Sayembara Cinta Tiara Part 8
Hari masih pagi sekali tapi Tika
sudah ada di rumah Tiara. Dia khawatir dengan sahabatnya itu yang katanya hari
ini nggak bisa berangkat kuliah karena sakit. Tiara yang kemarena hujan-hujanan
sekarang merasa nggak enak badan, semalam dia demam dan pagi ini baru turun
panasnya.
“Lo kayak anak kecil aja deh,
pake acara hujan-hujanan segala!”, tukas Tika yang sekarang sudah duduk di
samping Tiara.
Tiara menyimpulkan sebuah senyum
lalu membenarkan posisinya, dia bubuk bersandar di ranjangnya, “Gara-gara lo
pulang duluan nih”, timpal Tiara nggak mau kalah lalu menceritakan apa yang
kemarin terjadi padanya.
Tika benar-benar dibuat terkejut
dengan apa yang Tiara ceritakan kepadanya, Tika menyesal karena kemarin minta
pulang duluan dan meninggalkan Tiara sendirian. Kalau aja kemarin dia pulang
bareng Tiara, setidaknya kejadian seperti kemaren nggak akan terjadi.
“Tapi sekarang kondisi lo sudah
baikan kan?”, tanya Tika memastikan sambil menggerayangi tubuh Tiara.
Tiara tertawa geli, “Gue
baik-baik aja”, jawabnya ringan.
Lalu Tiara beranjak dari tempat
tidurnya.
“Lo mau kemana?”, tanya Tika
sambil membantu Tiara berdiri.
“Gue mau mandi”, ucap Tiara
singkat lalau berjalan kearah kamar mandi yang ada dikamarnya.
Tika membantunya mengambilkan
handuk lalu setelah Tiara masuk ke kamar mandi dia mulai membantu Tiara
merapikan tempat tidurnya.
“Bunda, Ayah ayo dong, sudah
kesiangan nih”, ajak Denny pada kedua orang tuanya.
Sepertinya hari ini mereka akan
berangkan ke suatu tempat bersama-sama, Ayah dan Bunda berpakaian lebih rapi
dari biasanya, begitu juga dengan Denny.
Dua puluh menit kemudian Tiara
keluar dari kamar mandi, lalu mulai berganti pakaian setelah menyuruh Tika
membaca majalah dengan serius. Hari ini Tiara memakai dress lagi karena memang
dia masih kesusahan memakai celana jeans yang membuat pergelangan kakinya
terasa sakit lagi.
Ada suara berisik orang membuka
pintu, ternyata mbok Saodah yang membawakan sarapan untuk Tiara dan Tika. Semangkok
bubur, beberapa lembar roti gandum, selai strobery, dua gelas susu putih, dan
gua gelas air putih. Dengan susah payah mbok Odah membawakannya dan lalu
meletakkannya di meja belajar Tiara.
“Makasih mbok”, ucap Tiara dan
Tika bersa-sama.
“Sama-sama non”, sahut mbok Odah
yang kemudian keluar dari kamar Tiara.
Terlihat Tiara sedang merapikan
buku-bukunya, memasukannya dalam tas.
“Lo mau kuliah?”, tanya Tika.
Tiara mengangguk, “Iya dong”,
jawabnya singkat lalu menutup tasnya dan mulai beralih ke sarapannya,
membawanya ke meja balkon yang ada di kamarnya.
Tika mengikutinya.
Mereka sarapan bersama di balkon,
keduanya duduk berhadapan.
Lagi-lagi terdengar suara berisik
dari arah pintu kamar Tiara, ternyata ada Denny. Dia masuk tapi nggak melihat
orang disana, lelu dia mengalihkan pandangannya ke balkon dan melihat ada Tiara
dan Tika disana yang lagi sarapan.
“Udaranya masih dingin”, ucap
Denny sambil memakaikan jaket pada Tiara.
Tiara tersenyum senang kearah
Denny.
“Pagi banget lo kesini kak”,
terdengar lebih seperti pernyataan yang di ungkapkan Tika.
Denny tersenyum lalu dia menarik
kursi kecil didekatnya lalu mendudukinya, merebut manarik mangkok yang ada
dihadapan Tiara kearahnya dan meraih sendok yang lagi dipegang Tiara.
“Aaaa”, Denny berusaha menyuapi
Tiara.
Membuat Tika cemberut karena
terlalu iri, yang lebih di sayangkan lagi Bayu nggak ke rumah Tiara, dia akan
langsung pergi kekampus dan baru akan bertemu dengan Tika disana.
“Lo ada kuliah pagi kan?”, tanya
Tiara ringan pada Denny.
Denny mengangguk, “Tapi kayaknya
gue nggak berangkat”, jawabnya yang menudian menyuapi Tiara lagi.
Alis Tiara terangkat sebagai
gantinya menanyakan kenapa.
“Gue mau jagain lo disini”,
lanjut Denny serius sambil menyuapi lagi.
Tiara baru menelan makanannya, “Jagain
gue disini? Buat apa? Jagain gue tuh di kampus!”, tukas Tiara sambil cemberut.
Denny sedikit tertawa lalu
mengacak-acak lembut poni Tiara, “Hari ini kan lo nggak kuliah jadi ya gue
jagainnya di rumah”, lanjut Denny mencoba menjelaskan.
“Tapi sayangnya gue berangkat
kuliah hari ini”, lanjut Tiara tanpa beban yang langsung bangkit dari tempat
duduknya dan beranjak masuk kekamarnya dan meraih tasnya.
Tika mengikuti sahabatnya itu,
dia juga meraih tasnya.
“Tapikan lo masih sakit”, ucap
Denny sambil meletakkan mangkok bubur yang dia pegang ke meja dan berjalan
memasuki kamar.
“Makanya lo berangkat kuliah juga
biar bisa jagain gue yang masih sakit!”, timpal Tiara yang kemudian keluar dari
kamarnya diikuti Tika dan juga Denny.
Sampai di lantai satu rumahnya,
Tiara dikejutkan dengan dua orang tamu yang datang pagi-pagi itu.
“Tiara berangkat dulu ke kampus
Mah, Pah”, pamit Tiara yang kemudian mencium punggung tangan kedua orang
tuanya.
“Tapikan kondisi kamu masih
lemah, nggak usah berangkat kuliah dululah”, timpal Mamah nggak setuju dengan
Tiara yang berangkat ke kuliah.
Seorang tante yang duduk di
samping Mamah menyauti, “Tapi Denny yang akan nganterin kamu kan?”, tanya tante
itu yang kelihatannya kenal dengan Denny dan tentu saja kenal dengan dirinya
juga.
Tiara nggak langsung mengangguk,
Denny datang, “Tenang aja Bunda, Denny pasti akan jagain Tiara”, ucap Denny
seketika.
Tiara melongo, dia terkejut dan
menoleh kearah Tika yang juga melongo, lalu dia menoleh kearah Denny yang
kemudian tersenyum kearahnya yang masih terlihat terkejut.
“Jadi tante sama om ini...”, ucap
Tiara mulai menyimpulkan.
Denny menyela kalimat Tiara, “Mereka
orang tua gue”, ucapnya ringan.
Dengan cepat Tiara bersalaman dan
mencium punggung tangan kanan orang tua Denny itu. Terlihat Bunda Denny suka
terhadapnya, Ayahnya juga sama. Mereka terlihat senang melihat Tiara, tapi
Tiara sedikit merasa malu karena dia ingat tentang perjodohan yang selalu dia
tolak mentah-mentah tanpa tahu siapa yang dijodohkan padanya.
---
Siangnya dikantin. Kali ini Tiara
males buat makan siang kayak biasanya, dia memilih memakan roti dan jus jambu
saja. Tika dan Bayu mulai menikmati makanan mereka. Tiara masih takut dan
terbayang-bayang kejadian kemarin, jadi kalau kemana-mana sekarang dia nggak
berani sendiri.
Tiba-tiba ada dua tangan yang dia
kenal menepuk kedua pundaknya, dengan cepat dia menoleh kearah belakangnya,
ternyata benar, itu Denny. Tiara tersenyum lalu menyuruh Denny untuk duduk
disampingnya.
“Cuman makan roti?”, tanya Denny
sambil merapikan posisi duduknya.
Tiara mengangguk dan mulai
memakan rotinya lagi.
“Oh ya, gue sudah pernah bilang
belum tentang rencana pertunangan kita?”, ucap Denny.
Tiara lagi-lagi tersedak karena
terkejut dengan apa yang Denny katakan, dengan cepat Denny memberikan Tiara
minuman untuk memulihkannya.
“Kebiasaan buruk lo nih,
tersedak!”, timpal Denny sambil membantu memegangkan gelas minumannya Tiara.
Dia kembali seperti semula tapi sekarang
dibuat manyun karena perkataan Denny tadi.
Denny menyadari perkataannya tadi
salah, “Maaf”, ucapnya manis.
Beberapa detik kemudian Tiara
luluh, akhirnya.
“Maksud loe apa kak tentang
pertunangan tadi?”, tanya Tika mencoba mengarahkan pembicaraan.
“Oh ya, kalian jangan lupa datang
ke acara pertunangan gue sama Tiara ya. Minggu depan acaranya”, jawab Denny
bersemangat.
“Minggu depan?”, Tiara dibuat
terkejut lagi tapi kali ini nggak diiringi sama tersedak lagi.
Denny mengangguk, “Jadi lo
bener-bener belum tahu?”.
Tiara menggelengkan kepalanya
pelan, “Gue nggak tahu”, jawabnya polos.
“Tadi pagi Ayah sama Bunda ikut
kerumah lo itu pengin bahas tentang kita. Dan saat mengutarakan ide mereka
tentang pertunangan kita, Papah sama Mamah lo langsung setuju”. Denny mencoba
menjelaskan maksud lain yang terjadi pagi tadi.
Tiara terdiam setelah meneguk
kembali jus jambunya, dia bingung seketika itu juga.
“Jangan bilang lo nggak mau
tunangan sama gue?”, tanya Denny lemah dengan raut wajah memelas.
Denny menyentuh dagu Tiara
diarahkan untuk menghadap pada Denny.
“Gue mau”, ucapnya singkat
membuat Denny tersenyum senang, “Tapi kok cepet banget ya? Minggu depan?”,
tanyanya masih nggak percaya.
Denny melepaskan dagunya dan
manyun kearahnya.
---
Seminggu kemudian, dirumah Tiara
ada acara yang cukup meriah. Acara pertunangan antara Tiara dengan Denny. Pesta
kelas atas yang cukup banyak dihadiri tamu, rekan-rekan bisnis kedua orang tua
Tiara dan Denny, beberapa teman Denny dan juga Tiara.
Semuanya terlihat menikmati acara
yang diset indah itu.
Nggak lama kemudian Tiara turun
dari lantai dua rumahnya dengan menggunakan gaun warna magenta yang sangat
cantik, riasan diwajah dan rambutnya juga menambah kecantikkannya, membuat mata
yang memandangnya langsung terpesona.
Termasuk Denny yang terus melihat
kearah Tiara yang sedang menuruni tangga digandeng oleh Tika.
Ayah dan Bunda sedikit tertawa
geli saat melihat anak laki-laki mereka itu sangat terpesona dengan Tiara. Papah
dan Mamah tersenyum senang saat melihat Tiara berjalan mendekat kearah mereka,
anak mereka itu terlihat cantik sekali.
Denny mendekat kearah Tiara lalu
meminta tangannya diiringi dengan senyuman menawan. Tiara juga tersenyum lalu
meletakkan tangan kanannya di tangan kiri Denny dan keduanya berjalan kearah
tempat mereka bertukar cincin.
Kakak perempuan Denny membawakan
cincin pertunangan mereka berdua saat keduanya sudah berada di atas mimbar.
Dengan masih tersenyum Denny
menyelipkan sebuah cincin di jari manis tangan kiri Tiara, kemudian Tiara juga
melakukan hal yang sama, dia menyelipkan cincin yang sama dijari manis Denny. Lalu
dengan sangat gembira Denny mencium kening Tiara dengan mesra. Membuat para
tamu yang hadir tersenyum senang.
Bayu dan Tika terlihat senang
dengan acara itu, untung saja mereka merencanakan yang namanya sayembara buat
mencari pacar buat Tiara. Kalau enggak mungkin aja mereka masih belum akrab dan
saling menutupi perasaan mereka, dan Tiara jelas masih ogah-ogahan untuk
dijodohkan.
***T.A.M.A.T***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar