Pagi
ini Vina juga ikut sarapan di rumah Adit lagi, dan pagi ini juga dia dan Adit
akan melanjutkan penyusunan skripsi. Setelah selesai sarapan Mamah dan Papah
langsung pergi untuk melakukan kegiatan masing-masing, hari ini Oliv kuliah
dari pagi sampai sore, benar-benar hari yang sibuk bagi semuanya. Tapi nggak
buat Oxel dan mbok Sumi, mereka santai di rumah.
“Dari
pada nonton acara gosip melulu, baca ini aja mbok”, Oxel memberikan sebuah
novel pada mbok Sumi untuk dibaca.
Mbok
Sumi serta merta meraihnya dan mulai membuka buku itu, “Nggak ada gambarnya ya
non?”, tanya mbok Sumi sambil tersenyum.
“Ini
bukan komik mbok, jadi nggak ada gambarnya”, jawab Oxel sambil melanjutkan
membaca halaman berikutnya.
Keduanya
tertawa ringan, lalu mbok Sumi mengikuti apa yang Oxel katakan, dia mematikan
televisi dan mulai ikut-ikutan membaca novel. Oxel melirik kearah mbok Sumi
lalu melemparkan senyuman simpatik, dari jauh Vina melihat kearah Oxel dan mbok
Sumi dengan tatapan tajam nggak senang, lalu dia masuk lagi ke ruang kerja.
“Vina,
bagusnya gue nulis yang ini atau yang ini?”, tanya Adit meperlihatkan dua buah
dokumen yang dipegangnya pada Vina.
Vina
berjalan mendekat, “Kayaknya yang ini lebih bagus deh”, jawabnya memberi
keputusan mengambil dokumen yang dipegang tangan kanan Adit.
Dia
berjalan ke belakang Adit dan memeluk Adit sangat erat, “Gue sayang banget sama
loe Dit”, bisiknya pada Adit, begitu dekat.
Adit
benar-benar nggak suka dengan apa yang Vina lakukan, dengan keras dia
melepaskan pelukan itu dan membuat Vina tersungkur ke lantai, “Gue sudah punya
istri yang benar-benar gue cintai sampai kapanpun! Loe nggak bisa kayak gini
sama gue”, ucap Adit keras.
Vina
mencoba berdiri lalu merapikan bajunya, dia merogoh sakunya dan mengeluarkan
selembar foto, “Jadi loe mau Oliv lihat ini?”, tanya Vina dengan nada sinis.
Foto
itu langsung Adit rebut, “Apa-apaan ini?”, tanya Adit nggak suka dan merasa
nggak pernah berfoto seperti itu.
Foto
antara Adit dan Vina, foto yang bisa mencitrakan peristiwa yang nggak
sepantasnya, foto Adit yang bertelanjang dada beserta Vina yang hanya memakai BRA.
Tapi Adit nggak pernah berfoto seperti itu, dia benar-benar yakin kalau dirinya
nggak pernah berbuat sesuatu apapun dengan Vina. Dia yakin!
“Tapi
itu buktinya. Gue punya bukti. Jadi loe nggak boleh nolak kalau gue minta
sesuatu sama loe, kalau loe sampai nolak gue nggak segan-segan ngasih ini ke
Oliv!”, Vina mencoba menggertak Adit.
Sangkin
terkejutnya bercampur bingung dan takut Adit sampai terduduk lemas di lantai,
dia nggak tahu harus berbuat apa, dia nggak ingat tentang apa saja yang dia
lakukan kemarin, dia nggak tahu sama sekali. Sementara itu Vina terus
memojokkannya, Vina terus memaksa Adit untuk mengikuti permainan dia yang
begitu membuat Adit syok.
“Ini
non minumannya”, mbok Sumi meletakkan dua gelas orange juice diatas meja yang
penuh dengan novel-novel.
Oxel
menutup bukunya sebentar untuk minum dulu, “Makasih ya mbok”, langsung saja
minuman itu menyegarkan Oxel yang kehausan, “Mbok Sumi kenapa? Kok gemetaran
gitu?”, tanya Oxel pada mbok Sumi yang terlihat aneh.
Mbok
Sumi terlihat sedikit bingung tapi sedetik kemudian dia melemparkan senyum
untuk menyembunyikan alasan yang membuat tubuhnya gemetaran, “Nggak apa-apa kok
non”, jawabnya singkat lalu melanjutkan membaca buku.
“Ayolah
Mario, gue ini istri orang masa loe masih aja deketin gue sih?”, keluh Oliv
pada Mario.
Selly,
Oliv, dan Mario lagi makan siang di kantin, Rama lagi ada kelas jadi nggak bisa
ikut bergabung dengan mereka. Sedari tadi Mario terus-terusan mengikuti Oliv
dan Selly, walaupun Oliv terus-terus menolaknya tetap saja Mario teguh dengan
pendiriannya.
“Gue
tahu, gue tahu banget. Makanya gue nggak bertingkah berlebih, cukup kayak gini
gue juga sudah seneng”, ucapnya manis diiringi senyuman yang menawan.
Oliv
dan Selly, keduanya menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan payah.
“Oh
ya, mau es krim nggak? Gue beli dulu ya, ehm mau yang rasa apa? Coklat?
Stroberi? Vanilla? Atau?...”, omongan Mario yang panjang lebar langsung
dipotong oleh Selly.
“Coklat!
Sudah sana beli!”, ucap Selly sambil mendorong Mario untuk pergi.
Keduanya
lagi-lagi menghela nafas dengan payah.
Adit
sudah nggak konsen lagi dengan apa yang dia kerjakan, dia minta berhenti dan
mengerjakan itu lagi besok. Tapi Vina nggak mau melepaskan Adit begitu saja,
dia minta Adit menemaninya untuk makan siang bersama di rumah Vina.
“Nggak!”,
jawab Adit singkat dan tegas.
Vina
kembali mengulangi ancamannya, sama dengan ancaman sebelumnya. Mau nggak mau
Adit mengikuti permainan Vina.
Setelah
berpamitan dengan mbok Sumi dan Oxel, keduanya pergi kerumah Vina yang ada di
seberang rumah Adit itu sambil bergandengan tangan. Tapi sedari tadi Adit terus
melepaskan genggaman tangan Vina, dia nggak mau terus masuk dalam permaian Vina
yang benar-benar mempertaruhkan hidupnya. Untung saja Mamah cepat pulang dan
sempat mencegat mereka masuk kedalam rumah Vina.
“Kalian
mau ngapain? Ayo makan siang dulu, Mamah sudah beli banyak makanan nih”, ajak
Mamah yang langsung menyerahkan apa yang dia bawa pada Adit.
Benar-benar
lega, saat itu juga Adit bisa bernafas lega dan ketiganya kembali kerumah Adit.
Setelah Adit memberikan apa yang dibawanya tadi pada mbok Sumi, mbok Sumi
bertugas untuk menyiapkan semuanya. Agar nggak diganggu oleh Vina, Adit memilih
duduk bersama Oxel.
“Daripada
nggak ada kerjaan, baca ini aja kak”, Oxel memberikan sebuah novel teenlit pada
Adit.
Adit
tersenyum lebar sambil meraih buku itu lalu membuka lembaran pertamanya,
“Ceritanya gimana nih?”, tanya Adit sambil melirik kearah Oxel.
“Di
baca aja, nanti tahu”, jawab Oxel singkat.
Adit
malah tertawa dan mulai membacanya.
Makanan
sudah siap diatas meja. Mamah sudah duduk ditempat yang biasa Mamah tempatin,
Vina juga sudah duduk manis di tempat duduk Oliv. Melihat itu Adit benar-benar
dibuat nggak senang jadi dia menggandenga Oxel dan mengarahkannya untuk duduk
disampingnya. Adit diapit Mamah dan Oxel. Karena diperlakukan seperti itu Vina
terlihat makin nggak senang, tapi setidaknya Adit bisa merasa aman dan nyaman.
Oliv
dan Selly lagi menikmati segarnya satu cup Wall’s Selection varian coklat, dan
Mario nggak ikutan makan, dari tadi dia cuman memperhatikan Oliv. Dia melihat
gimana Oliv makan es krim, tadi dia juga melihat Oliv menulis serius, membaca,
dan presentasi di kelas, pokoknya itu semua membuat Mario begitu senangnya.
“Sudahlah,
nggak usah ngeliatin gue lagi. Apa loe nggak ada kelas hari ini?”, tanya Oliv
sambil memandangi waja Mario.
Nggak
disangka-sangka setelah dipandang begitu dekat oleh Oliv, Mario malah jadi
salting, “Oh ya, gue ada kelas. Gue pergi dulu ya”, ucapnya sedikit
terbata-bata karena merasa malu.
“Dasar
anak itu, bener-bener aneh”, sahut Selly.
Nggak
lama setelah Mario pergi, Rama datang mengahmpiri keduanya lalu dia merampas
sendok yang Selly pegang dan menikmati es krim yang ada, “Segarnya”, ucap Rama
senang.
Selly
mengacak-ngacak rambut Rama dengan mesra, Oliv hanya bisa cengar-cengir kuda
saja, biasanya dia yang membuat Rama dan Selly cemburu tapi sekarang Oliv yang
ngerasa cemburu dengan sikap keduanya, dia bener-bener kangen sama Adit.
Jam
14.30 wib.
Saatnya
untuk Oliv dan Selly masuk kelasnya yang terakhir untuk hari ini. Sedangkan Rama
bertugas untuk menghabiskan es krim yang ada sembari menunggu Selly keluar dari
kelas.
Vina
sudah pulang kerumahnya dan membuat hati Adit benar-benar lebih tenang dari
sebelumnya. Lebih tenang lagi saat dia ikut-ikutan membaca novel yang Oxel
beli, ternyata asyik juga membaca cerita yang menceritakan kisah percintaan dan
persahabatan semasa masih SMA. Adit benar-benar menikmati itu, mbok Sumi juga
nggak mau kalah, setelah pekerjaannya selesai dia melanjutkan lagi membaca
novel. Mamah yang heran melihat pemandangan itu dibuat jadi terhipnotis dan
ikut-ikutan membaca novel bersama ketiganya.
Papah
dan Oliv sampai dirumah bersama-sama, setelah memarkirkan mobil keduanya
langsung masuk bersama-sama dan dibuat terkejut karena pemandangan yang ada di
ruang keluarga, Mamah, mbok Sumi dan Adit sudah tertular virus yang Oxel
derita, yaitu keranjingan membaca novel teenlit. Keduanya tertawa senang karena
melihat kehangatan ini.
Adit
memeluk istrinya itu begitu erat, seolah-olah dia nggak mau Oliv pergi
kemana-mana, Oliv harus selalu ada disisinya.
Oliv
terbangun dari tidurnya dan menatap wajah Adit lekat-lekat, dia merapikan
rambut Adit yang berantakan lalu mencoba untuk menyingkirkan tangan Adit yang
sedang memeluknya. Tapi itu sulit untuk dilakukan, Adit nggak mau melepaskan
pelukannya, Adit nggak mau Oliv pergi dari sisinya.
“Kamu
nggak boleh lepas dari aku”, ucap Adit masih dengan mata tertutup.
Oliv
sedikit cemberut, “Aku mau matiin AC dulu, dingin banget nih”, keluh Oliv.
Tapi
Adit nggak mau, “Biarin AC-nya nyala. Tenang aja, aku nggak bakalan biarin kamu
kedinginan. Aku akan tetap memeluk erat kamu seperti ini sampai pagi”, ucap
Adit makin mempererat pelukannya terhadap Oliv.
Nggak
bisa kemana-mana, jadi Oliv dia saja dan menikmati kehangatan dari tubuh Adit.
Sampai
akhirnya keduanya kembali tertidur pulas.
***6***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar