Part 2
Erika, Cella, Renata, dan Hera
pergi ke kantin kampus bersama-sama. Sudah lama mereka nggak bertemu dengan
Hera yang sekarang ada bersama mereka, menggejutkan mereka di hari bahagia
mereka bertiga.
Setelah memesan makanan dan
minuman, mereka berempat duduk bersama meluapkan rasa kangen mereka.
“Oh ya, ada yang ingin gue
omongin sama kalian”, ucap Hera sedikit membuat penasaran.
“Apa?”, tanya Erika, Cella, dan
Renata serempak seperti ada yang memberi aba-aba.
Hera terseringai membuat
sahabat-sahabatnya itu penasaran, “Dua puluh lima hari lagi gue nikah sama
Hendra”, ucap Hera serius diiringi senyuman manis.
Erika, Cella, dan Renata melongo
karena terkejut mendengar berita itu.
Hera berubah cemberut melihat
ekspresi sahabat-sahabatnya itu, “Kalian nggak ikut seneng?”, tanya Hera sebel.
Sedetik kemudian, ketiganya
memberikan pelukan hangat untuk Hera, “Kita seneng banget!”, ucap Erika, Cella,
dan Renata kembali bersamaan.
Mereka berempat bersorak gembira
atas berita baik itu. Nggak lama kemudian makanan dan minuman pesanan mereka
datang dan acara peluk-pelukannya udahan dulu. Mereka harus menikmati apa yang
tadi mereka pesan untuk sedikit merayakan keberhasilan hari ini.
“Kenapa baru kasih kabar
sekarang?”, keluh Cella.
Hera kembali tersenyum, “Gue
nggak mau bilang-bilang dulu sebelum semuanya benar-benar siap. Oh ya jangan
lupa, kalian bertiga wajib bawa cowok kalian ke acara kawinannya gue!”, celetku
Hera sambil menunjuk-nunjuk kearah Erika, Cella, dan Renata.
Cella mengangguk bersedia, Renata
agak ragu, dan Erika nggak tahu harus berekspresi seperti apa.
“Gue nggak janji Daniel bakalan
bisa dateng”, uca Renata yang ragu pacarnya akan datang, secara Daniel itu
kuliahnya di luar negri jadi nggak bisa segampang itu buat pulang.
Pandangan tertuju pada Erika.
“Lo bisa kan?”, tanya Hera pada
Erika yang terlihat kebingungan.
Hanya Cella yang sudah tahu kalau
Erika putus dari Reza, sedangkan Renata dan Hera belum tahu mengenai itu karena
Erika nggak mau menceritakan kesakitannya atas perlakuan Reza terhadapnya, Reza
mencampakannya.
Cella terlihat bingung melihat
wajah Erika yang terdiam.
Tapi sedetik kemudian Erika
tersenyum lebar, “Tenang aja. Gue pasti dateng sama cowok gue”, lanjut Erika
bersemangat walau terlihat juga ada raut ragu terlukis diwajahnya.
Semuanya terlihat senang.
---
Karena supirnya lama banget nggak
menjemputnya di kampus, jadi dia memutuskan untuk pulang sendirian naik bus
transjakarta. Dia nggak bisa naik taksi karena entah karena apa dia pasti akan
muntah kalau naik taksi. sesuatu yang aneh tapi ini memang terjadi pada Erika.
Didalam bus dia duduk dipojok
belakang sendirian. Keadaan di bus itu nggak terlalu ramai karena bukan jam
anak sekolah berangkat ataupun karyawan kantor pada pulang. Dia kembali
teringat peristiwa saat dia dicampakan oleh Reza. Erika menangis karena
teringat peristiwa itu.
Tiba-tiba ada seseorang yang
berdiri dihadapannya, tapi Erika nggak memperdulikan orang itu. Dia masih sibuk
dengan tangisnya. Sebuah tangan yang memegang saputangan terlihat didepan
wajahnya.
“Hapus air mata loe”, ucap orang
itu ringan.
“Makasih”,ucap Erika singkat
tanpa melihat kearah orang yang memberinya saputangan tadi.
Dengan cepat Erika meraih
saputangan itu lalu diusapkannya di wajah untuk menghapus air mata dan
ingusnya. Nggak lama kemudian bus itu berhenti dan orang yang memberikan
saputangannya untuk Erika turun di halte itu.
