•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Senin, 17 Oktober 2011

Jo#4 - Lagu Kita, Untuk Semua

Part4#Lagu Kita, Untuk Semua#

Hari terakhir OSPEK, harus semangat.
Jovan sedang menyiapkan panggung hiburan untuk menghibur para mahasiswa-mahasiwa baru. Jovita lagi duduk-duduk bareng anak-anak yang lain, hari ini mereka semua santai, nggak ada kegiatan selain hiburan nantinya. Juga duduk bareng sama Jovita dan mahasiswa baru lainnya, sedangkan Neffira memilih untuk duduk di kantin sendirian.
Sampai jam segini Desty belum kelihatan batang hidungnya.
“Loe nggak kekampus?”, tanya Jo melalui sambungan telefon pada Desty.
“Mobil gue mogok, sekarang gue lagi nunggu supir gue buat ngurus mobil ini”, jawab Desty cepat-cepat.
“Ya sudah, cepetan kesini”, ucap Jo yang langsung menutup telfon.
“Desty kenapa?”, tanya Ferdinand penasaran.
“Mobilnya mogok, sekarang lagi nunggu supirnya”, jawab Jo sambil menyimpan hp-nya di saku celananya. “Oh ya, nanti loe tampilkan?”, tanya Jo.
Ferdinand mengangguk pasti, “Tentu saja!”, jawabnya singkat.
Jo tersenyum senang.
Nggak lama kemudian ada seseorang yang berlari kearah mereka. Ternyata itu Desty yang masih mengenakan perlengkapan OSPEK, padahal sih sudah nggak perlu dipakai lagi untuk hari ini. Dia terus berlari untuk menjangkau Jovita.
Sampai juga, masih dengan ngos-ngosannya, “Loe nggak pakai perlengkapan?”, tanya Desty.
“Hari ini kan kita semua nggak perlu pakai kayak gituan lagi!”, jawab Ferdinand sambil menahan tawa.
Desty memandangi semua orang yang ada disitu, ternyata memang sudah nggak ada lagi yang memakai perlengkapan itu semua. Benar-benar dibuat malu, Desty menarik tangan Jo dan membawanya pergi ke toilet. Mereka berdua berlari bergandengan.
Ferdinand dan mahasiswa yang lain dibuat tertawa. Setelah Jo pergi, mahasiswa lain yang mengidolakan Ferdinand mulai meminta tanda tangan dan berfoto bersama-sama. Sebagai idola yang ramah dan baik, Ferdinand dengan ikhlas menyanggupi semua permintaan penggemarnya.
---
Penggung sudah siap, para penonton juga sudah siap. Satu persatu penampil mulai menampilkan aksinya, ada yang menyanyi, nge-dance, main musik, dan lain sebagainya. Desty dan Jo juga sudah masuk dalam kerumunan penonton yang tentu saja menunggu penampilan dari Ferdinand Adinegara, yang akan perform juga.
Penyanyi yang ditunggu-tunggu dari tadi akhirnya naik pentas juga, dengan membawa gitar andalannya Ferdinand akan menghibur teman-temannya dengan lagu andalan di album keduanya yang berjudul ‘lagu kita’.
“Selamat siang teman-teman semua”, Ferdinand menyata semua teman-temannya.
Jo menjawabnya dengan semangat, Desty sampai sebel dibuatnya, dari atas panggung Ferdinand tersenyum lebar pada semuanya dan nggak lupa buat Jo yang sudah bersemangat menjawab salamnya, dan itu membuat Jo makin suka sama Ferdinand Adinegara yang memang punya senyuman yang mempesona itu.
Petikan gitar Ferdinand mulai terdengar, suara merdunya juga mulai membius semua penonton termasuk Jo yang sangat menikmati lagu tersebut.
“Janjiku untukmu, takkan tinggalkan dirimu”, suara merdu Ferdinand Adinegara benar-benar menghipnotis semua cewek-cewek yang menontonnya.
Jo dan idola Ferdinand yang lain juga ikut bernyanyi.
