Part 1
Erika Virginia Ghani sedang duduk
didepan cermin dikamarnya, dia tengah memulas bibirnya dengan lipstik. Tapi
kemudian dia teringat sesuatu yang membuatnya membatu.
Seminggu yang lalu.
Erika dan Reza sangat terlihat
bahagia. Weekend kali ini mereka menghabiskan waktu mereka di Dufan, mereka
ingin melepaskan penat mereka. Reza ingin membuat pacarnya itu tidak stress
dengan skripsi yang sedang membebani hidup Erika. Reza ingin memberi sedikit angin
segar untuk Erika.
Rambut Erika berantakan karena
tadi mereka berdua naik Tornado. Sambil beristirahat sejenak di tempat duduk
yang tersedia, Reza membantu merapikan rambut Erika yang panjangnya sebahu. Keduanya
tersenyum puas, mereka senang sekali hari ini.
Dengan manja Erika mengelus-elus
lehernya, “Haus”, keluhnya manja.
Reza bangkit dari tempat
duduknya, “Tunggu disini sebentar ya, biar aku beli minuman dulu”, pamit Reza
sambil memegang kedua pipi pacarnya itu.
Erika mengangguk setuju, lalu
Reza bergegas untuk mencari minum untuk pacarnya yang kehausan. Sambil mengelap
keringatnya, Erika dengan sabar menunggu Reza kembali dan duduk bersamanya.
Nggak sampai sepuluh menit Reza
sudah kembali dengan membawa dua kaleng soft drink untuknya dan tentu saja
untuk Erika juga. Salah satu dari kaleng soft drink itu Reza buka lalu
diberikan untuk Erika. Setelah duduk disamping pacarnya itu Reza juga membuka
kaleng minumannya dan meneguknya dengan cepat.
Keduanya saling bertemu pandang,
lalu tersenyum dengan manis.
“Segarnya”, ucap Erika yang tersenyum
senang.
Reza mengacak-acak lembut rambut
Erika yang sudah rapi, membuat Erika sedikit sebel tapi menikmatinya. (hahaha
aneh-red).
“Mau naik apa lagi?”, tanya Reza
yang sekarang mengelus-elus lembut rambut Erika yang halus itu.
Erika terlihat berfikir, “Hmmmm”,
gumamnya sambil memandang kesekelilingnya dan berhenti disebuah titik, “Naik
itu!”, ucap Erika sambil menunjuk ke wahana Hysteria.
Reza melihat kearah sesuatu yang
Erika tunjuk dan setelah melihat apa yang Erika tunjuk, Reza langsung menelan
ludahnya dengan payah, “Nggak naik yang lain aja sih?”, sepertinya Reza nggak
menukai wahana itu.
Dengan cepat Erika menggeleng
lalu bangkit dan menarik tangan kiri Reza. Erika menarik kuat Reza, mereka
berdua berjalan menuju wahana itu. Kemauan Erika benar-benar nggak bisa di nego
lagi. Sekarang keduanya lagi antre untuk menaiki wahana permainan yang cukup
menguji adrenalin tersebut.
Sampai akhirnya giliran keduanya
untuk naik. Reza dan Erika sama-sama deg-degan.
“Nggak jadi lah”, ucap Erika
sambil menarik kaos Reza yang warnanya senada dengan kaos yang Erika pakai.
Reza menggelengkan kepalanya, “Nggak
bisa! Kamu yang tadi minta jadi sekarang kamu harus naik”, ucap Reza yang
kemudian mendorong tubuh Erika dan mendudukkannya di wahana itu.
Reza duduk tepat disamping Erika.
Keduanya sudah nggak bisa turun karena pengaman sudah dikunci, dan wahana itu mulai naik ke puncak menara. Membuat
mereka berdua berasa melayang diudara dan sedetik kemudian mereka di terjunkan
kebawah membuat jantung rasanya hampir copot.
“AAAAAA!!!”, teriak Erika keras
untuk melepaskan semua ketakutannya atas apa yang dia naiki sekarang ini.
Walaupun cowok, Reza nggak kalah
takut seperti halnya Erika. Dia juga berteriak untuk melepaskan semuanya. Semua
penat dan ketakutannya.
Saatnya untuk dinner.
Mereka lahap dengan makanan yang
menjadi faforit mereka. Karena capek seharian bermain-main, mereka dengan cepat
menghabiskan makanan yang tersaji dihadapan mereka berdua.
