Part 7
“Bang Bhara, gue laper!”, keluh
Erika manja didepan kakaknya.
“Minta makan aja sana sama Dika”,
tukas Bhara masih mengamati berkas.
Erika mendesah lalu duduk dengan
muka manyun di sofa yang ada diruangan kakaknya itu. Erika belum mendapatkan
ruangannya sendiri karena memang Erika belum benar-benar kerja di perusahaan
kakaknya itu.
“Cella mau kesini. Dia bawa
makanan untuk kita”, gumam Dika ringan.
Erika tersenyum senang lalu
menyandarkan tubuhnya di sofa yang empuk itu.
Lima menit kemudian Cella
benar-benar datang. Dia terlihat membawa kotak makanan yang cukup besar yang
kiranya cukup untuk makan mereka bertiga. Erika yang sudah lapar langsung
meraih apa yang Cella bawa dan mencoba membuka semua yang Cella bawa.
Ada nasi, rendang daging sapi,
capcay, dan telur dadar. Makanan yang sederhana namun menggugah selera makan
siang ketiganya. Erika bergegas mengambil makanan itu tapi Bhara dengan cepat
menghalangi adiknya itu. Dia merebut piring dan sendok yang sudah Erika pegang.
“Ah abang! Nggak usah main-main
deh, udah laper banget tahu”, gerutu Erika sebel pada Bhara.
Bhara malah cengengesan nggak
jelas karena merasa puas mengerjai adiknya itu.
“Balikin ah, ini sudah aku siapin
khusus buat kamu”, ucap Cella menengahi.
Cella sudah mengambilkan piring,
nasi, lalu semua lauk pauk untuk Bhara. Bhara tersenyum senang lalu memberika
kecupan ringan di kening Cella, sedikit membuat Erika dibuat iri tapi kemudian
dia merebut piring yang tadi direbut Bhara lalu mengambil makanan untuk dia
makan.
“Pelan-pelan aja Ri”, sahut Cella
pada Erika yang terlihat terburu-buru, “Makanannya masih banyak ini, nggak
perlu takut kehabisan”, lanjut Cella sambil mengambil piring untuk makan
siangnya juga.
Erika hanya mengangguk-angguk
saja sambil terus menikmati makanan yang sahabatnya itu bawa untuknya dan
kakaknya itu. Cella memang pintar memasak, nggak kayak Erika yang pintarnya
makan, tapi sebenarnya sih Erika bisa masak dan biasanya makanan yang dia buat
itu enak. Tapi Erika terlalu malas untuk melakukan hal seperti itu.
Terdengar ada suara berisik orang
membuka pintu. Cella, Erika, dan Bhara mengalihkan pandangannya ke ambang pintu
melihat siapa yang datang. Dan ternyata Dika yang masuk ke ruangan itu sambil
tersenyum lebar.
“Boleh gabung nggak?”, ucap Dika
dengan nada manis.
“Duduk aja sini bareng kita-kita”,
sahut Bhara cepat setelah menelan makanannya.
Dika akhirnya gabung bersama
mereka bertiga. Dika duduk disamping Erika tentunya.
“Ada piring lagi nggak?”, tanya
Bhara pada Cella.
Cella menggelengkan kepalanya, “Cuma
ada tiga piring Say”, jawabnya sambil tersenyum.
“Nggak perlu nggak perlu”, tukas
Dika sambil mengibas-ngibaskan tangannya.
“Biar gue barengan aja sama Dika”,
lanjut Erika setelah Dika selesai bicara.
Dika tersenyum senang, lalu Erika
menyuapi pacar barunya itu. Cella belum tahu mengenai hal itu, dia mencium ada
bau-bau hubungan yang belum dia dengar kabar beritanya.
“Jadi kalian sudah jadian ya”,
ucap Cella yang lebih tepatnya seperti sebuah pernyataan.
Dika dan Erika hanya tersenyum
lalu bertemu pandang. Seperti refleks Dika lalu mengecup kening Erika yang juga
sedang tersenyum. Membuat Cella dan Bhara mendapat jawaban yang
sebenar-benarnya. Erika sedikit salah tingkah, kedua pipinya merona merah
karena malu, tapi dengan cepat Dika merangkulnya agar pacarnya itu sedikit
merasa nyaman.
“Dika, jadi minggu depan lo ikut
keacara pernikahan sahabat gue sama Erika kan?”, tanya Cella.
