Part4#Lagu
Kita, Untuk Semua#
Hari terakhir OSPEK, harus
semangat.
Jovan sedang menyiapkan panggung
hiburan untuk menghibur para mahasiswa-mahasiwa baru. Jovita lagi duduk-duduk
bareng anak-anak yang lain, hari ini mereka semua santai, nggak ada kegiatan
selain hiburan nantinya. Juga duduk bareng sama Jovita dan mahasiswa baru
lainnya, sedangkan Neffira memilih untuk duduk di kantin sendirian.
Sampai jam segini Desty belum
kelihatan batang hidungnya.
“Loe nggak kekampus?”, tanya Jo
melalui sambungan telefon pada Desty.
“Mobil gue mogok, sekarang gue
lagi nunggu supir gue buat ngurus mobil ini”, jawab Desty cepat-cepat.
“Ya sudah, cepetan kesini”, ucap
Jo yang langsung menutup telfon.
“Mobilnya mogok, sekarang lagi
nunggu supirnya”, jawab Jo sambil menyimpan hp-nya di saku celananya. “Oh ya,
nanti loe tampilkan?”, tanya Jo.
Ferdinand mengangguk pasti, “Tentu
saja!”, jawabnya singkat.
Jo tersenyum senang.
Nggak lama kemudian ada seseorang
yang berlari kearah mereka. Ternyata itu Desty yang masih mengenakan
perlengkapan OSPEK, padahal sih sudah nggak perlu dipakai lagi untuk hari ini. Dia
terus berlari untuk menjangkau Jovita.
Sampai juga, masih dengan
ngos-ngosannya, “Loe nggak pakai perlengkapan?”, tanya Desty.
“Hari ini kan kita semua nggak
perlu pakai kayak gituan lagi!”, jawab Ferdinand sambil menahan tawa.
Desty memandangi semua orang yang
ada disitu, ternyata memang sudah nggak ada lagi yang memakai perlengkapan itu
semua. Benar-benar dibuat malu, Desty menarik tangan Jo dan membawanya pergi ke
toilet. Mereka berdua berlari bergandengan.
Ferdinand dan mahasiswa yang lain
dibuat tertawa. Setelah Jo pergi, mahasiswa lain yang mengidolakan Ferdinand
mulai meminta tanda tangan dan berfoto bersama-sama. Sebagai idola yang ramah
dan baik, Ferdinand dengan ikhlas menyanggupi semua permintaan penggemarnya.
---
Penggung sudah siap, para
penonton juga sudah siap. Satu persatu penampil mulai menampilkan aksinya, ada
yang menyanyi, nge-dance, main musik, dan lain sebagainya. Desty dan Jo juga
sudah masuk dalam kerumunan penonton yang tentu saja menunggu penampilan dari
Ferdinand Adinegara, yang akan perform juga.
Penyanyi yang ditunggu-tunggu
dari tadi akhirnya naik pentas juga, dengan membawa gitar andalannya Ferdinand
akan menghibur teman-temannya dengan lagu andalan di album keduanya yang
berjudul ‘lagu kita’.
“Selamat siang teman-teman semua”,
Ferdinand menyata semua teman-temannya.
Jo menjawabnya dengan semangat,
Desty sampai sebel dibuatnya, dari atas panggung Ferdinand tersenyum lebar pada
semuanya dan nggak lupa buat Jo yang sudah bersemangat menjawab salamnya, dan itu
membuat Jo makin suka sama Ferdinand Adinegara yang memang punya senyuman yang
mempesona itu.
Petikan gitar Ferdinand mulai
terdengar, suara merdunya juga mulai membius semua penonton termasuk Jo yang
sangat menikmati lagu tersebut.
“Janjiku untukmu, takkan tinggalkan
dirimu”, suara merdu Ferdinand Adinegara benar-benar menghipnotis semua
cewek-cewek yang menontonnya.
Jo dan idola Ferdinand yang lain
juga ikut bernyanyi.