Akhirnya mereka selesai juga
dengan semua makanan mereka. Saatnya untuk mereka berdua pulang. Hari yang
melelahkan untuk mereka berdua, tapi memberikan kenangan yang indah karena hari
ini mereka lewati dengan penuh kebahagiaan.
Reza menginjak pedal rem
mobilnya, mereka berdua sudah sampai didepan rumah Erika yang terlihat sepi. Karena
kecapekan, selama diperjalanan Erika terus tertidur. Reza menatap pacarnya itu
dengan tatapan sayu sambil membelai lebut pipi Erika lalu mencium keningnya
lembut. Membuat Erika terbangun.
Keduanya saling melempar senyum.
“Sudah sampai ya?”, ucap Erika
yang kemudian menguap, “Maaf aku ketiduran”, lanjut Erika sambil mengucek-ucek
kedua mata indahnya.
Reza lagi-lagi tersenyum dengan
pandangan yang sedikit aneh, beda dari biasanya, “Ada sesuatu yang ingin aku
omongin sama kamu”, ucap Reza lembut.
Kedua alis mata Erika terangkat, “Apa?”,
tanyanya singkat sambil terus menatap kedua mata Reza.
Didalam mobil itu berubah sunyi
nggak ada suara, begitu juga di luar mobil, nggak ada suara juga.
Tapi sedetik kemudian Reza
membuka mulutnya setelah dia menarik nafas panjang lalu menghembuskannya dengan
cepat, “Aku ingin putus”, ucap Reza tanpa basa-basi, to the point.
Seperti disambar petir di siang
bolong. Erika ternganga, dia terkejut, dia benar-benar syok dengan apa yang
tadi Reza katakan. Putus? Ya tadi Reza bilang begitu. Tapi kenapa? Erika nggak
bersuara, dia nggak tahu harus ngomong apa. Kenapa jadi seperti ini setelah
tadi mereka berdua bersenang-senang bersama, apa alasannya.
“Aku nggak bisa sembunyiin ini terus”,
ucap Reza, “Sebelum kamu, ada orang lain yang sudah ada dihati aku. Dan minggu
depan aku akan bertunangan dengan dia. Aku harus mengakhiri hubungan kita”,
lanjut Reza menjelaskan apa permasalahannya.
Erika makin terkejut. Ternyata
dirinya merupakan selingkuhannya Reza, bukan pacar Reza yang seutuhnya. Dia
benar-benar nggak menyangka Reza yang dia kenal adalah tipe cowok player
seperti itu. Reza yang selalu perhatian sama dia, yang selalu sayang sama dia,
yang selalu ada disaat Erika butuh, Reza yang tadi mengajaknya bermain-main, Reza
yang sekarang memutuskannya.
“Maafin aku”, lanjut Reza yang
tak kunjung mendengar suara Erika.
Kedua tangan Erika mencoba
melepaskan sabuk pengaman lalu memeluk tasnya, Erika tersenyum sambil menahan
air matanya agar nggak keluar, “Setelah tadi kamu bikin aku seneng, sekarang
kamu bener-bener bikin aku down. Jadi ini semua kebenarannya”, ucap Erika
menanggapi ucapan Reza tadi, “Ok! Kita putus”, lanjut Erika yang kemudian turun
dari mobil Reza dan langsung masuk kedalam rumahnya.
Reza sama sekali nggak mengejar
Erika. Setelah dia melihat Erika masuk kedalam rumah, cepat-cepat dia menginjak
pedal gas mobilnya dan melaju pergi dari tempat itu.
Flashback off.
Erika meletakkan lipstiknya
dimeja dengan keras. Dia masih teringat betul peristiwa yang menyakitkan hatinya
itu. Karena hari ini Reza akan bertunangan dengan pacarnya yang sebenarnya, dan
hari ini juga merupakan hari sidang skripsi Erika yang akan menentukan
nasibnya.
Terlihat dicermin Erika
menyimpulkan senyuman manis, “Ini bukan akhir, tapi ini awal! Ayo semangat!”,
ucapnya memberi semangat pada dirinya sendiri lalu bangkit dari tempat
duduknya.
---
“Yeaaah!!!”, teriak Cella setelah
melewati ujiannya. “Akhirnya gue bisa laluin ini semua”, ucapnya sambil terus
menebarkan senyuman.