Setelah selesai dengan
membersihkan wajahnya, Erika mulai mengangkat kepalanya dan mencari sosok yang
memberinya sebuah sapu tangan tadi. Tapi seketika itu juga dia terkejut karena
nggak ada penumpang lain selain dirinya. Hanya ada dia dan petugas bus.
Sontak dia terkejut bukan
kepalang, dia bangkit melihat ke halte yang sudah cukup jauh itu. Dia melihat
seorang cowok yang berpakaian rapi sepertinya orang kantoran, dengan tas
gendong yang fashionable. Erika mengira cowok itu yang tadi memberinya
saputangan.
Dia melihat kearah saputangan
yang sudah basah oleh airmata dan ingusnya itu. Terlihat ada tulisan di
saputangan motif kotak-kotak dengan warna gradasi biru.
“M.Z.?”, ucapnya membaca inisial
yang ada disaputangan itu.
“Megie Z?”, lanjutnya ringan. “Ah
mana mungkin!”, tepisnya dengan cepat lalu kembali duduk.
Malamnya di kamarnya yang masih
terang oleh cahaya lampu.
“Pokoknya dalam duapuluh lima
hari ini gue harus dapetin pengganti Reza!”, janji Erika sambil menatap
wajahnya dicermin yang ada dikamarnya.
Erika tersenyum lebar, dia
benar-benar harus berusaha kali ini untuk mendapatkan pasangan untuk datang ke
acara pernikahannya Hera sama Hendra. Erika mengoleskan krim malam dipermukaan
wajahnya yang halus, lalu setelah selesai dia langsung pergi tidur. Naik ke
kasurnya yang empuk dan nyaman.
Tapi sepuluh menit kemudian dia
membuka selimut yang menutupi seluruh tubuhnya termasuk wajahnya. Dia terlihat
memikirkan sesuatu, dia terlihat nggak tenang malam ini.
“Gimana caranya gue bisa dapetin
pacar dalam waktu sesingkat itu?”, teriaknya kesal sambil mengacak-acak
selimutnya dan menendangnya jauh. “Gue harus gimana??”, teriaknya lagi. Dia
benar-benar kebingungan.
---
Pagi dengan matahari bersinar
cerah tapi raut wajah Erika benar-benar muram, nggak ada keceriaan sama sekali.
Sudah tiga dua hari ini dia nggak ada kegiatan dan bermalas-malasan dirumah. Nggak
seperti mahasiswa-mahasiswa lain yang mulai mencari pekerjaan, dia nggak perlu
melakukan itu karena dia sudah mendapatkan posisi di perusahaan keluarganya
yang besar.
Erika dan Bhara kakaknya sedang
sarapan bersama di meja makan. Kedua orang tua mereka sudah lama bercerai dan
tinggal berpisah, jadi mereka memutuskan untuk tinggal berdua di rumah mereka
yang dulu saat tinggal bersama kedua orang tuanya. Dan mereka mendapatkan sebuah
anak perusahaan yang cukup berkembang dan dipimpin oleh Bhara.
Dan Bahara merupakan pacar dari
Marcella Wijaya. Mereka berencana untuk menikah juga tapi bukan tahun ini,
melainkan tahun depan. Karena tahun ini Marcella ingin menikmati masa kerjanya
dan akan menikah setelah itu.
“Dari pada di rumah nggak jelas
ngapa-ngapain, mendingan loe ikut gue ke kantor. Loe bisa sedikit berlajar
disana”, ucap Bhara setelah menelan nasi goreng buatan mbok Atun.
Erika sedikit mendesah payah, “Disana
ada cowok yang keren nggak bang?”, tanya Erika nggak bersemangat sama sekali.
“Banyak! Makanya ayo ikut aja ke
kantor”, lanjut Bhara bersemangat mengajak Erika ke kantor.
Tapi Erika nggak begitu
bersemangat, dia sudah selesai dengan sarapannya, “Kkalau gitu, gue mandi dulu
ya bang”, ucap Erika yang kemudian berlalu dari hadapan kakaknya.
Bhara yang sedang mengunyah
makanan sedikit tersedak, “Jadi loe dari tadi disini itu belum mandi?”, teriak
Bhara kesal.
Erika mengangguk masih nggak
bersemangat.
Bhara meletakkan sendok dan garpu
yang dia pegang ke meja dengan keras, lalu bangkit dan nggak menyelesaikan
makannya. Dia keluar untuk menyiapkan mobil yang akan dikendarainya menuju
kantor.
