•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Sabtu, 01 Oktober 2011

Coffee Milk [Part 8]


Seminggu kemudian.
Kondisi Vanes sekarang ini sudah benar-benar baik, tapi dia masih nggak dapet ijin dari Papahnya buat mengendarai motor lagi, dia juga nggak boleh menyetir. Pokoknya mang Ecep yang akan mengantarkan kemanapun Vanes pergi.
Seperti hari ini, Vanes ada kegiatan di kampus sampai malam. Tapi setelah dia sampai di kampus, Vanes menyuruh mang Ecep untuk pulang saja dan pada waktunya nanti Vanes akan menghubungi untuk dijemput. Karena Vanes tahu ada pekerjaan lain di rumah yang harus mang Ecep selesaikan.
Dia berjalan sendirian menuju kelasnya, tiba-tiba ada seseorang yang menghalangi jalannya. Siapa lagi kalau bukan Ghara yang benar-benar mengejar-ngejar Vanes. Ghara itu merupakan cinta pertama bagi Vanesia Angelina Utomo, begitu juga dengan Ghara, Vanes juga merupakan cinta pertamanya.
Flash back. Dari kecil mereka bermain bersama karena mereka tinggal dilingkungan yang sama sampai akhirnya mereka tumbuh remaja dan duduk di bangku SMP, dan mulai mengenal apa itu yang namanya cinta. Cinta monyet itu berlanjut dan mereka jadian, masa-masa yang bahagia, lucu, dan sulit untuk dilupakan. Mereka nonton film bersama, makan es krim, jalan-jalan dan melakukan kegiatan yang lainnya, pokoknya mereka nggak bisa dipisahkan.
Sampai akhirnya cinta mereka dihadapkan pada kenyataan yang mengharuskan Ghara pergi dari Indonesia. Ghara dan keluarganya pindah ke Amerika, dan sama sekali nggak penah kasih kabar berita sama Vanes. Padahal Ghara berjanji akan tetap menghubungi Vanes bagaimanapun caranya. Sampai akhirnya Ghara minggu lalu pulang, Vanes nggak tahu sama sekali, karena memang Ghara nggak pernah mengabarkan apapun tentang dirinya pada Vanes yang benar-benar menunggunya. Sampai kini cinta yang dulu mekar hanya menyisakan kemarahan dan kebencian.
Kembali lagi kemasa sekarang.
“Minggir!”, ucap Vanes ketus.
Ghara memegang kedua pundah Vanes, “Lihat mata gue”, ucap Ghara.
“Nggak!”, Vanes menolak keras. Dia nggak mau melihat mata Ghara.
“Lihat mata gue!”, Ghara mengulangi kalimatnya kali ini dengan nada bicara yang keras.
Akhirnya Vanes melihat kekedua mata Ghara, “Terus apa?”, kata Vanes enteng.
Dari jauh Hana melihat semua itu, dia baru saja datang kekampus. Hana mendesah payah, “Kenapa gue harus lihat dia lagi. Sama siapa pula itu? Kenapa hidup dia selalu baik?”, kata Hana lirih dengan tatapan sinis mengarah pada Vanes.
“Gue harap kita bisa memperbaiki semuanya, ayo kita mulai dari awa lagi”, Ghara berubah serius, dengan mata yang berkaca-kaca dia mengatakan itu semua.
Buru-buru Vanes menepis kedua tangan Ghara yang mencengkram pundaknya, “Nggak ada yang perlu diperbaiki dan nggak perlu ada yang dimulai lagi”, jawab Vanes tegas.
Lalu dia pergi tapi dengan cepat Ghara meraih tangan kanan Vanes.
“Lepasin tangan gue”, kata Vanes keras.
“Nggak! Gue nggak mau lepasin loe. Gue masih sayang banget sama loe”, lanjut Ghara mengungkapkan isi hatinya yang masih sama seperti yang dulu.
Vanes mencoba mengibaskan tangannya agar terlepas dari genggaman Ghara, tapi usaha itu sia-sia, “Lepasin gue! Loe harus tahu, gue sudah nggak punya perasaan apa-apa sama loe!”, ucap Vanes.
“Nggak! Gue nggak akan ngelepasin loe!”, sahut Ghara nggak mau kalah.
Tiba-tiba ada yang memberikan tinju di wajah Ghara, ternyata itu Evan, “Gue sudah pernah bilang sama loe buat nggak ganggu Vanes lagi. Gue nggak segan-segan nonjok loe lagi kalau loe berani ganggu-ganggu Vanes lagi”, bentak Evan pada Ghara yang tersungkur dilantai.