Karena penonton yang
berdesak-desakan, Desty merasa nggak nyaman, kepalanya pusing berkunang-kunang
gitu. Akhirnya dia mencoba untuk keluar dari kerumunan itu, dia nggak nyaman
sama sekali dengan tubuhnya hari ini.
Sampai juga di belakang penonton
yang begitu banyak, kepala Desty makin berat, pusing dan berkunang-kunang, dan
tiba-tiba ‘braak’, Desty terjatuh pingsan. Orang-orang yang melihat Desty
pingsan langsung mengerumuninya.
“Minggir, minggir!”, ucap keras
Jovan.
Dia melihat Desty yang nggak
sadarkan diri, dengan cepat Jovan menggendong tubuh lemah Desty di tangannya
dan membelah kerumunan, lalu mebawa Desty ke ruang kesehatan di kampus itu. Jo
yang mengetahui hal itu juga langsung berlari mengikuti kakaknya dan membiarkan
Ferdinand yang masih menyanyi di atas panggung.
---
Akhirnya Desty sadar juga. Dia
mulai membuka matanya, terlihat ada Jo, Ferdinand, dan Neffira. Dia mencoba
bangkit dari tempatnya yang sekarang, walau lemah dia tetap mencobanya dan Jo
juga membantu sahabatnya itu untuk duduk.
“Pasti loe tadi pagi nggak
sarapan ya?”, tanya Jo.
Desty menjawabnya dengan
melemparkan senyum untuk Jo.
“Loe mah gitu, males banget buat
sarapan”, lanjut Jo.
“Tadi gue kesiangan, terus di
tambah mobil mogok bikin gue bener-bener kehilangan tenaga”, jawab Desty beralasan.
Ferdinand memberikan sebuah kotak
yang berisi makanan, “Makan dulu, biar loe ada tenaga”, ucap Ferdinand manis.
“Iya nih makan dulu. Ini titipan
dari Jovan buat loe, kalau loe sudah sadar”, lanjut Jo.
“Makanan ini dari Jovan?”, tanya
Desty nggak percaya.
Ferdinand dan Jo mengangguk
bersamaan, Neffira masih terlihat acuh. Dia hanya duduk sambil terus
mengotak-atik BB-nya, entah melakukan apa. Jo mulai menyuapi sahabatnya itu, Jo
juga menceritakan semua yang tadi terjadi. Menceritakan Jovan yang membawa
Desty ke sini, Jovan yang khawatir sama keadaan Desty, Jovan yang langsung
mencari makanan untuk Desty. Dan itu semua membuat Desty senang bukan main.
“Kayaknya Jovan suka sama loe tuh”,
ucap Ferdinand sok tahu.
“Sok tahu loe!”, tukas Desty
dengan mulut penuh dengan makanan.
“Menurut pandangan gue sih gitu,
kalau cowok segitu perhatiannya sama cewek yang bukan sodaranya ya pasti cowok
itu punya feel sama cewek itu”, lanjut Ferdinand mengutarakan pendapatnya.
“Makin sok tau aja loe”, sahut
Desty menanggapi kalimat yang panjang dari Ferdinand.
Jo malah senyam-senyum sendirian
melihat tingkah lucu kedua sahabatnya itu, “Kalian kayak anak kecil”, ucapnya
sambil menahan tawa.
Tiba-tiba Jovan masuk kedalam
ruangan itu untuk melihat keadaan Desty, “Loe nggak apa-apa?”, tanya Jovan.
“Gue baik-baik aja”, jawab Desty
singkat setelah menelan makanannya.
“Sebelum berangkat tuh sarapan
dulu, jadi nggak bikin repot kayak gini!”, ucap ketus Jovan.
Mood Desty berubah sebel, “Itu
bukan urusan loe. Mau sarapan atau enggak itu terserah gue. Lagian siapa suruh
loe yang tadi nolong gue”, jawab Desty nggak kalah ketus.
“Bukannya bilang terima kasih,
malah jadi nyalahin gue karna tadi nolong loe. Harusnya loe bersyukur ada yang
mau nolongin loe!”, lanjut Jovan masih dengan nada ketus.
Jo dan Ferdinand jadi menganga
dibuatnya, keduanya saling bermain mata menanggapi suasana keruh sekarang ini.
“Lagian gue nggak minta loe buat
nolong gue. Jadi buat apa gue bilang makasih sama loe!”, ucap Desty makin ketus.
Neffira yang bosan mendengar
pertengkaran antara Jovan dan Desty, bangkit dari tempat duduknya, “Kampungan!”,
ucap Neffira keras, kemudian dia keluar dari tempat itu.
“Maksud loe?”, ucap Jovan dan
Desty bersamaan untuk menanggapi perkataan Neffira.
Jovan dan Desty saling bertemu
pandang, “Ngapain loe ngikut-ngikutin gua?”, keduanya kembali melontarkan
kalimat yang sama.
Membuat Jo dan Ferdinand
geleng-geleng kepala.
“Loe tuh yang nyama-nyamain
ucapan gue”, lanjut keduanya kembali melontarkan kalimat yang sama.
Makin membuat Jo dan Ferdinand
geleng-geleng kepala, melihat tingkah konyol Desty da n Jovan. Karena kesal
Jovan akhirnya keluar dari tempat itu dengan suasana mood yang nggak baik.
“Dasar orang aneh!”, celetuk
Desty sesaat setelah Jovan hilang dari pandangannya.
“Kalian bener-bener saling suka
tapi sama-sama keras kepala juga ya”, gumam Ferdinand menanggapi kejadian tadi.
“Diem loe. Loe itu nggak tahu
apa-apa”, sahut Desty ketus pada Ferdinand.
“Gue sudah sering diposisi kayak
tadi Fer. Bisa dibilang makanan wajib sehari-hari”, keluh Jo.
“Sabar aja ya Jo”, Ferdinand
membelai lembut rambut Jo.
---
Acara hari ini selesai dengan
sukses.
Sebagian besar mahasiswa baru
sudah pada pulang, tapi Jo belum karena lagi menunggu Jovan yang masih rapat di
ruang panitia. Jo ketiduran didalam mobil di parkiran yang sepi, hari ini
benar-benar hari yang melelahkan buatnya dan juga buat teman-temannya yang
lain.
Ada seseorang yang berjalan
kearah parkiran, ternyata cowok itu Ferdinand yang baru keluar dari kampus. Dia
berja;an sendirian menuju parkiran dan melihat ada seorang cewek yang tertidur didalam mobil,
sendirian pula.
“Jovita”, ucapnya lirih sambil
tersenyum.
Dia mencoba membuka
perlahan-lahan pintu mobil dimana Jo duduk. Ternyata nggak dikunci, Ferdinand
berhasil membuka pintu itu tanpa suara. Lalu diambilnya hp dari sakunya,
kemudian memotret Jo yang lagi ketiduran.
“Kalau lagi tidur loe makin
cantik aja Jo”, ucapnya lirih.
Kemudian dia melihat hp-nya Jo
yang tergeletak di dashboard, lalu Ferdinand mengambil hp itu dan mengetikkan
nomer hp-nya di hp Jo, dan nggak lupa buat nge-save nomernya di phone book-nya
Jo. Jo masih tertidur, setelah selesai dengan ulahnya, Ferdinand menutup
kembali pintu mobil Jovita pelan-pelan dan nyaris nggak bersuara.
Dari jauh Jovan melihat ulah
Ferdinand itu tapi Jovan membiarkannya saja.
Ferdinand masuk kedalam mobilnya
dan mulai men-starter mobilnya, “Gue pulang duluan ya Jo”, pamitnya pada Jo yang
masih tertidur.
Setelah itu Ferdinand langsung
emmacu mobilnya pergi dari kampus.
Jovan sampai dimobil. Setelah memasangkan
safety belt untuk Jo dan dirinya, kemudian dia mengunci pintu mobil dan
menjalankan mobilnya dengan tujuan pulang kerumah. Tiba-tiba hp-nya Jo
berdering, ada sebuah pesan masuk. Jovan meraih hp itu dan melihat siapa yang
mengirim pesan untuk adiknya itu.
“Kesatria bergitar?”, ucapnya
setelah melihat nama seseorang yang mengirimkan pesan untuk Jo.