Padahal sih Erika belum sempat
menanyakan masalah itu tapi Dika sudah tahu tentang itu karena obrolannya
dengan Erika sebelum keduanya jadian sebagai sepasang kekasih.
“Minggu depan ya?”, ucap Dika
sambil menelan makanannya, dia sedikit berfikir mengingat apa ada kegiatan di
minggu depan dan ternyata dia punya janji dengan Hana, “Maaf ya, kayaknya gue
nggak bisa. Gue ada acara sama keluarga”, jawabDika berbohong sambil mengelus
lembut rambut Erika.
Erika manyun seketika, “Ternyata
punya pacar ataupun enggak kayaknya gue emang di takdirin untuk nggak dateng
sama siapa-siapa di acaranya itu”, keluh Erika atas dirinya sendiri.
Dika masih mengelus-elus lebut
rambut Erika, “Maaf”, ucapnya tulus. “Gue janji setelah hari itu, sepenuhnya
gue akan ada buat lo. Nemenin lo kemanapun lo pergi”, janji Dika dalam
benaknya, dia nggak mampu mengatakan itu semua.
---
Walaupun rasa capek mendera,
setelah kerja hari ini Dika mengajak Erika nonton. Karena sudah lama Dika nggak
nonton di bioskop bersama pacarnya. Erika sangat senang dengan ajakan pacar
barunya itu, dia benar-benar sudah bisa melupakan sakit hatinya atas
pengkhianatan Reza terhadapanya.
“Tunggu disini sebentar ya, biar
gue antre tiket dulu”, pamit Dika sambil memegang kedua lengan Erika.
Erika mengangguk, “Jangan
lama-lama”, ucapnya singkat.
Setelah mengacak-acak lembut poni
Erika, Dika langsung pergi untuk antre tiket film. Erika berdiri sendirian
kayak orang hilang, dia celingak-celinguk untuk melihat sekelilingnya dan dia
terkejut saat melihat ada sepasang cowok dan cewek mendekat kearahnya.
“Reza”, ucapnya dalam hati
melihat Reza dan seorang cewek yang dikenalnya.
Reza dan cewek itu tersenyum
manis pada Erika.
“Lo disini juga? sama siapa?”,
tanya cewek yang menggandeng tangan Reza, dia Chelsea tunangan Reza.
Erika tersenyum masam nggak
menjawab apa-apa. Dia nggak tahu harus berbuat apa-apa, dia sekarang ini ada
dihadapan mantan pacarnya yang mengkhianatinya dan cewek mantan pacarnya itu
adalah sahabatnya waktu SD dan SMP. Erika bener-bener mati gaya, dia berdiri
sendirian disitu menghadapi kedua orang yang nggak mau dia lihat itu.
“Maaf lama”, ucap Dika yang
langsung merangkul pacarnya itu.
Dika merasakan tubuh Erika yang
sedikit gemetaran dihadapan kedua orang yang nggak Dika kenal. Tapi dengan
cepat Dika sepertinya tahu siapa yang ada dihadapannya sekarang.
“Reza? Chelsea?”, sahut Dika
sambil tersenyum dan menunjuk kearah mereka berdua.
Erika melongo terkejut melihat
kearah Dika, “Lo kenal mereka?”, tanya Erika lirih pada Dika.
“Bhara yang cerita”, jawab Dika
singkat.
Reza terlihat salah tingkah, dia
merasa Dika sudah tahu semuanya. “Kita duluan ya”, pamit Reza.
“Kamu aja sana yang antre, aku
tunggu disini bareng Erika”, tukas Chelsea sambil melepaskan tangan Reza.
Reza makin salah tingkah.
“Biar Chelsea disini bareng kita,
lo antre aja sana”, ucap Dika.
Reza pergi juga untuk antre tiket
film yang sama dengan film yang akan Dika dan Erika saksikan. Dika pamit lagi
untuk membeli cemilan untuknya dan juga Erika tentunya. Chelsea dibiarkan
bersama Erika duduk bersama.
Reza dan Chealsea duduk di
barisan depan tempat duduk Dika dan Erika. Dika dapat mengetahui apa yang Erika
rasakan, Erika terlihat nggak nyaman dengan situasi itu. Saat Reza melihat
kearah mereka berdua, dengan cepat Dika mengecup kening Erika dan merangkulnya
dengan mesra, membuat keduanya tersenyum senang.
Dika menyuapkan popcorn untuk
Erika dengan tersenyum manis, “Aaaa”.
Erika dengan senang hati menerima
itu dan gantian menyuapi Dika. Erika sedikit mulai nyaman dengan situasi itu
dan berusaha nggak memikirkan Reza lagi yang memang sudah menyakiti hatinya.
“Chelsea itu sahabat gue waktu SD
dan SMP. Dia bener-bener teman baik gue”, ucap Erika sambil terus menatap
kelayar.
Dika menoleh kearah Erika dengan
tatapan sayu, “Gue tahu itu. Gue sudah tahu semuanya”, jawab Dika ringan.
Sekarang giliran Erika yang
menoleh, kedua matanya berkaca-kaca. Dia teringat saat-saat Reza mengatakan semuanya
kepada dirinya. Membuatnya benar-benar merasakan sakit yang mendalam dihatinya.
Dia nggak mau merasakan sakit itu lagi.
Air mata Erika nggak terbendung
lagi, untung waktunya tepat saat film drama itu menampilkan scene sedih yang
menguras air mata, jadi nggak hanya Erika yang menangis. Dika merangkul
ceweknya itu sedikit lebih erat, membuat Erika bersandar dibahunya lalu perlahan-lahan
mengelus-elus rambut panjang Erika. Mencoba untuk menenangkan.
---
Hari acara pernikahan Hera dan
Hendra. Bhara memutuskan untuk nggak ikut keacara itu karena memang ada meeting
mendadak yang wajid untuk dihadirinya. Cella, Erika, dan Renata datang bertiga
tanpa membawa pasangan mereka masing-masing. Karena Daniel pacar Renata nggak
bisa pulang ke Indonesia.
Kebaya ketiganya sama, hanya
berbeda warna dan itu dirancang oleh Mamahnya Erika. Acara pernikahan yang
terbilang mewah karena diadakan di sebuah hotel berkelas dengan tamu yang
diundang cukup banyak.
Erika, Cella, dan Renata memasuki
ruangan besar itu dengan dekorasi penuh bunga warna putih dan pink, romantis
banget, apalagi kedua mempelai yang terlihat begitu cantik dan tampan bak raja
dan ratu yang sedang duduk di altar kerajaan.
Dengan cepat mereka bertiga
mengambil barisan ikut antre untuk mengucapkan selamat untuk pengantin dan
berfoto bersama. Mereka bertiga nggak menyangka salah satu diantara mereka
berempat akan merubah statusnya menjadi seoarang yang sudah menikah.
Raut wajah Hera benar-benar
terlihat bahagia. Senyuman indah nggak pernah luntur dari bibir manisnya,
disampingnya ada Hendra yang dengan gagah mendampinginya dengan tersenyum lebar
sangat bahagia.
“Heraaaa”, seru Erika, Cella, dan
Renata bersama-sama. Mereka berempat lalu berpelukan.
Sangkin senangnya mereka berempat
nggak bisa membendung rasa haru yang mereka rasakan. Rasa haru yang menimbulkan
air mata yang bahagia. Sungguh mengharukan.
“Lo nggak boleh berubah! Harus
tetep bisa jalan-jalan sama kita”, ucap Erika sambil menepuk lengan sahabatnya
itu.
Hera mengangguk penuh haru dan
rasa bahagia.
“Lo juga harus belajar masak tuh,
kasihan suami lo nantinya!”, celetuk Cella sambil menghapus air mata
bahagianya.
“Lo nggak boleh lupa sama kita”,
ucap Renata sambil mewek dan memeluk sahabatnya lagi.
Setelah berfoto bersama. Mereka
berempat turun dari pelaminan untuk selanjutnya menikmati sajian untuk para
tamu. Mereka juga bertemu dengan teman-teman lama mereka yang dulu satu sekolahan
bersama mereka.
Erika, Cella, dan Renata pergi
untuk mengambil minum. Saat Erika meraih gelas yang ada dimeja, nggak
disangka-sangka ada seseorang yang juga ingin mengambil gelas yang sama. Dengan
cepat Erika menoleh kearah orang yang juga ingin mengambil minuman itu.
“Dika? Ngapain lo kesini? Katanya
ada acara keluarga?”, tukas Cella cepat sebelum Erika dan Dika bereaksi.
Mata Erika dan mata Dika saling
bertemu pandang, empat mata yang terkejut.
“Sayang, sudah ambil minumannya?”,
ucap seorang cewek yang langsung meraih tangan Dika.
Siapa lagi kalau bukan Hana.
Erika, Cella, Renata, dan juga Dika menoleh kearah Hana yang sudah ada didekat
mereka semua.
To Be Continued....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar