•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Sabtu, 01 Oktober 2011

Coffee Milk [Part 4]


Evan berjalan sendirian menuju parkiran, dia akan pulang karena sudah nggak ada kelas lagi. Sampai di parkiran dia dikejutkan dengan kehadiran Kevin disana, Kevin bukan anak kampus sini.
“Loe mau jemput Hana?”, tanya Evan sambil bersandar dipintu mobilnya.
“Ogah!”, jawab Kevin singkat, dia lalu menaiki sebuah motor sport yang terparkir disisi kanan mobil Evan, “Gue mau jemput orang yang punya motor ini”, lanjut Kevin.
Dengan seksama Evan melihat-lihat motor itu, pikirannya langsung tertuju pada Vanes, dia yakin motor itu punya Vanes. Dan beberapa saat kemudian Vanes benar-benar datang menghampiri mereka berdua yang lagi memperhatikan motornya Vanes.
“Kenapa loe nggak telfon kalau sudah nyampe sini?”, tegur Vanes pada Kevin.
“Sudahlah, itu nggak penting. Ayo ke bengkel, nama kuncinya?”, lanjut Kevin sambil memakai jaket kulitnya.
Vanes merogoh sakunya lalu melemparkan kunci yang tadi bersembunyi disakunya itu pada Kevin yang sudah siap dengan jaketnya.
Setelah menstarter motor, “Ikut kebengkel yuk?”, ajak Kevin pada Evan yang hendak membuka pintu mobilnya.
“Buat apa, mobil gue nggak ada masalah”, jawab Evan ringan sambil duduk didalam mobilnya.
“Ban bocor halus, oli bocor, knalpot berair”, guman Vanes sambil melihat kondisi mobil kepunyaan Evan tersebut.
Kevin tertawa puas, “Loe itu cowok, masa kondisi mobil loe sendiri nggak tahu. Payah!”, ledek Kevin.
Vanes dan Kevin pergi ke bengkel bersama-sama, dibelakangnya ad Evan yang mengikuti keduanya. Walaupun terlihat enggan untuk mengikuti mereka tapi Evan nggak mau mobilnya itu makin buruk kondisinya jadi dia mengikuti mereka berdua ke bengkel milik Kevin.
Sampai di bengkelnya kevin yang nggek begitu besar dan nggak begitu kecil juga, sedang-sedang saja. Hahaha. Ternyata disana ada Papah yang mau ngambil mobil yang tadi ditinggal untuk di service.
“Mau diapain lagi motornya?”, tanya Papah setelah membuka kaca mobilnya.
Vanes sedikit terkejut dengan keberadaan Papahnya disitu, “Papah? Ngapain disini?”, Vanes malah balik tanya.
“Ganti ban, sekalian service rutin. Motornya mau di apain lagi?”
“Setangnya nggak asyik Pah, terus mau dipasangin stiker kayak yang Papah suruh”, jawab Vanes.
“Oh. Ya sudah, Papah balik ke kantor ya. Kevin, Evan, jagain putri om ini ya”.
Kevin dan Evan, keduanya mengangguk bersamaan. Setelah itu Papahpun pergi menuju kantornya lagi.
“Vin, urusin tuh mobil gue”, perintah Evan.
“Oh tidak bisa, gue spesialis motor bos. Ujang, nih ada client!”, panggil Kevin pada pegawainya.
Kemudian Kevin sibuk mengeset ulang setang motor Vanes agar asyik dan nyaman, Vanes juga dari tadi terus memperhatikan kerja Kevin agar nggak ada kesalahan dan keteledoran. Dari jauh Evan terus memperhatikan Vanes yang menurutnya hebat karena mengerti juga tentang mesin, dia aja kalah kalau masalah mesin.
“Nggak ada minuman ya Vin. Pelanggan kok di cuekin”, keluh Vanes tentang pelayanan di bengkel Kevin ini.
“Minuman ada banyak tuh di kulkas, tinggal ambil aja. Tapi gue yakin sih nggak ada yang sesuai sama selera loe”, jawab Kevin ketus karena lagi serius memasang stiker di motor Vanes.
Vanes berjalan pergi dari bengkel itu menuju mini market yang berada nggak jauh dari bengkelnya Kevin. Mini market ini merupakan salah satu kepunyaan dari keluarganya Tasya.
