•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Selasa, 15 November 2011

25 Days Get A Boyfriend [Part 3]


Part 3

Bukannya mempelajari berkas-berkas yang Bhara tadi kasih, Erika malah asyik telfon-telfonan sama Cella. Terang aja Bhara kesal dan langsung merebut hp Erika lalu memutuskan sambungan telefon itu. Membuat Cella yang ada diseberang tersana sedikit tersentak.
Erika yang kesal merebut hp-nya kembali dan berjalan menuju pintu, “Gue pulang aja!”, ucapnya dengan nada ketus sambil menarik gagang pintu.
Bhara membiarkannya keluar, karena Bhara akan menelfon Cella.
“Mana Erika?”, tanya Cella pada Bhara.

Bhara mendesah, “Dia sudah pulang”, jawabnya singkat, “Oh ya, nanti malam ikut dinner ya. Ada manager baru nih”, lanjut Bhara bersemangat.
Cella mengangguk-anggukan kepalanya, “Ok. Jadi manager dari kantor pusat yang tempo hari loe omongin itu sudah datang?”, lanjut Cella.
“Iya. Sudah dua hari yang lalu dia sampai disini, dan baru kerja hari ini”, jawab Bhara menjelaskan.
Erika berjalan sendirian menuju halte bus transjakarta yang terdekat dari kantor kakaknya itu. Dia mencoba menghubungi Cella lagi tapi nggak bisa, telfon Cella sibuk.
“Pasti sekarang dia telfon-telfonan sama abang gue!”, gerutunya kesal lalu memasukkan hp-nya kedalam tas.
Dia menaiki sebuah tangga jembatan penyebrangan. Kembali teringat dengan kata-kata Hera.
“....kalian bertiga wajib bawa cowok kalian ke acara kawinannya gue!”, ucapan Hera yang masih terngiang-ngiang di telinga Erika, seperti baru tadi saja diucapkan oleh Hera.
Erika berhenti sejenak dan menarik nafas panjang lalu menghembuskannya pelan, “Kenapa hidup gue gini banget?”, keluhnya.
“Aduuh”, ada yang menabrak dirinya.
Dua orang berbadan nggak terlalu kurus dan nggak terlalu gempal juga menabrak Erika yang sedang melamun.
“Maaf kak, maaf”, ucap keduanya bersamaan lalu berjalan pergi.
Ada seorang lagi yang yang menabraknya, kali ini orang itu bertubuh tinggi, berbadan atletis dan berpakaian rapi. Cowok itu berlari mengejar kedua orang yang menabrak Erika tadi. Dengan cepat cowok itu menyergap tubuh kedua orang itu dan memuntir tangan mereka kebelakang.
“Kembalikan dompet dan handphone-nya!”, teriak cowok itu pada kedua orang yang ditekuk olehnya.
“Ampun mas. Ampun!”, ucap keduanya memelas.
Erika melihat dompet dan hp-nya ada ditangan kedua orang yang tadi menabraknya. Lalu dia mencoba mengecek didalam tasnya. Benar saja, dompet dan hp-nya nggak ada didalam tas. Dengan cepat dia berlari menghampiri cowok yang memukul kedua copet yang sudah lari terbirit-birit setelah menyerahkan dompet dan hp itu pada cowok yang memukulnya.
“Ini punya loe?”, tanya cowok itu sambil menunjukkan dompet dan hp yang tadi didapatnya.
Erika mengangguk dengan cepat lalu meraih apa yang menjadi miliknya, “Terima kasih banyak”, ucapnya sambil menundukkan kepala dengan rasa hormat.
“Sama-sama”, ucap cowok itu manis. “Lebih hati-hati lagi ya”, lanjut cowok itu yang kemudian beranjak pergi.
Erika tersenyum senang dompet dan hp-nya nggak jadi hilang karena cowok itu. Tapi sekarang cowok itu dimana? Erika melongok kesana kesini untuk mencari sosok cowok yang tadi menolongnya, dan dia melihat cowok itu berjalan menuruni tangga jembatan penyebrangan menuju halte bus. Dengan cepat Erika mencoba mengejarnya.
Dia melihat cowok itu yang lagi antre tiket, Erika juga langsung mengambil posisi. Jarak mereka hanya diantara lima orang yang juga lagi antre.
Bus-nya datang, semua bergegas masuk tak terkecuali Erika yang juga dengan cepat sudah ada didalam bus. Tapi nggak disangka-sangka, nggak ada tempat duduk lain lagi. Dia harus berdiri sampai ada yang turun dari bus itu, tapi yang membuat dia malas untuk berdiri karena hanya dia yang nggak mendapatkan tempat duduk.
“Malu gila!”, gerutunya lirih sambil menutup wajahnya dan memilih menghadap keluar bus.
Orang yang duduk dikursi dekat pintu bangkit, “Silakan loe aja yang duduk”, ucap cowok itu ramah.
Masih dengan sedikit menutupi wajahnya, “Terima kasih”, ucap Erika ringan yang kemudian duduk ditempat duduk yang cowok itu tadi kasih untuknya.
Erika penasaran siapa orang yang menolongnya itu, lalu dia mencoba mendongakkan kepalanya untuk melihat orang itu.
“Cowok yang tadi”, gumamnya lirih sedikit terkejut karena melihat cowok yang tadi menolongnya di jembatan penyebrangan.
Erika memberanikan diri untuk bangkit dari tempat duduknya dan berdiri disamping cowok itu. Cowok itupun menoleh, parasnya benar-benar tampan, wajahnya bersih walau nggak terlalu putih.
“Kenapa berdiri? Halte berikutnya masih agak jauh”, ucap cowok itu.
Dengan cepat Erika mengibas-ngibaskan kedua tangannya, “Bukan. Bukan seperti itu”, ucapnya terburu-buru.
Belum sempat Erika memegang pegangan di bus, tiba-tiba bus mengerem mendadak karena ada mobil yang menyerobot jalurnya. Membuat Erika hilang keseimbangan dan hampir jatuh tersungkur kesamping, tapi dengan cepat kedua tangan cowok itu meraih tubuh Erika dan menariknya kepelukannya, agar Erika nggak terjatuh.
Semua mata tertuju pada mereka berdua. Erika yang masih syok belum bisa menutup mulutnya yang menganga, dia masih dalam posisi dipeluk cowok itu. Tapi setelah beberapa detik mereka melepaskan pelukan itu dan merapikan pakaian mereka yang sedikit awut-awutan.
Keduanya bertemu pandang, awalnya keduanya membuang muka, tapi setelah bertemu pandang yang kedua mereka tersenyum menutupi rasa malu, dan yang ketiga mereka tertawa geli atas kejadian tadi. Membuat orang-orang disekitar mereka menonton mereka.
Sekarang Erika dan cowok itu berdiri bersama membiarkan satu tempat duduk yang kosong.
“Ini kan bukan jam-nya orang pulang kantor? Kenapa lo diluar?”, tanya cowok itu yang mengira Erika sudah bekerja.
Erika kembali mengibaskan tangannya, kini hanya satu tangannya saja, “Bukan”, tepisnya. “Lagian gue juga belum kerja, gue baru selesai kuliah. Wisuda aja baru bulan depan”, jawab Erika panjang walaupun pertanyaannya nggak begitu panjang.
Cowok itu mengangguk, “Jadi lo lagi nyari kerjaan?”, tanya cowok itu lagi.
Sekarang Erika menggelengkan kepalanya pelan, “Nggak juga. tadi gue cuman main ke kantor kakak gue”, jawab Erika ringan.
“Owh”, gumam cowok itu.
“Siapa nama lo?”, benak Erika. Dia benar-benar ingin menanyakan itu tapi rasanya malu banget. “Andai aja dia jadi cowok gue. Bakalan gue bawa ke acara kawinannya Hana. Cella sama Rena pasti ngiri banget!”, batinnya. Nggak sadar Erika memandang kosong kearah cowok itu, membuat cowok itu mengibas-ngibaskan tangannya didepan wajah Erika agar membuat Erika tersadar dari lamunannya.
“Lo kenapa?”, tanya cowok itu.
Dengan cepat Erika yang sudah sadar menggelengkan kepalanya, “Nggak kok. Nggak kenapa-napa”, jawabnya tergesa-gesa.
Lalu cowok itu mengulurkan tangan kanannya, “Nama gue Dika”, cowok yang bernama Dika itu mengajak berkenalan.
Lantas Erika menyambut uluran tangan Dika, dan keduanya bersalaman, “Nama gue Erika”, ucap Erika mencoba semanis mungkin agar menimbulkan kesan yang baik.
---
Erika sudah rapi dengan baju tidur berbahan satin berwarna biru muda faforitnya. Dia kecapekan karena seharian tadia dia membantu Bhara di kantor. Badannya terasa pegal dan nggak nyaman.
Tapi kemudian dia tersenyum lebar, “Namanya Dika”, gumamnya sambil tersenyum.
Erika kembali teringat peristiwa siang tadi, saat dia kecopetan ada seseorang pahlawan yang menolongnya. Kemudian saat dia nggak mendapatkan tempat duduk dibus. Disaat dia hampir terjatuh, ada pahlawan yang menariknya masuk kedalam pelukannya. Sungguh sesuatu yang nggak pernah Erika bayangkan.
Dia merasa malu bukan kepalang, dengan cepat dia memindahkan bantalnya untuk menutupi wajahnya yang mulai merona merah karena memikirkan itu semua. Rasanya Erika terpesona pada pandangan pertama pada cowok yang bernama Dika itu.
Tapi, sedetik kemudian Erika duduk dengan rambut yang berantakan.
“Tapi gue nggak punya nomer hp-nya!”, teriaknya keras kemudian mengacak-acak rambutnya sendiri.
Dia lupa memintanya tadi saat bertemu. Dia terus mengeram karena kesal. Membuat kakaknya yang sudah tidur dikamarnya menjadi terbangun dan bergegas pergi ke kamar Erika, karena takut terjadi apa-apa dengan Erika yang harus dia lindungi itu.
“Loe kenapa?”, tanya Bhara setelah membuka pintu kamar Erika.
Erika terdiam lalu mengalihkan pandangannya pada Bhara yang diambang pintu. Dia terseringai penuh arti, lalu tertawa salting.
“Lo kenapa?”, tanya Bhara lagi sambil berjalan mendekati ranjang Erika.
Erika masih tersenyum, “Nggak kenapa-napa bang”, ucapnya masih tersenyum.
Dengan cepat Bhara menjitak jidat Erika yang nggak tertutup poni karena poninya ditarik keatas.
“Aduh!”, gumamnya kesakitan, “Sakit tahu bang!”, lanjut Erika yang langsung cemberut.
Telunjuk tangan kanan Bhara mengetuk-ngetuk dahi Erika, “Kalau malem itu tidur. Bukannya malah bikin ribut! Gue capek!”, gerutu Bhara kesal.
Erika mencoba menghindar tapi nggak bisa lalu dengan cepat dia meraih tangan kanan kakaknya itu, “Iya, iya, gue sekarang tidur! Tapi abang keluar dulu dong!”, tukasnya cepat.
Bhara bangkit dan berlalu kekamarnya.
Erika masih belum bisa tidur, dia masih teringat dengan cowok yang bernama Dika itu.
“Gue harus ketemu sama dia lagi! Pokoknya dia harus jadi cowok gue. Gimanapun caranya dia harus menenin gue ke acara nikahannyaHera!”, ucapnya bersemangat, sangat bersemangat.
Tapi sedetik kemudian dia terdiam, dia melemas, “Tapi gimana caranya gue bisa ketemu sama Dika lagi?”, gumamnya lirih.
Nggak butuh waktu lama Erika sudah bersemangat lagi, ada sesuatu yang melintas dipikirannya, “Ya! Gampang aja, besok gue naik bus lagi. Di jam yang sama dari halte yang sama. Pasti ketemu!”, ucapnya optimis.
Lalu membaringkan tubuhnya di kasur dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Dia harus tidur karena besok harus berjalan dengan baik dan lancar.
To Be Continued.....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...