Karena penonton yang berdesak-desakan, Desty merasa nggak nyaman, kepalanya pusing berkunang-kunang gitu. Akhirnya dia mencoba untuk keluar dari kerumunan itu, dia nggak nyaman sama sekali dengan tubuhnya hari ini.
Sampai juga di belakang penonton yang begitu banyak, kepala Desty makin berat, pusing dan berkunang-kunang, dan tiba-tiba ‘braak’, Desty terjatuh pingsan. Orang-orang yang melihat Desty pingsan langsung mengerumuninya.
“Minggir, minggir!”, ucap keras Jovan.
Dia melihat Desty yang nggak sadarkan diri, dengan cepat Jovan menggendong tubuh lemah Desty di tangannya dan membelah kerumunan, lalu mebawa Desty ke ruang kesehatan di kampus itu. Jo yang mengetahui hal itu juga langsung berlari mengikuti kakaknya dan membiarkan Ferdinand yang masih menyanyi di atas panggung.
---
Akhirnya Desty sadar juga. Dia mulai membuka matanya, terlihat ada Jo, Ferdinand, dan Neffira. Dia mencoba bangkit dari tempatnya yang sekarang, walau lemah dia tetap mencobanya dan Jo juga membantu sahabatnya itu untuk duduk.
“Pasti loe tadi pagi nggak sarapan ya?”, tanya Jo.
Desty menjawabnya dengan melemparkan senyum untuk Jo.
“Loe mah gitu, males banget buat sarapan”, lanjut Jo.
“Tadi gue kesiangan, terus di tambah mobil mogok bikin gue bener-bener kehilangan tenaga”, jawab Desty beralasan.
Ferdinand memberikan sebuah kotak yang berisi makanan, “Makan dulu, biar loe ada tenaga”, ucap Ferdinand manis.
“Iya nih makan dulu. Ini titipan dari Jovan buat loe, kalau loe sudah sadar”, lanjut Jo.
“Makanan ini dari Jovan?”, tanya Desty nggak percaya.
Ferdinand dan Jo mengangguk bersamaan, Neffira masih terlihat acuh. Dia hanya duduk sambil terus mengotak-atik BB-nya, entah melakukan apa. Jo mulai menyuapi sahabatnya itu, Jo juga menceritakan semua yang tadi terjadi. Menceritakan Jovan yang membawa Desty ke sini, Jovan yang khawatir sama keadaan Desty, Jovan yang langsung mencari makanan untuk Desty. Dan itu semua membuat Desty senang bukan main.
“Kayaknya Jovan suka sama loe tuh”, ucap Ferdinand sok tahu.
“Sok tahu loe!”, tukas Desty dengan mulut penuh dengan makanan.
“Menurut pandangan gue sih gitu, kalau cowok segitu perhatiannya sama cewek yang bukan sodaranya ya pasti cowok itu punya feel sama cewek itu”, lanjut Ferdinand mengutarakan pendapatnya.
“Makin sok tau aja loe”, sahut Desty menanggapi kalimat yang panjang dari Ferdinand.
Jo malah senyam-senyum sendirian melihat tingkah lucu kedua sahabatnya itu, “Kalian kayak anak kecil”, ucapnya sambil menahan tawa.
Tiba-tiba Jovan masuk kedalam ruangan itu untuk melihat keadaan Desty, “Loe nggak apa-apa?”, tanya Jovan.
“Gue baik-baik aja”, jawab Desty singkat setelah menelan makanannya.
“Sebelum berangkat tuh sarapan dulu, jadi nggak bikin repot kayak gini!”, ucap ketus Jovan.
Mood Desty berubah sebel, “Itu bukan urusan loe. Mau sarapan atau enggak itu terserah gue. Lagian siapa suruh loe yang tadi nolong gue”, jawab Desty nggak kalah ketus.
“Bukannya bilang terima kasih, malah jadi nyalahin gue karna tadi nolong loe. Harusnya loe bersyukur ada yang mau nolongin loe!”, lanjut Jovan masih dengan nada ketus.
Jo dan Ferdinand jadi menganga dibuatnya, keduanya saling bermain mata menanggapi suasana keruh sekarang ini.
“Lagian gue nggak minta loe buat nolong gue. Jadi buat apa gue bilang makasih sama loe!”, ucap Desty makin ketus.
Neffira yang bosan mendengar pertengkaran antara Jovan dan Desty, bangkit dari tempat duduknya, “Kampungan!”, ucap Neffira keras, kemudian dia keluar dari tempat itu.
“Maksud loe?”, ucap Jovan dan Desty bersamaan untuk menanggapi perkataan Neffira.
Jovan dan Desty saling bertemu pandang, “Ngapain loe ngikut-ngikutin gua?”, keduanya kembali melontarkan kalimat yang sama.
Membuat Jo dan Ferdinand geleng-geleng kepala.
“Loe tuh yang nyama-nyamain ucapan gue”, lanjut keduanya kembali melontarkan kalimat yang sama.
Makin membuat Jo dan Ferdinand geleng-geleng kepala, melihat tingkah konyol Desty da n Jovan. Karena kesal Jovan akhirnya keluar dari tempat itu dengan suasana mood yang nggak baik.
“Dasar orang aneh!”, celetuk Desty sesaat setelah Jovan hilang dari pandangannya.
“Kalian bener-bener saling suka tapi sama-sama keras kepala juga ya”, gumam Ferdinand menanggapi kejadian tadi.
“Diem loe. Loe itu nggak tahu apa-apa”, sahut Desty ketus pada Ferdinand.
“Gue sudah sering diposisi kayak tadi Fer. Bisa dibilang makanan wajib sehari-hari”, keluh Jo.
“Sabar aja ya Jo”, Ferdinand membelai lembut rambut Jo.
---
Acara hari ini selesai dengan sukses.
Sebagian besar mahasiswa baru sudah pada pulang, tapi Jo belum karena lagi menunggu Jovan yang masih rapat di ruang panitia. Jo ketiduran didalam mobil di parkiran yang sepi, hari ini benar-benar hari yang melelahkan buatnya dan juga buat teman-temannya yang lain.
Ada seseorang yang berjalan kearah parkiran, ternyata cowok itu Ferdinand yang baru keluar dari kampus. Dia berja;an sendirian menuju parkiran dan melihat ada  seorang cewek yang tertidur didalam mobil, sendirian pula.
“Jovita”, ucapnya lirih sambil tersenyum.
Dia mencoba membuka perlahan-lahan pintu mobil dimana Jo duduk. Ternyata nggak dikunci, Ferdinand berhasil membuka pintu itu tanpa suara. Lalu diambilnya hp dari sakunya, kemudian memotret Jo yang lagi ketiduran.
“Kalau lagi tidur loe makin cantik aja Jo”, ucapnya lirih.
Kemudian dia melihat hp-nya Jo yang tergeletak di dashboard, lalu Ferdinand mengambil hp itu dan mengetikkan nomer hp-nya di hp Jo, dan nggak lupa buat nge-save nomernya di phone book-nya Jo. Jo masih tertidur, setelah selesai dengan ulahnya, Ferdinand menutup kembali pintu mobil Jovita pelan-pelan dan nyaris nggak bersuara.
Dari jauh Jovan melihat ulah Ferdinand itu tapi Jovan membiarkannya saja.
Ferdinand masuk kedalam mobilnya dan mulai men-starter mobilnya, “Gue pulang duluan ya Jo”, pamitnya pada Jo yang masih tertidur.
Setelah itu Ferdinand langsung emmacu mobilnya pergi dari kampus.
Jovan sampai dimobil. Setelah memasangkan safety belt untuk Jo dan dirinya, kemudian dia mengunci pintu mobil dan menjalankan mobilnya dengan tujuan pulang kerumah. Tiba-tiba hp-nya Jo berdering, ada sebuah pesan masuk. Jovan meraih hp itu dan melihat siapa yang mengirim pesan untuk adiknya itu.