Marcella Wijaya seorang mahasiswi
jurusan hukum keluar dari ruang sidang skripsi-nya dengan wajah yang berbinar. Auranya
begitu segar, sepertinya dia dengan mudah melewati ujian itu. Nggak ada
keraguan yang terpancar dari kedua matanya. Lalu dia berjalan riang pergi dari
tempat yang menegangkan itu.
“Yes yes yes”, teriak Rena
kehirangan setelah keluar dari ruangan yang menakutkan itu. “Akhirnya selesai
juga!”, lanjutnya lega.
Febri Renata Putri seorang
mahasiswi jurusan Public Relation keluar dari ruang sidang skripsi-nya dengan
wajah yang puas. Dia terlihat lega telah melewati semua ujian ini. Rena
melompat kegirangan sebagai ekspresi kegembiraannya lalu berjalan dengan cepat munuju
sebuah tempat.
“Yeaaa”, Erika bersorak gembira, “Akhirnya
semua ini bisa bikin gue hidup lagi”, lanjut Erika masih tersenyum gembira.
Erika Virginia Ghani seorang
mahasiswi jurusan Management keluar dari ruang sidang skripsi-nya dengan wajah
yang indah. Senyumannya terpancar indah menutupi segala kesedihannya. Kali ini
dia merasa hidup kembali. Semua beban sudah sirna, hanya tinggal kebahagiaan
yang tersisa. Dia harus berjuang untuk kebahagiaan ini.
Dari arah yang berbeda mereka
berlari ketujuan yang sama.
“Cellaaaa. Renaaa”, panggil Erika
pada kedua sahabatnya itu. Dia terus berlari.
“Renaaa. Erikaaa”, panggil Cella
pada kedua sahabatnya itu. Dia terus berlari.
“Erikaaa. Cellaaa”, panggil Rena
pada kedua sahabatnya itu. Dia terus berlari.
Mereka bertemu di satu titik. Langsung
saja mereka meluapkan rasa bahagia mereka bertiga. Berpelukan erat sambil
sesekali melonjak-lonjak mengekspresika kegembiraan mereka atas tuntasnya ujian
mereka. Ujian yang menyita pikiran, tenaga, dan waktu mereka. Tapi dengan semua
ini mereka merasa puas dan optimis lulus dengan nilai yang memuaskan.
“Gue seneng. Gue seneng banget!”,
ucap Rena gembira, masih dalam posisi berpelukan dengan kedua sahabatnya.
Cella dan Erika mengangguk
bersamaan, “Gue juga seneng banget”, keduanya berbicara bersamaan pula.
Lalu ketiganya tertawa lagi dan
berpelukan lebih erat. Mereka menikmati semua itu, menikmati kebersamaan yang
indah itu. Semua emosil bercampur aduk, nggak terasa air mata mereka mengalir
sangkin bahagianya dengan apa yang mereka rasakan.
“Jadi gue nggak dapet pelukan
juga nih?”, ucap seorang cewek yang berdiri nggak jauh dari tempat mereka
bertiga berpelukan bahagia.
Erika, Cella, dan Renata
mengalihkan pandangannya melihat kearah sumber suara. Sosok seorang perempuan yang
terlihat nggak asing lagi buat mereka bertiga. Erika, Cella, dan Renata
memberikan senyuman lebar kearah orang yang berbicara pada mereka bertiga tadi.
Dengan cepat Erika, Cella, dan Renata berlari menuju orang itu.
“Hera!!!”, teriak ketiga
bersahabat itu lalu berlari kearah orang yang mereka panggil Hera tadi.
Kembali, mereka berpelukan tapi
sekarang di tambah dengan Hera. Menambah rasa bahagia meraka. Pokoknya ini hari
yang indah untuk mereka semua, semua ini wajib untuk dirayakan. Kesuksesan ini
harus dirayakan.
Hera Alisya Megatari, seoarang
mahasiswi satu angkatan dengan mereka bertiga. Tapi dari kampus yang berbeda
dengan Erika, Cella, dan Renata. Sejak dari SMA mereka berempat sudah
bersahabat, walaupun nggak satu kampus hubungan Erika, Cella, Renata dengan
Hera tetap berjalan baik. Mereka tetap bersahabat.
To Be Continued.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar