•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Rabu, 12 Oktober 2011

Jodohku, Mauku Cuma Kamu [Part 6]


Pagi ini Vina juga ikut sarapan di rumah Adit lagi, dan pagi ini juga dia dan Adit akan melanjutkan penyusunan skripsi. Setelah selesai sarapan Mamah dan Papah langsung pergi untuk melakukan kegiatan masing-masing, hari ini Oliv kuliah dari pagi sampai sore, benar-benar hari yang sibuk bagi semuanya. Tapi nggak buat Oxel dan mbok Sumi, mereka santai di rumah.
“Dari pada nonton acara gosip melulu, baca ini aja mbok”, Oxel memberikan sebuah novel pada mbok Sumi untuk dibaca.
Mbok Sumi serta merta meraihnya dan mulai membuka buku itu, “Nggak ada gambarnya ya non?”, tanya mbok Sumi sambil tersenyum.
“Ini bukan komik mbok, jadi nggak ada gambarnya”, jawab Oxel sambil melanjutkan membaca halaman berikutnya.
Keduanya tertawa ringan, lalu mbok Sumi mengikuti apa yang Oxel katakan, dia mematikan televisi dan mulai ikut-ikutan membaca novel. Oxel melirik kearah mbok Sumi lalu melemparkan senyuman simpatik, dari jauh Vina melihat kearah Oxel dan mbok Sumi dengan tatapan tajam nggak senang, lalu dia masuk lagi ke ruang kerja.
“Vina, bagusnya gue nulis yang ini atau yang ini?”, tanya Adit meperlihatkan dua buah dokumen yang dipegangnya pada Vina.
Vina berjalan mendekat, “Kayaknya yang ini lebih bagus deh”, jawabnya memberi keputusan mengambil dokumen yang dipegang tangan kanan Adit.
Dia berjalan ke belakang Adit dan memeluk Adit sangat erat, “Gue sayang banget sama loe Dit”, bisiknya pada Adit, begitu dekat.
Adit benar-benar nggak suka dengan apa yang Vina lakukan, dengan keras dia melepaskan pelukan itu dan membuat Vina tersungkur ke lantai, “Gue sudah punya istri yang benar-benar gue cintai sampai kapanpun! Loe nggak bisa kayak gini sama gue”, ucap Adit keras.
Vina mencoba berdiri lalu merapikan bajunya, dia merogoh sakunya dan mengeluarkan selembar foto, “Jadi loe mau Oliv lihat ini?”, tanya Vina dengan nada sinis.
Foto itu langsung Adit rebut, “Apa-apaan ini?”, tanya Adit nggak suka dan merasa nggak pernah berfoto seperti itu.
Foto antara Adit dan Vina, foto yang bisa mencitrakan peristiwa yang nggak sepantasnya, foto Adit yang bertelanjang dada beserta Vina yang hanya memakai BRA. Tapi Adit nggak pernah berfoto seperti itu, dia benar-benar yakin kalau dirinya nggak pernah berbuat sesuatu apapun dengan Vina. Dia yakin!
“Tapi itu buktinya. Gue punya bukti. Jadi loe nggak boleh nolak kalau gue minta sesuatu sama loe, kalau loe sampai nolak gue nggak segan-segan ngasih ini ke Oliv!”, Vina mencoba menggertak Adit.
Sangkin terkejutnya bercampur bingung dan takut Adit sampai terduduk lemas di lantai, dia nggak tahu harus berbuat apa, dia nggak ingat tentang apa saja yang dia lakukan kemarin, dia nggak tahu sama sekali. Sementara itu Vina terus memojokkannya, Vina terus memaksa Adit untuk mengikuti permainan dia yang begitu membuat Adit syok.
“Ini non minumannya”, mbok Sumi meletakkan dua gelas orange juice diatas meja yang penuh dengan novel-novel.
Oxel menutup bukunya sebentar untuk minum dulu, “Makasih ya mbok”, langsung saja minuman itu menyegarkan Oxel yang kehausan, “Mbok Sumi kenapa? Kok gemetaran gitu?”, tanya Oxel pada mbok Sumi yang terlihat aneh.
Mbok Sumi terlihat sedikit bingung tapi sedetik kemudian dia melemparkan senyum untuk menyembunyikan alasan yang membuat tubuhnya gemetaran, “Nggak apa-apa kok non”, jawabnya singkat lalu melanjutkan membaca buku.
“Ayolah Mario, gue ini istri orang masa loe masih aja deketin gue sih?”, keluh Oliv pada Mario.
Selly, Oliv, dan Mario lagi makan siang di kantin, Rama lagi ada kelas jadi nggak bisa ikut bergabung dengan mereka. Sedari tadi Mario terus-terusan mengikuti Oliv dan Selly, walaupun Oliv terus-terus menolaknya tetap saja Mario teguh dengan pendiriannya.
“Gue tahu, gue tahu banget. Makanya gue nggak bertingkah berlebih, cukup kayak gini gue juga sudah seneng”, ucapnya manis diiringi senyuman yang menawan.
Oliv dan Selly, keduanya menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan payah.
“Oh ya, mau es krim nggak? Gue beli dulu ya, ehm mau yang rasa apa? Coklat? Stroberi? Vanilla? Atau?...”, omongan Mario yang panjang lebar langsung dipotong oleh Selly.
“Coklat! Sudah sana beli!”, ucap Selly sambil mendorong Mario untuk pergi.
Keduanya lagi-lagi menghela nafas dengan payah.
Adit sudah nggak konsen lagi dengan apa yang dia kerjakan, dia minta berhenti dan mengerjakan itu lagi besok. Tapi Vina nggak mau melepaskan Adit begitu saja, dia minta Adit menemaninya untuk makan siang bersama di rumah Vina.
“Nggak!”, jawab Adit singkat dan tegas.
Vina kembali mengulangi ancamannya, sama dengan ancaman sebelumnya. Mau nggak mau Adit mengikuti permainan Vina.
Setelah berpamitan dengan mbok Sumi dan Oxel, keduanya pergi kerumah Vina yang ada di seberang rumah Adit itu sambil bergandengan tangan. Tapi sedari tadi Adit terus melepaskan genggaman tangan Vina, dia nggak mau terus masuk dalam permaian Vina yang benar-benar mempertaruhkan hidupnya. Untung saja Mamah cepat pulang dan sempat mencegat mereka masuk kedalam rumah Vina.
“Kalian mau ngapain? Ayo makan siang dulu, Mamah sudah beli banyak makanan nih”, ajak Mamah yang langsung menyerahkan apa yang dia bawa pada Adit.
Benar-benar lega, saat itu juga Adit bisa bernafas lega dan ketiganya kembali kerumah Adit. Setelah Adit memberikan apa yang dibawanya tadi pada mbok Sumi, mbok Sumi bertugas untuk menyiapkan semuanya. Agar nggak diganggu oleh Vina, Adit memilih duduk bersama Oxel.
“Daripada nggak ada kerjaan, baca ini aja kak”, Oxel memberikan sebuah novel teenlit pada Adit.
Adit tersenyum lebar sambil meraih buku itu lalu membuka lembaran pertamanya, “Ceritanya gimana nih?”, tanya Adit sambil melirik kearah Oxel.
“Di baca aja, nanti tahu”, jawab Oxel singkat.
Adit malah tertawa dan mulai membacanya.
Makanan sudah siap diatas meja. Mamah sudah duduk ditempat yang biasa Mamah tempatin, Vina juga sudah duduk manis di tempat duduk Oliv. Melihat itu Adit benar-benar dibuat nggak senang jadi dia menggandenga Oxel dan mengarahkannya untuk duduk disampingnya. Adit diapit Mamah dan Oxel. Karena diperlakukan seperti itu Vina terlihat makin nggak senang, tapi setidaknya Adit bisa merasa aman dan nyaman.
Oliv dan Selly lagi menikmati segarnya satu cup Wall’s Selection varian coklat, dan Mario nggak ikutan makan, dari tadi dia cuman memperhatikan Oliv. Dia melihat gimana Oliv makan es krim, tadi dia juga melihat Oliv menulis serius, membaca, dan presentasi di kelas, pokoknya itu semua membuat Mario begitu senangnya.
“Sudahlah, nggak usah ngeliatin gue lagi. Apa loe nggak ada kelas hari ini?”, tanya Oliv sambil memandangi waja Mario.
Nggak disangka-sangka setelah dipandang begitu dekat oleh Oliv, Mario malah jadi salting, “Oh ya, gue ada kelas. Gue pergi dulu ya”, ucapnya sedikit terbata-bata karena merasa malu.
“Dasar anak itu, bener-bener aneh”, sahut Selly.
Nggak lama setelah Mario pergi, Rama datang mengahmpiri keduanya lalu dia merampas sendok yang Selly pegang dan menikmati es krim yang ada, “Segarnya”, ucap Rama senang.
Selly mengacak-ngacak rambut Rama dengan mesra, Oliv hanya bisa cengar-cengir kuda saja, biasanya dia yang membuat Rama dan Selly cemburu tapi sekarang Oliv yang ngerasa cemburu dengan sikap keduanya, dia bener-bener kangen sama Adit.
Jam 14.30 wib.                  
Saatnya untuk Oliv dan Selly masuk kelasnya yang terakhir untuk hari ini. Sedangkan Rama bertugas untuk menghabiskan es krim yang ada sembari menunggu Selly keluar dari kelas.
Vina sudah pulang kerumahnya dan membuat hati Adit benar-benar lebih tenang dari sebelumnya. Lebih tenang lagi saat dia ikut-ikutan membaca novel yang Oxel beli, ternyata asyik juga membaca cerita yang menceritakan kisah percintaan dan persahabatan semasa masih SMA. Adit benar-benar menikmati itu, mbok Sumi juga nggak mau kalah, setelah pekerjaannya selesai dia melanjutkan lagi membaca novel. Mamah yang heran melihat pemandangan itu dibuat jadi terhipnotis dan ikut-ikutan membaca novel bersama ketiganya.
Papah dan Oliv sampai dirumah bersama-sama, setelah memarkirkan mobil keduanya langsung masuk bersama-sama dan dibuat terkejut karena pemandangan yang ada di ruang keluarga, Mamah, mbok Sumi dan Adit sudah tertular virus yang Oxel derita, yaitu keranjingan membaca novel teenlit. Keduanya tertawa senang karena melihat kehangatan ini.
Adit memeluk istrinya itu begitu erat, seolah-olah dia nggak mau Oliv pergi kemana-mana, Oliv harus selalu ada disisinya.
Oliv terbangun dari tidurnya dan menatap wajah Adit lekat-lekat, dia merapikan rambut Adit yang berantakan lalu mencoba untuk menyingkirkan tangan Adit yang sedang memeluknya. Tapi itu sulit untuk dilakukan, Adit nggak mau melepaskan pelukannya, Adit nggak mau Oliv pergi dari sisinya.
“Kamu nggak boleh lepas dari aku”, ucap Adit masih dengan mata tertutup.
Oliv sedikit cemberut, “Aku mau matiin AC dulu, dingin banget nih”, keluh Oliv.
Tapi Adit nggak mau, “Biarin AC-nya nyala. Tenang aja, aku nggak bakalan biarin kamu kedinginan. Aku akan tetap memeluk erat kamu seperti ini sampai pagi”, ucap Adit makin mempererat pelukannya terhadap Oliv.
Nggak bisa kemana-mana, jadi Oliv dia saja dan menikmati kehangatan dari tubuh Adit.
Sampai akhirnya keduanya kembali tertidur pulas.
***6***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...