dulu.
Adit meraih mug tersebut, “Aku suka ini”, Adit langsung meminumnya.
Perjalanan menuju kampus memang salah satu perjalanan yang menyenangkan bagi keduanya karena bisa bermesraan tanpa ada yang mengganggu.
Sampai juga di kampus.
Oliv sudah  melepas sit belt-nya, Adit juga melakukan hal yang sama.
“Mau kemana?”, tanya Oliv pada Adit.
Adit terseringai, “Nganterin istriku tercinta kekelasnya lah, masa mau ngapain lagi?”, ucap Adit penuh percaya diri.
“Nggak usah!”, timpal Oliv. “Kamu tunggu disini aja ya”, ucap Oliv sambil membuka pintu mobil dan bergegas menuju kelasnya, membiarkan Adit masih didalam mobil.
Kotak makan yang ada didashbor diambil Adit, “Ya sudah, lanjut sarapan dulu aja!”, Adit mulai melanjutkan makannya.
Tiba-tiba ada yang mengetuk kaca mobil Adit, ternyata Rama. Setelah kunci mobil dibuka, Rama langsung duduk ditempat yang sama yang tadi Oliv duduki.
“Kayaknya enak nih!”, Rama merebut sebuah roti dari dalam kotak.
“Loe ada kuliah?”, tanya Adit.
Sekarang keduanya sudah akrab layaknya kakak dan adik.
Rama menggelengkan kepalanya, “Nggak ada”, jawabnya singkat karena mulutnya penuh dengan roti.
“Selly? Nganterin Selly gitu?”, lanjut Adit.
Tentu saja Rama menganggukkan kepalanya.
Adit tertawa, “Langsung nikah aja bro, kayak gue sama Oliv”, timpal Adit sambil tertawa.
“Jangan dulu lah, masih nunggu Oliv!”, ucap Rama meledek.
Dengan refleks Adit memukul kepala Rama dengan cukup keras karena terdengar Rama kesakitan, “Kalo ngomong dijaga!”, muka Adit terlihat merah marah.
Sekarang giliran Rama yang tertawa puas karena telah menjahili Adit, “Sabar bro! Sekarang dihati gue cuman ada Selly. Oliv buat loe aja”, Rama menepuk-nepuk pundak Adit.
Keduanya kembali melanjutkan makan.
Sarapan sudah, sekarang tinggal membaca buku. Keduanya diam, serius membaca buku masing-masing. Sampai akhirnya Adit melihat jam tangannya, sudah waktunya Adit masuk kelas.
“Gue mau masuk kelas, loe disini aja apa ikut kedalem?”, tanya Adit sambil memasukkan bukunya kedalam tas.
Rama menutup buku yang dia baca lalu diletakkan di dashbor, “Ikut kedalem aja lah, keperpus atau gimana”, jawab Rama.
Keduanya keluar dari mobil. Setelah mengunci mobilnya Adit bergegas mengejar Rama yang sudah jalan mendahuluinya.
“Loe bener-bener nggak ada kuliah?”, tanya Adit.
Rama hanya mengangguk.
Adit melanjutkan kalimatnya, “Betah gitu nunggu Selly kuliah dari pagi sampai sore nanti?”, tanya Adit lagi.
Lagi-lagi Rama menganggukkan kepalanya.
Karena salut dengan Rama, Adit lalu menepuk-nepuk punggung Rama dengan simpatik.
Sekarang Rama sudah ada di perpustakaan, dia serius membaca buku.
Adit sudah masuk kelas bimbingan skripsi, karena sekarang ini memang dia sedang menyusun skripsinya.
Selly dan Olivia masuk kekelas selanjutnya.
Dan baru nanti istirahata makan siang mereka berempat bisa bertemu.
Jam menunjukkan pukul 12.10 wib.
Rama keluar dari perpustakaan menuju kelasnya Selly.
Adit juga sudah selesai kuliah, dia juga bergegas munuju kelasnya Olivia.
Selly dan Oliv baru keluar dari kelas, keduanya menunggu pujaan hati mereka masing-masing.
Tiba-tiba ad Mario yang berlari mendekat pada keduanya, “Gue sudah terlambat. Nih Americano panas khusus buat loe”, Mario memberikan secup ukuran besar Americano pada Oliv.
Setelah itu Mario bergegas naik tangga menuju kelasnya.
Langsung saja Olivia menikmati kopi pemberian dari Mario itu. Enak! Tentu saja enak! Oliv menawarkan kopi itu pada Selly tapi Selly menolak karena memang nggak suka minum yang namanya kopi.
Sudah setengah cup Oliv meminumnya, tiba-tiba ada suara yang membuatnya berhenti meminum kipo faforitnya itu.
“Buang!”, kata Adit dengan nada keras.
Ternyata tadi Adit melihat waktu Mario memberikan kopi itu pada Oliv.
“Tapi...”, Oliv mencoba berbicara tapi langsung diserobot lagi oleh Adit.
“Aku nggak mau terima alasan apapun. Cepetan buang!”, bentak Adit pada Olivia dihadapan Selly serta Rama.
Dari jauh Disti juga melihat itu semua.
Oliv lalu membuang cup itu di tempat sampah. Kemudian dia langsung menggandeng tangan kiri Adit, “Tuh sudah aku buang, jangan marah lagi ya?”, Oliv mencoba mengerdipkan matanya untuk menggoda Adit, “Aku laper, ayo makan siang”, rengek Oliv manja.
“Iya, ayo Dit kita makan siang dulu”, ajak Rama.
Akhirnya Adit tersenyum lalu mengacak-acak rambut Oliv, “Ayo makan”.
Mereka berempat berjalan bersama menuju kantin.
Sangat tidak senang, Disti sangat tidak senang melihat itu semua. Dia masih memendam amarah yang begitu banyak terhadap Oliv, dia berniat nggak akan melepaskan Oliv sampai kapanpun.
“Gue nggak bakaln biarin loe bahagia!”, ucapnya sinis sambil terus menatap tajam sosok Olivia dari kejauhan, sampai akhirnya Olivia menghilang setelah melewati koridor.
“Dan gue nggak bakal biarin loe nyakitin Oliv!”, terdengar suara orang yang menanggapi perkataan Disti tadi.
Sontak Disti membalikkan badannya dan terlihat ada Mario. Tadi Mario mampir dulu ke toilet.
Mario mendekat kearah Disti dengan tatapn amata yang tajam dan menukik, “Loe nggak perlu buang-buang energi loe buat nyakitin Oliv, karna gue nggak bakal biarin itu semua terjadi!”, gertak Mario lagi.
Disti hanya terlihat keheranan dengan perkataan Mario, setelah Mario menghilang dari hadapannya Disti masih saja keheranan, karena ada satu orang lagi yang mendukung Olivia. Sedangkan dia hanya sendirian, nggak ada teman dan nggak ada komplotan. Dia benar-benar sendirian.
Jam 17.15 wib. Oliv dan Selly keluar dari kelas bersama-sama. Mereka berdua berjalan menuju parkiran bersama-sama. Dengan sengaja Disti berjalan diantara keduanya, hingga membuat Oliv serta Disti sedikit tersungkur kesamping. Keduanya nggak berkata apa-apa dan melanjutkan langkah mereka menuju parkiran.
Terlihat Rama dan Adit yang berdiri didepan mobilnya masing-masing. Oliv menghampiri Adit dan Selly menghampiri Rama. Selly berdiri disamping Rama dan Ramapun langsung merangkulnya dengan mesra, sedangkan Oliv dan Adit langsung berpelukan mesra serta nggak lupa Oliv menghadiahkan kecupan dipipi Adit dan Adit juga nggak lupa untuk memberikan kecupan hangat dikening Oliv. Lalu mereka masuk ke mobil masing-masing.
Merekapun berpisah karena memang arah kerumah mereka itu berlainan.
“Malam ini Mamah sama Papah makan malem diluar sama temen kantor Papah. Kita makan diluar aja ya?”, ajak Adit.
Oliv yang memang sudah lapar hanya mengangguk dengan semangat.
“Sushi?”, tanya Adit lagi.
Kali ini Olivia mengangguk lebih cepat dan penuh dengan semangat yang menandakan dia memang ingin makan sushi, makanan faforitnya.
***3***



2 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...