•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Jumat, 18 November 2011

25 Days Get A Boyfriend [Part 10]


Part 10

Belum sempat Erika menikmati minuman dan makanan yang ada dihadapannya, dia dikejutkan dengan kehadiran dua orang yang nggak asing lagi buat dia. Ada Bhara dan Dika yang sedang berjalan mendekat kearah tempat duduknya bersama dengan Papah.
Bhara dan Dika tersenyum manis pada Erika yang melihat kearah keduanya.
“Bang Bhara? Ngapain lo kesini?”, timpal Erika cepat saat melihat ada Bhara didepannya bersama dengan Dika juga.
Bhara lalu menarik kursi disisi meja yang lain, “Gue di ajak Papah dinner bersama disini”, jawab Bhara.
“Selamat malam om”, sapa Dika ramah.

Papah bangkit dan bersalaman dengan Dika sambil menepuk-nepuk pundak Dika, “Senangnya bisa ketemu kamu lagi. Gimana? Betah kerja bareng Bhara?”, tanya Papah seketika itu juga.
Dika menganggukkan kepalanya, “Betah banget om”, jawab Dika sambil tersenyum.
“Ya sudah, ayo duduk. Lalu pesan makanan dan minuman”, ajak Papah ramah.
Erika, Bhara, Dika, dan Papah duduk di sekitar meja yang sama. Erika sama sekali nggak menghiraukan Dika, ingin sekali dia pergi dari situ tapi itu nggak mungkin karena dia nggak enak sama Papah. Papah juga pasti akan memarahinya kalau bersikap seperti itu.
Dika mencuri pandang pada Erika yang mulai makan, Bhara dan Papah lagi ngobrol mengenai bisnis sambil diselingi makan yang Papah lakukan. Erika hanya terfokus pada makananya, dia tahu kalau sekarang ini dia menjadi fokus Dika yang sekarang terlihat jelas memandang kearah Erika yang super duper cuek.
Erika mempercepat makannya agar bisa cepat keluar dari situasi itu, tapi gara-gara cepat-cepat makan Erika malah tersedak. Dengan sigap Dika memberikan minuman untuk Erika. Mau nggak mau Erika meraih minuman itu dan langsung meminumnya tanpa berkata apa-apa.
“Kamu baik-baik aja kan?”, tanya Dika perhatian.
Tapi Erika nggak memberikan jawaban apa-apa. Sesaat kemudian makanan yang dipesan Dika dan Bhara datang, setelah makanan tersaji dihadapan mereka berdua kemudian mereka memakan makanan itu dengan lahap karena memang akibat dari lelah bekerja satu hari ini.
“Semuanya kerjaan lancar-lancar aja kan?”, tanya Papah pada Bhara dan Dika.
“Lancar-lancar aja Pah, ada Dika yang bener-bener berkompeten”, jawab Bhara bersemangat.
Dika tersenyum bangga, “Kalau nggak ada bos kayak Bhara mungkin semuanya bakalan runyam”, sahut Dika yang berbalik memuji Bhara. “Apalagi bantuan Erika dengan ide-ide segarnya, sungguh membantu”, lanjut Dika sambil melirik kearah Erika.
Erika terkejut, kontan menengadahkan kepalanya melihat kearah Dika, Dika malah tersenyum kearah Erika. Papah terlihat senang karena ternyata Erika mau bekerja di kantor bersama dengan Bhara dan Dika.
“Kamu ikut bantuin Bhara di kantor?”, tanya Papah seketika itu juga.
Cepat-cepat Erika menggelengkan kepalanya. Tapi belum sempat dia menjawab, Bhara dengan cepat menyerobot untuk ngomong duluan, “Tapi sudah beberapa hari ini Erika nggak mau kerja lagi”, sahut Bhara.
Erika terlihat kesal sekali dengan kakaknya itu.                        
“Emangnya kenapa?”, tanya Papah lagi.
“Masalah pribadi Pah, tanyain aja sama Erikanya sendiri”, jawab Bhara sambil terus menikmati makanannya.
Kali ini Erika benar-benar dibuat kesal oleh kakaknya itu. Walaupun dia belum selesai makan Erika memutuskan untuk menyudahinya saja, Erika pergi begitu saja tanpa berpamitan dengan Papahnya,  dia terlalu kesal dengan situasi itu.
“Erika kenapa?”, tanya Papah pada Bhara.
Bhara menggelengkan kepalanya pura-pura nggak tahu. Sedangkan Dika bangkit dari tempat duduknya meraih kunci mobil dan jas nya lalu berpamitan dengan Papah dan juga Bhara. Setelah itu Dika bergegas mengejar Erika yang sudah keluar duluan tadi.
“Mereka pacaran?”, tanya Papah seketika itu juga, tebakan Papah.
“Kok Papah tahu?”, giliran Bhara yang malah bertanya.
“Sangat jelas telihat”, jawab Papah ringan kemudian melanjutkan makannya lagi.
“Tunggu”, Dika menghentikan langkah Erika dengan cara menggenggam pergelangan tangan kanan Erika.
Erika mencoba melepaskan genggaman tangan Dika tapi nggak bisa, “Lepasin gue!”, ucap Erika kesal.
“Nggak! Gue nggak akan pernah nglepasin lo”, tukas Dika cepat lalu menarik Erika membawanya menuju mobilnya lalu menyuruh Erika masuk dalam mobilnya.
“Gue nggak mau!”, timpal Erika menolak.
Tapi Dika kali ini memaksa, dia memaksa Erika untuk masuk dalam mobilnya dan kali ini Erika menurut. Cepat-cepat Dika masuk kedalam mobilnya juga lalu melajukan mobilnya pergi dari tempat itu. Akhirnya mereka berdua bisa bertemu, Dika harus menjelaskan tentang apa yang sebenarnya terjadi. Erika harus kembali menjadi miliknya.
“Hana memang pacar gue. Tapi itu dulu sebelum gue kenal sama lo. Gue juga sudah putus sama dia sebelum gue kenal sama lo”, kata Dika mencoba menjelaskan yang sebenarnya, “Waktu itu hanya sebuah kesepakatan. Dia menginginkan gue untuk datang bersamanya keacara pernikahan Hera. Awalnya gue menolak keras tapi dia memaksa, dan terus memaksa. Dan yang paling bodohnya lagi gue mengiyakan apa yang dia minta. Itu kebodohan gue”, lanjut Dika panjang lebar untuk meyakinkan Erika.
“Dan gue nggak peduli tentang itu semua”, timpal Erika ketus, terlihat kedua matanya berkaca-kaca karena menahan tangis.
Mendengar tanggapan dari Erika itu, Dika memutar kemudianya untuk menepi disebuah jalan yang benar-benar sepi malam itu. Hanya ada mobilnya yang melewati jalan itu. Dengan kedua mata yang menahan air mata Dika menoleh kearah Erika yang terlihat cuek.
“Maaf. Gue minta maaf karena nggak ngomong semua ini sejak awal. Gue terlalu pengecut untuk menjelaskan itu semua”, lanjut Dika terdengar tulus sekali.
Kali ini Erika menoleh kearah Dika, kedua sorot matanya tajam, “Lo nggak perlu minta maaf. Bukan lo yang salah, tapi semua itu kesalahan gue. Kesalahan gue yang sudah percaya sama lo”, jawab Erika marah membuat air matanya tumpah juga.
Dika menggenggam tangan Erika tapi sedetik kemudian Erika buru-buru menepisnya. Tangan Erika menarik tuas untuk membuka pintu mobil, “Biar gue pulang sendiri aja”, ucap Erika.
Tapi dengan cepat Dika menggagalkan Erika yang akan membuka pintu mobil, “Lo nggak perlu keluar. Biar gue aja yang keluar”, ucap Dika yang kemudian keluar dari mobilnya sendiri.
Dika berjalan sendirian menyusuri jalan meninggalkan Erika yang menangis didalam mobil. lama-kelamaan langkan Dika makin menjauh, makin menjauh, tubuhnya juga terlihat mengecil karena jarak yang terlampau jauh. Erika keluar juga dari mobil, dia menangisi kepergian Dika. Raut wajahnya terlihat takut setelah menyadari dia sendirian ditempat yang sepi itu. Apalagi sekarang Dika sudah nggak terlihat lagi.
“Kenapa lo ninggalin gue sendirian?! Gue nggak tahu gimana caranya nyetir!”, teriak Erika yang ketakutan.
Ternyata Dika juga menangis karena itu semua, dia terus berjalan sendirian menembus gelapnya jalan yang minim lampu penerangan itu. Dalam benaknya dia terus berharap kalau Erika akan datang untuk menyusulnya. Tapi sudah lama dia berjalan, nggak terlihat ada mobil yang berjalan kearahnya, Dika masih terus berharap.
Sampai akhirnya terdengar deru suara mobil yang lewat. Cepat-cepat Dika menoleh tapi ternyata itu bukan mobilnya, didalam mobil itu juga bukan Erika. Setelah itu Dika menghentikan langkah kakinya. Hatinya berdebar nggak enak, dia khawatir dengan Erika yang tadi ditinggalkannya sendirian. Hati kecilnya menyuruh Dika berbalik badan, pelan-pelan Dika mulai berlari, makin cepat dan lebih cepat lagi Dika berlari ke tempatnya meninggalkan Erika tadi.
Dika mendapati mobilnya dengan pintu penumpang depan terbuka, nggak ada Erika disitu. Dika mencari disekeliling mobil, sama sekali nggak ada tanda-tanda Erika. Dengan perasaan yang begitu khawatir Dika memasuki mobilnya dan melajukannya berputar arah untuk mencari dimana Erika sebenarnya.
“Lo dimana? Erika, lo dimana?”, teriak Dika keras.
Sambil melajukan mobilnya dia terus melongok kesana-kemari untuk mencari Erika. Tapi nggak kunjung terlihat ada Erika. Dika menangis, dia bersalah meninggalkan Erika sendirian. Seharusnya dia nggak sebodoh itu meninggalkan Erika sendirian ditempat sesepi itu.
Setelah mencari kesana-kemari, Dika sampai lagi ditempat yang tadi, di tempat dia meninggalkan Erika. Dika turun dari mobilnya dengan perasaan yang kacau, dia kehilangan Erika. Dan yang dia tahu pasti Erika nggak mungkin jauh pergi dari tempat itu. Dika mulai mencari lagi disekeliling jalan itu.
“Kenapa lo tega ninggalin gue sendirian?”, teriak Erika sambil terus mengelapi air matanya yang nggak henti-hentinya bercucuran.
Dika berbalik badan, dia nggak tahu dari mana Erika muncul. Dengan cepat Dika berlari kearah Erika lalu memeluknya erat, seolah menyiratkan kalau dia nggak mau Erika pergi, dia nggak mau kehilangan Erika seperti ini lagi, dia terlalu khawatir dengan Erika, dia nggak bisa tanpa Erika.
Erika mencoba melepaskan pelukan Dika lalu menamparnya keras, “Kenapa lo ninggalin gue sendirian. Gue takut”, ucap Erika disela-sela tangisannya.
Dika memegang kedua lengan Erika, tatapannya puas karena sudah melihat Erika baik-baik saja dan sekarang sedang ada dihadapannya, “Maafin gue”, ucap Dika singkat lalu kembali memeluk Erika erat.
Dika merasakan tubuh Erika yang bergetar karena ketakutan, dia bisa merasakan gimana Erika takut ditinggal sendirian. Dika hanya bisa terus mengucapkan maaf karena dia memang sungguh merasa berslah atas semua ini. Kesalahan Dika yang membiarkan Erika sendirian, membuat Erika ketakutan, dan membuat Erika menangis seperti ini.
---
Hari ini adalah hari yang menyenangkan untuk Erika, Cella, dan Renata. Hari ini mereka wisuda, akhirnya. Mereka bertiga sangat terlihat bahagia, begitu juga dengan mahasiswa-mahasiswa yang lainnya. Hari yang terukir menjadi sebuah sejarah yang tertulis indah dalam kehidupan mereka.
Terlihat Bhara datang membawakan bunga yang indah untuk Cella. Untuk pacar tersayangnya itu, dengan senyuman yang menawan Bhara memberikan bunga itu lalu menunjukkan sebuah kotak berbentuk ‘love’ berwarna merah, “Will you marry me?”, ucap Bhara manis.
Cella tersenyum lebar karena senang, lalu cepat-cepat memeluk Bhara sebagai tanda dia menerima Bhara.
Renata dan Erika juga terlihat senang sekali.
Sekarang giliran Daniel yang terlihat datang memebawa buket bunga tangan untuk pacarnya yaitu Renata. Dengan senyuma manis Daniel, bunga itu diserahkan pada Renata. “Aku sayang sama kamu”, ucap Daniel lalu mengecup kening Renata dengan penuh kasih sayang.
Dua pasangan yang terlihat bahagia.
Erika terlihat sedang mencari-cari seseorang, tapi dia belum juga menemukan orang itu.
Tiba-tiba ada badut berkostum beruang yang mendekatinya, memberika sebuah buket bunga tangan yang begitu indah. Erika tersenyum senang sekali, dia juga senang melihat badut itu karena memang dia suka banget sama yang namanya badut waktu masih kecil, begitu juga sampai sekarang.
“Terima kasih badut”, ucap Erika senang.
Badut beruang itu mengangguk, lalu memcari sesuatu dikantongnya dan membukanya, menunjukkannya pada Erika.
“Maukah kamu menjadi cintaku yang terakhir?”, tulisan yang tertera di kertas yang ditunjukkan oleh badut itu.
Dengan kedua tangannya, masih memegang bunga Erika mencoba membuka kepala beruang itu, dia ingin melihat siapa yang ada didalamnya.
Dika. Ya Dika yang menjadi badut itu, Dika tersenyum lebar sekali, “Maukah?”, ucap Dika sok manis.
Erika tersenyum bahagia lalu membiarkan kepala beruang itu terjatuh karena dia tiba-tiba memeluk tubuh badut itu alias memeluk tubuh Dika. Dia senang juga, cepat-cepat dia membalas pelukan Erika dan mengangkat tubuhnya lalu memeluknya sambil berputar-putar sebagai ungkapan rasa bahagianya.
Bhara dan Cella terlihat senang melihat Erika dan Dika yang sudah baikan lagi, melihat mereka bersatu lagi. Daniel dan Renata juga sama, Daniel merangkul Renata dengan hangat. Keduanya juga tersenyum bahagia melihat akhir cerita ini yang bahagia.

***T.A.M.A.T***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...