Sudah setengah jam Bhara setia
menunggu Erika yang belum juga keluar dari rumah. Didalam mobil Bhara terus
menggerutu karena adiknya itu lama banget mandinya. Karena sangkin sbelnya,
Bhara memencet-mencet klakson mobilnya untuk memancing Erika keluar.
“Cepetan!”, teriak Bhara dari
dalam mobil mewahnya.
Lalu nggak lama kemudian Erika
keluar dengan mengenakan dress kantor yang nggak terlalu formal lalu di balut
blazer dengan warna yang senada. Dia menenteng sebuah tas tangan yang cukup
menampung semua barang-barang bawaannya. High hills yang dipakainya juga
terlihat mewah namun gak terlalu wah.
Dia berjalan anggun menuju mobil
kakaknya dan dengan cepat duduk di kursi penumpang yang tepat ada disamping
tempat duduk kakanya.
Masih dengan menahan amarahnya, “Lo
ngapain aja sih? Lama banget! Gue terlambat nih!”, gerutu Bhara pada adiknya
itu.
Dengan ekspresi datar Erika
memasang sabuk pengaman, “Kalau nggak mau terlambat lebih lama, mending
sekarang kita langsung berangkat”, ucap Erika yang sudah duduk manis menghadap
ke depan mobil.
Bhara yang geram langsung
menancap gasnya keluar dari parkiran rumah, dan memacu mobilnya itu kencang
agar cepat sampai di kantor. Karena ada sesuatu yang penting hari ini di
kantor, dan sebagai pemimpin dia nggak boleh terlambat mengikuti acara itu.
Bhara benar-benar ngebut.
“Loe gila ya bang! Kalau gini gue
bisa mati jantungan!”, teriak Erika marah karena kakaknya itu menyetir dengan
cepat.
Sekilas Bhara melihat kearah
Erika lalu kembali serius melihat jalanan, “Semua ini gara-gara loe!”, tukasnya
singkat.
Akhirnya mereka berdua sampai di
kantor dengan selamat. Bhara dan Erika turun dari mobil, Bhara melemparkan
kunci mobilnya pada petugas valey. Lalu keduanya masuk bersama-sama menuju
ruangan Bhara yang ada di lantai 10 gedung yang tinggi itu.
Erika mulai menebar pesonanya,
memancing para pegawai cowok, kali aja ada yang tertarik kepadanya. Tapi nggak
ada seorangpun yang tersenyum hangat kepadanya, para karyawan tersenyum hormat
padanya dan Bhara. Ini gara-gara sikap Bhara yang terlalu keras pada
bawahannya, tapi ini memang ciri kepemimpinan Bhara.
Erika berjalan disisi Bhara,
mereka berdua keluar dari lift dan menuju ruang kerja Bhara. Mereka berdua
berjalan melewati ruangan karyawan. Banyak diantara karyawan yang mengucapkan
salam pada Bhara.
“Pagi”, sahut Bhara pada
karyawannya yang mengucapkan salam.
Sampai juga mereka berdua di
pintu ruangan Bhara. Tapi dia berhenti sejenak karena sekretarisnya menyapanya.
“Pagi”, sahut Bhara yang kemudian
berbalik badan, “Orang kepercayaan Papah yang pindah dari kantor pusat kesini,
apa dia sudah datang?”, tanya Bhara memastikan.
Dengan pembawaan yang tenang
seperti halnya sekretaris, Alya menjawab pertanyaan bosnya itu, “Tuan Mahardika
Zafalani sudah datang dari setengah jam yang lalu. Lima menit yang lalu beliau
datang kesini untuk mencari Anda, tapi...”, jawab Alya lengkap.
Bhara menyelas kalimat Alya, lalu
dia mengalihkan pandangannya pada Erika, “Lo tunggu di dalem dulu ya”, Bhara
menunjuk kearah ruangannya, “Gue mau nyamperin orang baru itu dulu”, lanjut
Bhara.
Erika mengangguk mengerti, lalu
mereka berdua berpisah. Erika masuk kedalam ruangan kakaknya dan Bhara berjalan
menuju ruangan karyawan baru yang Papahnya kirimkan dari kantor pusat, nama
karyawan itu Mahardika Zafalani.
To Be Continued.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar