•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Jumat, 18 November 2011

25 Days Get A Boyfriend [Part 7]


Part 7

“Bang Bhara, gue laper!”, keluh Erika manja didepan kakaknya.
“Minta makan aja sana sama Dika”, tukas Bhara masih mengamati berkas.
Erika mendesah lalu duduk dengan muka manyun di sofa yang ada diruangan kakaknya itu. Erika belum mendapatkan ruangannya sendiri karena memang Erika belum benar-benar kerja di perusahaan kakaknya itu.
“Cella mau kesini. Dia bawa makanan untuk kita”, gumam Dika ringan.
Erika tersenyum senang lalu menyandarkan tubuhnya di sofa yang empuk itu.

Lima menit kemudian Cella benar-benar datang. Dia terlihat membawa kotak makanan yang cukup besar yang kiranya cukup untuk makan mereka bertiga. Erika yang sudah lapar langsung meraih apa yang Cella bawa dan mencoba membuka semua yang Cella bawa.
Ada nasi, rendang daging sapi, capcay, dan telur dadar. Makanan yang sederhana namun menggugah selera makan siang ketiganya. Erika bergegas mengambil makanan itu tapi Bhara dengan cepat menghalangi adiknya itu. Dia merebut piring dan sendok yang sudah Erika pegang.
“Ah abang! Nggak usah main-main deh, udah laper banget tahu”, gerutu Erika sebel pada Bhara.
Bhara malah cengengesan nggak jelas karena merasa puas mengerjai adiknya itu.
“Balikin ah, ini sudah aku siapin khusus buat kamu”, ucap Cella menengahi.
Cella sudah mengambilkan piring, nasi, lalu semua lauk pauk untuk Bhara. Bhara tersenyum senang lalu memberika kecupan ringan di kening Cella, sedikit membuat Erika dibuat iri tapi kemudian dia merebut piring yang tadi direbut Bhara lalu mengambil makanan untuk dia makan.
“Pelan-pelan aja Ri”, sahut Cella pada Erika yang terlihat terburu-buru, “Makanannya masih banyak ini, nggak perlu takut kehabisan”, lanjut Cella sambil mengambil piring untuk makan siangnya juga.
Erika hanya mengangguk-angguk saja sambil terus menikmati makanan yang sahabatnya itu bawa untuknya dan kakaknya itu. Cella memang pintar memasak, nggak kayak Erika yang pintarnya makan, tapi sebenarnya sih Erika bisa masak dan biasanya makanan yang dia buat itu enak. Tapi Erika terlalu malas untuk melakukan hal seperti itu.
Terdengar ada suara berisik orang membuka pintu. Cella, Erika, dan Bhara mengalihkan pandangannya ke ambang pintu melihat siapa yang datang. Dan ternyata Dika yang masuk ke ruangan itu sambil tersenyum lebar.
“Boleh gabung nggak?”, ucap Dika dengan nada manis.
“Duduk aja sini bareng kita-kita”, sahut Bhara cepat setelah menelan makanannya.
Dika akhirnya gabung bersama mereka bertiga. Dika duduk disamping Erika tentunya.
“Ada piring lagi nggak?”, tanya Bhara pada Cella.
Cella menggelengkan kepalanya, “Cuma ada tiga piring Say”, jawabnya sambil tersenyum.
“Nggak perlu nggak perlu”, tukas Dika sambil mengibas-ngibaskan tangannya.
“Biar gue barengan aja sama Dika”, lanjut Erika setelah Dika selesai bicara.
Dika tersenyum senang, lalu Erika menyuapi pacar barunya itu. Cella belum tahu mengenai hal itu, dia mencium ada bau-bau hubungan yang belum dia dengar kabar beritanya.
“Jadi kalian sudah jadian ya”, ucap Cella yang lebih tepatnya seperti sebuah pernyataan.
Dika dan Erika hanya tersenyum lalu bertemu pandang. Seperti refleks Dika lalu mengecup kening Erika yang juga sedang tersenyum. Membuat Cella dan Bhara mendapat jawaban yang sebenar-benarnya. Erika sedikit salah tingkah, kedua pipinya merona merah karena malu, tapi dengan cepat Dika merangkulnya agar pacarnya itu sedikit merasa nyaman.
“Dika, jadi minggu depan lo ikut keacara pernikahan sahabat gue sama Erika kan?”, tanya Cella.