“Kemana tuh anak?”, tanya Evan pada Kevin tentang kepergian Vanes.
“Mana gue tahu, kalau pengin tahu ya tinggal ikutin aja”, jawab Kevin ketus karena terus-terusan diganggu oleh Vanes dan sekarang oleh Evan.
Terlihat Vanes berjalan kembali ke bengkel, dia membawa sekantong plastik ukuran besar yang tampaknya berisi kotak-kotak susu cair berbagai ukuran. Dia membawanya dengan gembira hendak memasuki bengkel tapi langkahnya terhenti karena ada yang memanggil namanya, sontak dia berbalik badan untuk melihat siapa yang memanggil.
“Ayu. Lina. Kalian baru pulang sekolah?”, tanya Vanes pada kedua anak perempuan yang berseragam SMP itu yang sedang menaiki sepeda.
“Iya nih kak. Kakak ngapain disini?”, tanya Lina sambil turun dari boncengan sepeda.
“Service motor. Oh ya ini kakak tadi beli banyak susu, buat anak-anak di panti aja nih”, Vanes menyerahkan kantong plastik beserta isinya pada kedua anak itu.
“Siapa itu Vin?”, tanya Evan pada Kevin yang sekarang lagi istirahat duduk disamping Evan.
Sambil menyeka keringatnya, “Oh itu, kayaknya itu anak panti deket sini. Panti asuhan yang sering Vanes dan temen-temennye datengin”, jawab Kevin.
Sekantong penuh susu itu sekarang sudah berpindah tangan, tapi sebelum itu Vanes sudah minta satu kotak susuk untuk dirinya, jadi aman untuk beberapa saat nanti.
“Kita pulang dulu ya kak, takut dimarahin sama ibu panti. Kakak main lagi dong kesana”, ucap Ayu.
“Iya nanti kalau kakak sudah nggak sibuk pasti kakak main ke panti, sekarang ini lagi banyak tugas di kampus. Hati-hati ya pulangnya, salam buat semuanya”.
Kedua anak SMP itu mencium tangan Vanes, lalu pergi dari tempat itu. Lagi-lagi Vanes berjalan sendirian menuju bengkel, kali ini sekantong penuh susu sudah nggak ada ditangannya lagi, dia hanya menggenggam sekotak susu putih faforitnya.
“Loe habis kerampokan hah?”, ledek Kevin.
“Setidaknya gue masih dikasih satu!”, jawab Vanes ringan sambil menunjukkan kotak susu.
Tiba-tiba hp nya berdering, ada telfon Papah. Buru-buru Vanes mengangkatnya. Papah menanyakan apa Vanes masih dibengkel. Papah juga menanyakan Vanes ingin makan apa malam ini.
“Pasta vongole ya Pah. Sama sekalian isiin kulkas Pah, sudah kosong tuh sama minuman faforit Vanes”, ucap Vanes manja.
Kevin sudah melanjutkan perkerjaannya, sedangkan Evan asyik memperhatikan Vanes yang menurutnya beda dari biasanya.
“Bukannya kamu yang mau beli hari ini?”, Papah menanyakan soal susu.
Vanes sedikit tertawa, “Vanes kasih ke Ayu sama Lina, Pah. Buat di panti”, jawab Vanes.
Papah malah bangga dengan apa yang Vanes lakukan, jadi dia menyanggupi apa yang Vanes minta tadi.
Selesai dengan telfonnya dia mengecek motornya yang sebentar lagi akan selesai.
“Kerjaan gue rapi kan?”, tanya Kevin bangga atas pekerjaannya.
“Sip. Bagus!”, jawab Vanes singkat.
“Oh ya, lusa loe ikut touring ke Bandung kan?”, tanya Kevin disela-sela mengerjakan pekerjaannya itu.
Vanes lantas mengangguk pasti, “Oh tentu. Lagian Papah juga sudah ngijinin gue buat ikut. Tapi asal gue nggak bawa itu motor sendiri. Loe bareng gue ya?”, ajak Vanes sambil menepuk bahu Kevin.
“Hana mau dikemanain? Dia minta ikut!”, jawab Kevin ringan. “Oh ya. Evan ikut kita touring ke Bandung yuk?”, ajak Kevin pada Evan yang lagi membaca majalah otomotif.