“Kesatria bergitar?”, ucapnya setelah melihat nama seseorang yang mengirimkan pesan untuk Jo.
Jovan membukanya, ternyata itu MMS dengan gambar Jo yang lagi tertidur.
“Pasti ini dari si Ferdinand itu”, lanjutnya mengambil kesimpulan dan meletakkan hp-Jo kembali ketempat semula.
Hp-nya Jo kembali berdering. Kali ini ada telfon dari rumah. Jo terbangun karena suara itu dan langsung mengangkat telfon tersebut, “Hallo”, ucapnya sambil mengucek-kucek matanya.
“Kok jam segini belum pulang? Kamu nggak kenapa-napa kan?”, tanya Mamah khawatir.
Jo menguap sejadi-jadinya lalu mulai menjawab pertanyaan Mamahnya, “Jo baik-baik aja Mah, ini lagi dijalan baru keluar dari kampus. Soalnya tadi bang Jovan ada breafing dulu”, jawabnya lengkap.
“Iya Mah. Bentar lagi juga sampai”, lanjut Jo menanggapi perkataan Mamahnya, “Ya Mah”, ucapnya kemudian sambungan telfon diputusnya.
“Telfon dari Mamah?”, tanya Jovan memastikan.
Jo mengangguk pasti.
“Oh ya, ada kiriman MMS tuh dari kesatria bergitar”, ucap Jovan sambil tetap serius mengemudikan mobil.
Jo terlihat bingung, “Kesatria bergitar? Emangnya siapa bang?”, tanya Jo yang emang nggak tahu-menau tentang kesatria bergitar itu.
“Mana gue tahu. Telfon aja biar tahu siapa orangnya”, sahut Jovan memberikan saran.
Lalu Jo melihat MMS itu yang ternyata foto dirinya yang lagi tertidur tadi di mobil, “Kok foto gue pas tadi tidur?”, ucapnya terkejut.
Langsung saja dia menelfon ‘kesatrian bergitar’ yang nomernya sudah ada di phone book-nya.
“Hallo. Maaf, loe siapa ya?”, tanyanya tanpa basa-basi.
Terdengar suara tertawa dari seorang cowok dari seberang sana, “Gue kesatria bergitar, harusnya loe tahu siapa gue”.
“Nggak usah main-main sama gue ya, loe siapa sih?”, tanya Jo ketus.
“Aduh cantik, jangan ketus gitu dong. Gue ini Ferdinand Adinegara, masa sih loe nggak kenal gue?”, akhirnya Ferdinand menguak jatidirinya juga. “Loe masih di parkiran atau sudah pulang?”, lanjutnya.
“Ada-ada aja loe. Gue lagi di jalan mau pulang”, jawab Jo singkat.
“Ya sudah, hati-hati ya. Nih gue baru nyampe rumah”, ucap Ferdinand.
Setelah itu keduanya menutup telfon.
“Pasti Ferdinand ya?”, tanya Jovan.
Lagi, Jo mengangguk dengan pasti, “Kok tahu?”
“Dia tadi diem-diem foto loe pas loe lagi tidur, terus abis itu kayaknya dia masukin nomer hp-nya di hp loe”, Jovan mencoba menjelaskan apa yang tadi dilihatnya. “Mungkin dia suka sama loe”, lanjut Jovan sambil tersenyum.
“Gak mungkin bang, masa penyanyi yang terkenal kayak dia suka sama gue. Lagian dengan kondisi gue yang kayak gini, gue nggak mikirin gituan bang. Masih bisa hidup aja gue bersyukur banget”, ucap Jo kalem banget.
Jovan mengelus lembut rambut Jovita, “Loe nggak boleh ngomong kayak gitu, umur loe masih panjang banget. Loe bakalan baik-baik aja. Loe bakalan hidup lam, loe bisa nikah dan punya anak. Gue jamin!”, ucap Jovan menyemangati.
“Amin. Tapi gue harus minum warfarin tiap hari, apa mungkin gue bisa punya anak?”, keluh Jo, lagi.
***
to be continued.....





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...