Padahal sih Erika belum sempat menanyakan masalah itu tapi Dika sudah tahu tentang itu karena obrolannya dengan Erika sebelum keduanya jadian sebagai sepasang kekasih.
“Minggu depan ya?”, ucap Dika sambil menelan makanannya, dia sedikit berfikir mengingat apa ada kegiatan di minggu depan dan ternyata dia punya janji dengan Hana, “Maaf ya, kayaknya gue nggak bisa. Gue ada acara sama keluarga”, jawabDika berbohong sambil mengelus lembut rambut Erika.
Erika manyun seketika, “Ternyata punya pacar ataupun enggak kayaknya gue emang di takdirin untuk nggak dateng sama siapa-siapa di acaranya itu”, keluh Erika atas dirinya sendiri.
Dika masih mengelus-elus lebut rambut Erika, “Maaf”, ucapnya tulus. “Gue janji setelah hari itu, sepenuhnya gue akan ada buat lo. Nemenin lo kemanapun lo pergi”, janji Dika dalam benaknya, dia nggak mampu mengatakan itu semua.
---                                                      
Walaupun rasa capek mendera, setelah kerja hari ini Dika mengajak Erika nonton. Karena sudah lama Dika nggak nonton di bioskop bersama pacarnya. Erika sangat senang dengan ajakan pacar barunya itu, dia benar-benar sudah bisa melupakan sakit hatinya atas pengkhianatan Reza terhadapanya.
“Tunggu disini sebentar ya, biar gue antre tiket dulu”, pamit Dika sambil memegang kedua lengan Erika.
Erika mengangguk, “Jangan lama-lama”, ucapnya singkat.
Setelah mengacak-acak lembut poni Erika, Dika langsung pergi untuk antre tiket film. Erika berdiri sendirian kayak orang hilang, dia celingak-celinguk untuk melihat sekelilingnya dan dia terkejut saat melihat ada sepasang cowok dan cewek mendekat kearahnya.
“Reza”, ucapnya dalam hati melihat Reza dan seorang cewek yang dikenalnya.
Reza dan cewek itu tersenyum manis pada Erika.
“Lo disini juga? sama siapa?”, tanya cewek yang menggandeng tangan Reza, dia Chelsea tunangan Reza.
Erika tersenyum masam nggak menjawab apa-apa. Dia nggak tahu harus berbuat apa-apa, dia sekarang ini ada dihadapan mantan pacarnya yang mengkhianatinya dan cewek mantan pacarnya itu adalah sahabatnya waktu SD dan SMP. Erika bener-bener mati gaya, dia berdiri sendirian disitu menghadapi kedua orang yang nggak mau dia lihat itu.
“Maaf lama”, ucap Dika yang langsung merangkul pacarnya itu.
Dika merasakan tubuh Erika yang sedikit gemetaran dihadapan kedua orang yang nggak Dika kenal. Tapi dengan cepat Dika sepertinya tahu siapa yang ada dihadapannya sekarang.
“Reza? Chelsea?”, sahut Dika sambil tersenyum dan menunjuk kearah mereka berdua.
Erika melongo terkejut melihat kearah Dika, “Lo kenal mereka?”, tanya Erika lirih pada Dika.
“Bhara yang cerita”, jawab Dika singkat.
Reza terlihat salah tingkah, dia merasa Dika sudah tahu semuanya. “Kita duluan ya”, pamit Reza.
“Kamu aja sana yang antre, aku tunggu disini bareng Erika”, tukas Chelsea sambil melepaskan tangan Reza.
Reza makin salah tingkah.
“Biar Chelsea disini bareng kita, lo antre aja sana”, ucap Dika.
Reza pergi juga untuk antre tiket film yang sama dengan film yang akan Dika dan Erika saksikan. Dika pamit lagi untuk membeli cemilan untuknya dan juga Erika tentunya. Chelsea dibiarkan bersama Erika duduk bersama.
Reza dan Chealsea duduk di barisan depan tempat duduk Dika dan Erika. Dika dapat mengetahui apa yang Erika rasakan, Erika terlihat nggak nyaman dengan situasi itu. Saat Reza melihat kearah mereka berdua, dengan cepat Dika mengecup kening Erika dan merangkulnya dengan mesra, membuat keduanya tersenyum senang.
Dika menyuapkan popcorn untuk Erika dengan tersenyum manis, “Aaaa”.
Erika dengan senang hati menerima itu dan gantian menyuapi Dika. Erika sedikit mulai nyaman dengan situasi itu dan berusaha nggak memikirkan Reza lagi yang memang sudah menyakiti hatinya.
“Chelsea itu sahabat gue waktu SD dan SMP. Dia bener-bener teman baik gue”, ucap Erika sambil terus menatap kelayar.
Dika menoleh kearah Erika dengan tatapan sayu, “Gue tahu itu. Gue sudah tahu semuanya”, jawab Dika ringan.
Sekarang giliran Erika yang menoleh, kedua matanya berkaca-kaca. Dia teringat saat-saat Reza mengatakan semuanya kepada dirinya. Membuatnya benar-benar merasakan sakit yang mendalam dihatinya. Dia nggak mau merasakan sakit itu lagi.
Air mata Erika nggak terbendung lagi, untung waktunya tepat saat film drama itu menampilkan scene sedih yang menguras air mata, jadi nggak hanya Erika yang menangis. Dika merangkul ceweknya itu sedikit lebih erat, membuat Erika bersandar dibahunya lalu perlahan-lahan mengelus-elus rambut panjang Erika. Mencoba untuk menenangkan.
---
Hari acara pernikahan Hera dan Hendra. Bhara memutuskan untuk nggak ikut keacara itu karena memang ada meeting mendadak yang wajid untuk dihadirinya. Cella, Erika, dan Renata datang bertiga tanpa membawa pasangan mereka masing-masing. Karena Daniel pacar Renata nggak bisa pulang ke Indonesia.
Kebaya ketiganya sama, hanya berbeda warna dan itu dirancang oleh Mamahnya Erika. Acara pernikahan yang terbilang mewah karena diadakan di sebuah hotel berkelas dengan tamu yang diundang cukup banyak.
Erika, Cella, dan Renata memasuki ruangan besar itu dengan dekorasi penuh bunga warna putih dan pink, romantis banget, apalagi kedua mempelai yang terlihat begitu cantik dan tampan bak raja dan ratu yang sedang duduk di altar kerajaan.
Dengan cepat mereka bertiga mengambil barisan ikut antre untuk mengucapkan selamat untuk pengantin dan berfoto bersama. Mereka bertiga nggak menyangka salah satu diantara mereka berempat akan merubah statusnya menjadi seoarang yang sudah menikah.
Raut wajah Hera benar-benar terlihat bahagia. Senyuman indah nggak pernah luntur dari bibir manisnya, disampingnya ada Hendra yang dengan gagah mendampinginya dengan tersenyum lebar sangat bahagia.
“Heraaaa”, seru Erika, Cella, dan Renata bersama-sama. Mereka berempat lalu berpelukan.
Sangkin senangnya mereka berempat nggak bisa membendung rasa haru yang mereka rasakan. Rasa haru yang menimbulkan air mata yang bahagia. Sungguh mengharukan.
“Lo nggak boleh berubah! Harus tetep bisa jalan-jalan sama kita”, ucap Erika sambil menepuk lengan sahabatnya itu.
Hera mengangguk penuh haru dan rasa bahagia.
“Lo juga harus belajar masak tuh, kasihan suami lo nantinya!”, celetuk Cella sambil menghapus air mata bahagianya.
“Lo nggak boleh lupa sama kita”, ucap Renata sambil mewek dan memeluk sahabatnya lagi.
Setelah berfoto bersama. Mereka berempat turun dari pelaminan untuk selanjutnya menikmati sajian untuk para tamu. Mereka juga bertemu dengan teman-teman lama mereka yang dulu satu sekolahan bersama mereka.
Erika, Cella, dan Renata pergi untuk mengambil minum. Saat Erika meraih gelas yang ada dimeja, nggak disangka-sangka ada seseorang yang juga ingin mengambil gelas yang sama. Dengan cepat Erika menoleh kearah orang yang juga ingin mengambil minuman itu.
“Dika? Ngapain lo kesini? Katanya ada acara keluarga?”, tukas Cella cepat sebelum Erika dan Dika bereaksi.
Mata Erika dan mata Dika saling bertemu pandang, empat mata yang terkejut.
“Sayang, sudah ambil minumannya?”, ucap seorang cewek yang langsung meraih tangan Dika.
Siapa lagi kalau bukan Hana. Erika, Cella, Renata, dan juga Dika menoleh kearah Hana yang sudah ada didekat mereka semua.
To Be Continued....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...