“Naik motor? Loe kan tahu gue sudah nggak punya motor semenjak kita lulus SMA”, jawab Evan seraya berjalan menghampiri Kevin dan Vanes.
“Ya loe sama Vanes aja, loe boncengin dia pakai motornya dia aja. Gak apa-apa kan Nes?”, tanya Kevin.
Vanes ragu buat menjawab tapi ya sudahlah, “Terserah sih dia mau ikut atau nggak”, jawabnya ketus, intinya sih boleh-boleh aja.
_+++_
Setelah selesai dengan makan malamnya, Vanes lalu pergi kekamarnya untuk tidur. Nggak lama kemudian Papah masuk kekamar Vanes dan duduk di sisinya. Papah akan menina bobokan Vanes. Ya! Itu kekanak-kanakan, tapi ini selalu terjadi sesaat sebelum Vanes tidur. Dia nggak bisa tidur kalau nggak di nina bobokan oleh Papahnya. Papah yang selalu ada disampingnya disaat dia membutuhkannya, Papah yang segala-galanya untuk Vanes.
Papah mulai menina bobo kan anak semata wayangnya itu sambil terus mengelus-elus lembut rambut Vanes. Raut wajah Vanes terlihat capek karena kegiatan hari ini yang begitu padat.
Vanes sudah tertidur, Papah meraih sebuah foto yang ada dimeja dekat tempat tidur Vanes. Foto itu merupakan foto istrinya saat masih hidup. Dipandangnya foto itu lekat-lekat membuat kedua mata Papah berkaca-kaca, “Anak kita sudah dewasa, semoga kamu lihat dari sana. Anak kita yang kuat”, ucap Papah sambil menahan tangis.
_+++_
Jam 12.00 wib, saatnya makan siang di kantin.
Vanes, Tasya, dan Anis sudah memesan makanan yang mereka suka dan nggak butuh waktu lama, makanan yang tadi mereka pesan sudah datang dan langsung mereka nikmati. Dari kejauhan Bimo terus memperhatikan Tasya, dia merasa bersalah pada Tasya. Sampai sekarang dia sangat menyesali kesalahannya pada Tasya, dia sangat sayang sama dia tapi dia takut untuk meminta maaf, dia takut Tasya nggak akan memaafkannya jadi dia memilih untuk diam dan memendam perasaannya.
“Oh ya, ada yang mau gue kasih ke kalian berdua”, ucap Anis yang langsung menghentikan makannya dan mengambil tas karton yang dibawanya. “Papah baru ngeimport ini, jadi belum banyak orang yang punya”.
Tasya bersemangat untuk mengetahui apa isinya, “Apa ini?”.
Anis mengeluarkan dua kardus I-Phone 4 dari dalam tas kertas itu, “Ini buat Vanes, terus yang satu ini buat Tasya”, dia menyerahkan kedua kerdus itu masing-masing keteman-temannya, lalu dia mengambil I-Phone miliknya yang ada disaku tasnya, “Terus yang ini punya gue”.
“Asyik banget, samaan nih ceritanya? Makasih ya”, sahut Vanes yang langsung meraih jatahnya.
Begitu juga dengan Tasya, dia juga meraih jatahnya lalu membukanya dan langsung mengaktifkannya. Setelah memindahkan SIM Card dan memindahkan semua data ke hp nya yang baru, Tasya bingung mau dikemanakan itu hp lamanya, tiba-tiba anak ibu kantin yang sering mengantarkan mereka makanan lewat di depannya, langsung saja dia menghentikan cewek itu, “Ini buat kamu”, Tasya memberikan salah satu koleksi Black Berrynya itu pada anak ibu kantin.
Tentu saja anak ibu kantin itu senang sekali dan mengucapkan terima kasih berkali-kali.
“Sok jadi malaikat!”, ucap Hana ketus nggak suka dengan apa yang dia lihat.
Bimo yang ada disampingnya tentu nggak suka dengan apa yang Hana katakan, karena dia lebih tahu pasti tentang Tasya yang benar-benar merupakan cewek yang tulus dan berhati baik, “Gue nggak suka ya loe ngomong gitu tentang Tasya”, tegus Bimo yang langsung beranjak pergi karena nggak mau menambah masalah dipikirannya.
Vanes dan Tasya masih dengan kegirangan karena dapet hp gratis dari sahabatnya itu.
***4***




Bersambung ke Coffee Milk [Part 5]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...