Oliv
sudah selesai mandi dan sudah siap juga untuk berangkat ke kampus karena dia ada
kuliah dari pagi sampai nanti sore. Terlihat Adit masih bergulat dengan
selimutnya karena pagi ini masih terasa dingin, lagipula dia nggak ada kuliah
pagi jadi masih malas untuk bangun.
“Aku
berangkat kuliah dulu”, ucap Oliv setelah memberikan kecupan ringan dipipi
Adit.
Waktu
mau pergi tangan Oliv berasa ada yang pegang, Adit menghalanginya, “Jangan
berangkat sendirian, biar aku anterin”, Adit bangkit dari tempat tidurnya dan
mengecup kening Oliv, “Aku mandi dulu ya, nggak lama kok. Tungguin ya?”, kata Adit
sambil mengacak-acak rambut Oliv yang sudah rapi.
Oliv
tersenyum dan mengangguk, Adit masuk kekamar mandi tanpa membawa handuk.
Sebagai istri yang baik Oliv mengambil handuk yang baru dan memberikannya pada
Adit, Adit tersenyum senang.
“Mau
pakai baju yang mana Yang?”, teriak Oliv pada Adit yang lagi ada dikamar mandi.
Sebagai
istri yang baik, Oliv juga bersedia menyiapkan semua keperluan suaminya itu
termasuk menyiapkan baju yang nantinya akan Adit pakai.
“Kemeja
kotak-kotak ungu, sama kaos putih”, terika Adit dari kamar mandi sambil terus
menyabuni tubuhnya.
Oliv
langsung mencari baju yang suaminya itu mau kenakan, “Kalau celananya pakai
jeans hitam aja ya?”, tanya Oliv lagi.
“Jangan!”,
Adit berhenti menyikat giginya. “Pakai jeans yang abu-abu aja”, lalu kembali
melanjutkan membersihkan giginya.
Oliv
menyiapkan apa yang suaminya kehendaki, “Ok, sudah semuanya”, ucap Oliv sambil
meletakkan pakaian suaminya diatas ranjang yang sudah rapi itu. “Aku turun
duluan ya Yang, aku tunggu dibawah”.
“Ya
sayangku”, teriak Adit dari dalam kamar mandi.
Tapi
Olive nggak langsung bergabung dengan Mamah dan Papah, dia mampir ke dapur untuk mengambil kotak tempat bekal makanan,
lalu baru ke meja makan.
“Adit
mana?”, tanya Papah pada Oliv.
Oliv
mengambil beberapa lembar roti gandum, “Lagi mandi Pah, soalnya baru bangun”.
“Anak
itu, bener-bener males!”, tukas Papah.
Mamah
dan Oliv hanya tersenyum ringan.
“Kamu
nggak sarapan dulu?”, tanya Mamah karena nggak melihat Oliv makan tapi malah
membungkus makanan.
Sambil
mengoles selai coklat pada roti, “Nggak Mah, sudah kesiangan. Nanti makan di
jalan aja, ini Oliv lagi buat bekal”, lalu memasukkan roti itu dalam tempatnya.
Nggak
lama kemudian Adit keluar dengan wajah yang sudah segar dan bau wangi badannya,
“Ayo berangkat, nanti terlambat lho”, setelah mengecup pipi Oliv dihadapan
kedua orang tuanya itu.
Papah
dan Mamah malah terlihat senang, tapi Oliv malahan jadi malu karena ulah
suaminya.
Oliv
bangkit, lalu keduanya pamit berangkat kuliah.
Di
dalam mobil dalam perjalanan menuju kampus, Oliv menyempatkan untuk memakan
bekal sarapannya dan juga menyuapi suaminya itu. Sarapan roti di dalam mobil
bersama orang yang dicintai emang terasa menyenangkan.
“Bawa
minum nggak?”, tanya Adit yang terlihat membutuhkan air minum.
Diambilnya
mug tumbler yang tadi dibawanya, “Tapi aku bawanya susu anget, gimana?”, tanya
Oliv terlebih dulu.
Adit
meraih mug tersebut, “Aku suka ini”, Adit langsung meminumnya.
Perjalanan
menuju kampus memang salah satu perjalanan yang menyenangkan bagi keduanya
karena bisa bermesraan tanpa ada yang mengganggu.
Sampai
juga di kampus.
Oliv
sudah melepas sit belt-nya, Adit juga
melakukan hal yang sama.
“Mau
kemana?”, tanya Oliv pada Adit.
Adit
terseringai, “Nganterin istriku tercinta kekelasnya lah, masa mau ngapain lagi?”,
ucap Adit penuh percaya diri.
“Nggak
usah!”, timpal Oliv. “Kamu tunggu disini aja ya”, ucap Oliv sambil membuka
pintu mobil dan bergegas menuju kelasnya, membiarkan Adit masih didalam mobil.
Kotak
makan yang ada didashbor diambil Adit, “Ya sudah, lanjut sarapan dulu aja!”,
Adit mulai melanjutkan makannya.
Tiba-tiba
ada yang mengetuk kaca mobil Adit, ternyata Rama. Setelah kunci mobil dibuka,
Rama langsung duduk ditempat yang sama yang tadi Oliv duduki.
“Kayaknya
enak nih!”, Rama merebut sebuah roti dari dalam kotak.
“Loe
ada kuliah?”, tanya Adit.
Sekarang
keduanya sudah akrab layaknya kakak dan adik.
Rama
menggelengkan kepalanya, “Nggak ada”, jawabnya singkat karena mulutnya penuh
dengan roti.
“Selly?
Nganterin Selly gitu?”, lanjut Adit.
Tentu
saja Rama menganggukkan kepalanya.
Adit
tertawa, “Langsung nikah aja bro, kayak gue sama Oliv”, timpal Adit sambil
tertawa.
“Jangan
dulu lah, masih nunggu Oliv!”, ucap Rama meledek.
Dengan
refleks Adit memukul kepala Rama dengan cukup keras karena terdengar Rama kesakitan,
“Kalo ngomong dijaga!”, muka Adit terlihat merah marah.
Sekarang
giliran Rama yang tertawa puas karena telah menjahili Adit, “Sabar bro!
Sekarang dihati gue cuman ada Selly. Oliv buat loe aja”, Rama menepuk-nepuk
pundak Adit.
Keduanya
kembali melanjutkan makan.
Sarapan
sudah, sekarang tinggal membaca buku. Keduanya diam, serius membaca buku
masing-masing. Sampai akhirnya Adit melihat jam tangannya, sudah waktunya Adit
masuk kelas.
“Gue
mau masuk kelas, loe disini aja apa ikut kedalem?”, tanya Adit sambil
memasukkan bukunya kedalam tas.
Rama
menutup buku yang dia baca lalu diletakkan di dashbor, “Ikut kedalem aja lah,
keperpus atau gimana”, jawab Rama.
Keduanya
keluar dari mobil. Setelah mengunci mobilnya Adit bergegas mengejar Rama yang
sudah jalan mendahuluinya.
“Loe
bener-bener nggak ada kuliah?”, tanya Adit.
Rama
hanya mengangguk.
Adit
melanjutkan kalimatnya, “Betah gitu nunggu Selly kuliah dari pagi sampai sore
nanti?”, tanya Adit lagi.
Lagi-lagi
Rama menganggukkan kepalanya.
Karena
salut dengan Rama, Adit lalu menepuk-nepuk punggung Rama dengan simpatik.
Sekarang
Rama sudah ada di perpustakaan, dia serius membaca buku.
Adit
sudah masuk kelas bimbingan skripsi, karena sekarang ini memang dia sedang
menyusun skripsinya.
Selly
dan Olivia masuk kekelas selanjutnya.
Dan
baru nanti istirahata makan siang mereka berempat bisa bertemu.
Jam
menunjukkan pukul 12.10 wib.
Rama
keluar dari perpustakaan menuju kelasnya Selly.
Adit
juga sudah selesai kuliah, dia juga bergegas munuju kelasnya Olivia.
Selly
dan Oliv baru keluar dari kelas, keduanya menunggu pujaan hati mereka
masing-masing.
Tiba-tiba
ad Mario yang berlari mendekat pada keduanya, “Gue sudah terlambat. Nih
Americano panas khusus buat loe”, Mario memberikan secup ukuran besar Americano
pada Oliv.
Setelah
itu Mario bergegas naik tangga menuju kelasnya.
Langsung
saja Olivia menikmati kopi pemberian dari Mario itu. Enak! Tentu saja enak!
Oliv menawarkan kopi itu pada Selly tapi Selly menolak karena memang nggak suka
minum yang namanya kopi.
Sudah
setengah cup Oliv meminumnya, tiba-tiba ada suara yang membuatnya berhenti
meminum kipo faforitnya itu.
“Buang!”,
kata Adit dengan nada keras.
Ternyata
tadi Adit melihat waktu Mario memberikan kopi itu pada Oliv.
“Tapi...”,
Oliv mencoba berbicara tapi langsung diserobot lagi oleh Adit.
“Aku
nggak mau terima alasan apapun. Cepetan buang!”, bentak Adit pada Olivia
dihadapan Selly serta Rama.
Dari
jauh Disti juga melihat itu semua.
Oliv
lalu membuang cup itu di tempat sampah. Kemudian dia langsung menggandeng
tangan kiri Adit, “Tuh sudah aku buang, jangan marah lagi ya?”, Oliv mencoba
mengerdipkan matanya untuk menggoda Adit, “Aku laper, ayo makan siang”, rengek
Oliv manja.
“Iya,
ayo Dit kita makan siang dulu”, ajak Rama.
Akhirnya
Adit tersenyum lalu mengacak-acak rambut Oliv, “Ayo makan”.
Mereka
berempat berjalan bersama menuju kantin.
Sangat
tidak senang, Disti sangat tidak senang melihat itu semua. Dia masih memendam
amarah yang begitu banyak terhadap Oliv, dia berniat nggak akan melepaskan Oliv
sampai kapanpun.
“Gue
nggak bakaln biarin loe bahagia!”, ucapnya sinis sambil terus menatap tajam
sosok Olivia dari kejauhan, sampai akhirnya Olivia menghilang setelah melewati
koridor.
“Dan
gue nggak bakal biarin loe nyakitin Oliv!”, terdengar suara orang yang
menanggapi perkataan Disti tadi.
Sontak
Disti membalikkan badannya dan terlihat ada Mario. Tadi Mario mampir dulu ke
toilet.
Mario
mendekat kearah Disti dengan tatapn amata yang tajam dan menukik, “Loe nggak
perlu buang-buang energi loe buat nyakitin Oliv, karna gue nggak bakal biarin
itu semua terjadi!”, gertak Mario lagi.
Disti
hanya terlihat keheranan dengan perkataan Mario, setelah Mario menghilang dari
hadapannya Disti masih saja keheranan, karena ada satu orang lagi yang
mendukung Olivia. Sedangkan dia hanya sendirian, nggak ada teman dan nggak ada
komplotan. Dia benar-benar sendirian.
Jam
17.15 wib. Oliv dan Selly keluar dari kelas bersama-sama. Mereka berdua
berjalan menuju parkiran bersama-sama. Dengan sengaja Disti berjalan diantara
keduanya, hingga membuat Oliv serta Disti sedikit tersungkur kesamping. Keduanya
nggak berkata apa-apa dan melanjutkan langkah mereka menuju parkiran.
Terlihat
Rama dan Adit yang berdiri didepan mobilnya masing-masing. Oliv menghampiri
Adit dan Selly menghampiri Rama. Selly berdiri disamping Rama dan Ramapun
langsung merangkulnya dengan mesra, sedangkan Oliv dan Adit langsung berpelukan
mesra serta nggak lupa Oliv menghadiahkan kecupan dipipi Adit dan Adit juga
nggak lupa untuk memberikan kecupan hangat dikening Oliv. Lalu mereka masuk ke
mobil masing-masing.
Merekapun
berpisah karena memang arah kerumah mereka itu berlainan.
“Malam
ini Mamah sama Papah makan malem diluar sama temen kantor Papah. Kita makan
diluar aja ya?”, ajak Adit.
Oliv
yang memang sudah lapar hanya mengangguk dengan semangat.
“Sushi?”,
tanya Adit lagi.
Kali
ini Olivia mengangguk lebih cepat dan penuh dengan semangat yang menandakan dia
memang ingin makan sushi, makanan faforitnya.
***3***
d' kog rama memberikan kecupan ke olive..?
BalasHapushaha...salah ketik kak...
BalasHapusq ralat dulu...
thanx :)