Vanes yang sudah terlepas dari cengkraman Ghara sekarang bersembunyi di belakang punggung Evan yang lebar itu.
“Apa urusan loe? Hah!”, kata Ghara sembari berdiri, “Loe suka sama Vanes? Hah! Jawab. Apa loe suka sama Vanes?”, tanya Ghara dengan nada tinggi.
Langsung dengan cepat Evan menggenggam tangan Vanes, “Ya! Gue suka sama dia. Bukan hanya suka, gue jatuh cinta sama Vanes!”, jawab Evan keras.
Jawaban dari Evan itu membuat Hana benar-benar naik darah. Selama ini Hana sudah menaruh hati pada Evan, dia selalu memberi perhatian lebih pada Evan, dia selalu mencintai Evan, tapi sekarang dia tahu kalau Evan nggak menyukainya tapi Evan malah menyukai bahkan jatuh cinta pada Vanes, musuh terberatnya, saingan terberatnya dalam banyak hal, termasuk percintaan ini.
Hati Hana benar-benar remuk.
_+++_
Siangnya di kantin. Ada sesuatu yang berbeda. Kali ini Hana yang terlihat duduk sendirian, biasanya Vanes yang duduk sendirian tapi sekarang berubah. Tempat duduk faforit Vanes, Tasya, dan Anis sekarang penuh, disana Bimo yang sudah kembali rujuk dengan Tasya, ada juga Evan yang sudah mau terang-terangan tentang perasaannya pada Vanes, dan beberapa teman-teman mereka yang lain. Mereka terlihat bahagia, tentu saja terkecuali Hana.
“Gue nggak bakal biarin loe bahagia!”, ucap Hana lirih.
Melihat Hana yang duduk sendirian, Vanes jadi nggak tega, dia ingin berbaikan dengan Hana, dia ingin mengakhiri hubungan permusuhan mereka.
“Mau kemana?”, tanya Evan sambil meraih tangan Vanes.
“Ngajak Hana gabung kesini. Kalian disini aja”, jawab Vanes sambil melepaskan tangan Evan yang memegang tangannya.
Vanes berjalan percaya diri menuju tempat duduk Hana.
“Ngapain loe kesini?”, bentak Hana.
“Sabar. Gue cuman mau ngajak loe gabung sama gue dan yang lainnya”, ajak Vanes dengan nada bicara yang manis.
Hana tertawa sinis lalu berdiri, “Nggak perlu!”, ucap Hana yang lalu pergi dari situ.
Vanes mengejar Hana yang berlari menjauh.
“Loe mau kemana?”, tanya Tasya yang melihat Vanes berlari.
“Kalian tunggu disini aja, gue mau ngejar Hana”, Vanes melanjutkan langkah kakinya.
Hana berlari ke sampai ke luar gerbang kampus.
“Vanes ngapain sih ngejar dia”, keluh Tasya.
“Apa nggak sebaiknya kita kesana juga?”, ucap Anis.
Vanes meraih tangan kanan Hana dan mencengkramnya keras agar Hana nggak bisa lari lagi, “Ngapain loe lari sejauh ini. Gue cuman mau minta maaf sama loe, gue ingin kita sahabatan dan nggak saling musuhan kayak gini lagi”, kata Vanes tulus dari hatinya.
“Nggak perlu baik sama gue. Gue muak sama loe. Kenapa harus selalu loe yang bahagia? Kenapa gue nggak pernah dapetin apa yang gue mau? Semuanya direbut loe!”, kata Hana keras.
“Maksud loe apa?”, tanya Vanes nggak ngerti maksud perkataan Hana.
“Loe nggak usah belaga bego. Loe tahu kan gue suka sama Evan, tapi loe malah ngerebutnya dari gue, padahal loe sudah ada cowok yang juga perhatian sama loe. Loe juga punya banyak sahabat, walau loe urakan tapi banyak yang care sama loe, loe juga selalu jadi bintang di kelas, loe mudah bergaul dengan banyak orang, loe punya segalanya yang nggak gue punya. Gue iri sama loe!”.
“Iri sama gue? Harusnya gue yang iri sama loe, gue nggak mau loe kalahin dikelas jadinya gue berusaha jadi yang terbaik, gue nggak punya mamah sedangkan loe punya dan dia sayang banget sama loe, loe juga punya saudara yang bisa loe ajak sharing, loe juga banyak teman tapi loe nggak menyadarinya, loe punya segalanya lebih dari gue. Gue yang harusnya iri sama loe”, Vanes sedikit mengambil nafas, lalu melanjutkan kalimatnya lagi, “Evan. Masalah Evan, loe harus tahu gue itu sama sekali nggak suka sama dia dan gue sudah bilang gitu sama dia. Jadi loe nggak perlu iri tentang itu sama gue”.
Di lain sisi rombongan Tasya, Anis, Bimo, Evan, dan beberapa anak yang lain sudah sampai disitu dan mendengar percakapan keduanya.
Hana terdiam, Vanes juga terdiam lalu dia melepaskan cengkraman tangannya pada Hana.
“Loe nggak perlu iri sama gue”, lanjut Vanes.
“Iya. Loe nggak perlu iri sama kita. Karena kita bukan manusia yang spesial, kita sama aja”, ucap Anis.
“Loe, gue, dan yang lainnya sama-sama manusia, nggak ada yang perlu loe iriin dari kita”, lanjut Tasya ikutan bicara juga.
Mendengar hal itu Hana terharu tapi dia nggak lantas bergabung dengan mereka, dia berlari menyeberangi jalan yang ramai sampai akhirnya dia berhenti ditengah jalan karena ada sebuah mobil yang sudah sangat dekat jaraknya dengan mobil itu.
Dengan cepat Vanes berlari dan mendorong Hana menjauh. Dan ‘BRAAAKKK!’
“Vanes!”, teriak Tasya dan Anis.
Hana yang terjatuh di trotoar diam terkejut, tubuhnya gemetaran.
Semua orang bergegas mengerumuni Vanes yang tergolek lemah bersimbah darah di tengah jalan. Tasya dan Anis menangis histeris melihat sahabatnya yang sekarat itu.
“Cepat panggil ambulans!”, teriak Evan yang juga sangat terkejut.
Vanes yang sudah sesak nafas mencoba berbicara, “Temani Hana, dia kesepian”, ucap Vanes terbata-bata. “Evan cintailah Hana sepenuh hati. Tasya, Anis, gue sayang kalian, gue mau pergi jauh, gue titip Papah sama kalian, jagain dia”, ucap Vanes makin tersengal-sengal.
“Nggak Van, loe nggak boleh ngomong kayak gitu, ambulans sebentar lagi sampai. Loe harus kuat!”, ucap Anis menyemangati.
“Gue nggak kuat lagi. Selamat tinggal”, ucap Vanes untuk yang terakhir kalinya.
Tangisan Tasya dan Anis kembali histeris, mereka menangis sejadi-jadinya, sahabat mereka meninggal dipangkuan mereka. Evan kalang kabut dia menghampiri supir mobil yang tadi menabrak Vanes dan mulai menghujankan pukulan kepadanya dan Bimo mencoba melerai itu. Hana juga menangis histeris, dia nggak menyangkan akan seperti ini jadinya, dia menyesal dan sangat merasa bersalah atas semua ini.
Kita baru tahu kalau kita sebenarnya sangat menyayangi orang itu, kalau orang tersebut telah tiada. Dalam hidup kita semuanya sama, sama-sama manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Kelebihan ataupun kekurangan sekalipun harus kita syukuri, karena itu karunia dari sang pencipta. Tak perlu iri dan dengki, kita semua sama didunia yang fana ini. Bersyukur dan berikanlah yang terbaik pada orang-orang disekitarmu.
***TAMAT***
***chiEch***
Waktu pengerjaan : Kamis, 28 – 30 September  2011




"Maaf kalau hasilnya kurang memuaskan. padahal mau di buat panjang ini cerita tapi di tengah jalan mood-nya berantakan jadi males buat nyelesein cerita ini. Mau di anggurin dulu tapi takutnya malah makin males ngelanjutinnya, jadi gitu deh hasilnya. Maaf kalau mengecewakan. ^_^"
chiEch ^_^

6 komentar:

  1. Knpa sad ending? Pingin ny yg bahagia.
    Tpi bagus kog. ^^ sering2 ngpost ya.

    BalasHapus
  2. makasih ^_^
    Mood'a gak asyik waktu mau ngerjain ending'a,,jdi di bkin gitu deh,,niatnya masih bbrp part lgi...tpi dagh keburu gak mood.

    BalasHapus
  3. Oh oke. Sering2 ngpost ya ^^

    BalasHapus
  4. bagus banget ceritanya. jadi terharu... sering2 ngepost ya. jangan keseringan bad mood. hehehe

    BalasHapus
  5. makasih sudah mau baca ya mutiara...
    hehehe,,,ini lagi pengin bikin sad ending... :)
    nama kamu muncul lho d judul slanjutnya...
    "Sayembara Cinta Tiara"

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...