Jovan membukanya, ternyata itu
MMS dengan gambar Jo yang lagi tertidur.
“Pasti ini dari si Ferdinand itu”,
lanjutnya mengambil kesimpulan dan meletakkan hp-Jo kembali ketempat semula.
Hp-nya Jo kembali berdering. Kali
ini ada telfon dari rumah. Jo terbangun karena suara itu dan langsung mengangkat
telfon tersebut, “Hallo”, ucapnya sambil mengucek-kucek matanya.
“Kok jam segini belum pulang? Kamu
nggak kenapa-napa kan?”, tanya Mamah khawatir.
Jo menguap sejadi-jadinya lalu
mulai menjawab pertanyaan Mamahnya, “Jo baik-baik aja Mah, ini lagi dijalan
baru keluar dari kampus. Soalnya tadi bang Jovan ada breafing dulu”, jawabnya
lengkap.
“Iya Mah. Bentar lagi juga sampai”,
lanjut Jo menanggapi perkataan Mamahnya, “Ya Mah”, ucapnya kemudian sambungan
telfon diputusnya.
“Telfon dari Mamah?”, tanya Jovan
memastikan.
Jo mengangguk pasti.
“Oh ya, ada kiriman MMS tuh dari
kesatria bergitar”, ucap Jovan sambil tetap serius mengemudikan mobil.
Jo terlihat bingung, “Kesatria
bergitar? Emangnya siapa bang?”, tanya Jo yang emang nggak tahu-menau tentang
kesatria bergitar itu.
“Mana gue tahu. Telfon aja biar
tahu siapa orangnya”, sahut Jovan memberikan saran.
Lalu Jo melihat MMS itu yang
ternyata foto dirinya yang lagi tertidur tadi di mobil, “Kok foto gue pas tadi
tidur?”, ucapnya terkejut.
Langsung saja dia menelfon ‘kesatrian
bergitar’ yang nomernya sudah ada di phone book-nya.
“Hallo. Maaf, loe siapa ya?”,
tanyanya tanpa basa-basi.
Terdengar suara tertawa dari
seorang cowok dari seberang sana, “Gue kesatria bergitar, harusnya loe tahu
siapa gue”.
“Nggak usah main-main sama gue
ya, loe siapa sih?”, tanya Jo ketus.
“Aduh cantik, jangan ketus gitu
dong. Gue ini Ferdinand Adinegara, masa sih loe nggak kenal gue?”, akhirnya
Ferdinand menguak jatidirinya juga. “Loe masih di parkiran atau sudah pulang?”,
lanjutnya.
“Ada-ada aja loe. Gue lagi di
jalan mau pulang”, jawab Jo singkat.
“Ya sudah, hati-hati ya. Nih gue
baru nyampe rumah”, ucap Ferdinand.
Setelah itu keduanya menutup
telfon.
“Pasti Ferdinand ya?”, tanya
Jovan.
Lagi, Jo mengangguk dengan pasti,
“Kok tahu?”
“Dia tadi diem-diem foto loe pas
loe lagi tidur, terus abis itu kayaknya dia masukin nomer hp-nya di hp loe”,
Jovan mencoba menjelaskan apa yang tadi dilihatnya. “Mungkin dia suka sama loe”,
lanjut Jovan sambil tersenyum.
“Gak mungkin bang, masa penyanyi
yang terkenal kayak dia suka sama gue. Lagian dengan kondisi gue yang kayak
gini, gue nggak mikirin gituan bang. Masih bisa hidup aja gue bersyukur banget”,
ucap Jo kalem banget.
Jovan mengelus lembut rambut
Jovita, “Loe nggak boleh ngomong kayak gitu, umur loe masih panjang banget. Loe
bakalan baik-baik aja. Loe bakalan hidup lam, loe bisa nikah dan punya anak. Gue
jamin!”, ucap Jovan menyemangati.
“Amin. Tapi gue harus minum
warfarin tiap hari, apa mungkin gue bisa punya anak?”, keluh Jo, lagi.
***
to be continued.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar