Sayembara Cinta Tiara Part 7
Karena banyak yang memandangnya
sebelah mata, Tiara sedikit merasa takut dengan keadaan tersebut. Padahal dia bisa
acuh tak acuh dengan keadaan itu semua tapi ini berhubungan dengan sesuatu yang
banyak orang suka. Mau nggak mau Tiara harus memikirkan itu semua.
“Iya bisa aja gue acuh. Tapi yang
mereka maksud itu gue bukan lo”, gerutu Tiara kesal.
Tiara, Denny, Tika, dan Bayu lagi
ada di rumah Tiara. Hari ini mereka free, nggak ada kuliah jadi memutuskan
untuk bermain di rumah Tiara.
“Lo nggak perlu khawatir. Ada
gue. Gue akan selalu njagain lo”, ucap Denny meyakinkan Tiara yang lagi kacau.
“Nggak perlu khawatir gimana
ceritanya? Di belakang gue mereka mengumpat gue, dan entah berencana apa buat
kasih pelajaran buat gue. Dan lo malah ngadepin ini semua dengan biasa-biasa
aja!”, Tiara melepaskan genggaman tangan Denny lalu bangkit dari tempat duduknya.
Bayu dan Tika nggak bisa memberi
saran apa-apa. Mereka berdua diam saja nggak berani ikut campur masalah mereka
berdua. Mereka berdua juga sudah bingung menghadapi situasi ini, situasi yang
benar-benar membebani Tiara dan juga Denny.
Denny bangkit dari tempat
duduknya juga, dia mengejar Tiara yang berjalan kehalaman belakang rumahnya
yang luas itu. Dengan cepat Denny meraih pergelangan tangan kiri Tiara tempat
dimana jam tangan faforitnya yang berwarna magenta melingkar.
Denny menarik tubuh Tiara kearahnya
dan langsung memeluknya erat.
“Gue janji. Gue janji bakalan
bikin semuanya normal lagi. Gue akan selalu jagain lo dan nggak akan ngebiarin
seorangpun nyakitin lo”, janji Denny yang masih memeluk erat Tiara.
Tiara membalas pelukan Denny sang
pacarnya itu, dia mempercayai janji Denny, “Gue pegang janji lo”, ucap Tiara
penuh harapan.
Denny mengangguk menyanggupi apa
yang dia janjikan tadi pada Tiara. Lalu keduanya kembali keruang tamu untuk
menemui Tika dan Bayu.
Kemudian mereka kembali bercanda
tawa bersama-sama. Bayu dan Denny lagi beradu main PS sedangkan Tiara dan Tika
mendukung masing-masing pasangannya. Sungguh saat-saat yang menyenangkan.
---
Pagi ini Denny nggak bisa
mengantarkan Tiara kekampus karena dia harus mengantarkan Bundanya kesebuah acara.
Jadi seperti biasanya Tiara memacu mobilnya kencang menuju kampus, seperti
biasanya dia berangkat sendirian.
Sampai di kampus dengan selamat. Dia
berjalan sendirian dari parkiran menuju kelas karena Tika dan Bayu kayak
biasanya sudah ada di kelas. Setelah pacaran sama Denny, Tiara rajin bangun
pagi dan nggak pernah terlambat lagi. Benar-benar menjadi lebih rajin dari
biasanya.
Tiara menghela nafas payah sambil
duduk di kursi yang kosong yang ada didepan Tika.
“Lo nggak bareng Denny?”, tanya
Tika sambil mendekatkan wajahnya ke punggung Tiara.
Tentu Tiara menggelengkan
kepalanya sambil memanyunkan bibirnya saat dosen yang akan mengajar mereka
masuk kedalam ruangan itu.
Tiara nggak suka dengan dosen ini
yang pada semester 1 dulu memberinya nilai C. Sungguh menyebalkan sekali.
Siangnya.
Tiara, Tika, dan Bayu lagi makan
siang di kantin. Tiara sedikit nggak bersemangat karena iri dengan kemesraan
yang Tika dan Bayu pamerkan didepannya. Tapi nggak lama kemudian ada suara
Denny yang membuatnya kembali tersenyum. Denny langsung duduk disamping Tiara
yang masih mengaduk-aduk jus jambunya.
“Cuman makan ini?”, Denny
menunjuk kearah mangkok bakso yang ada dihadapan Tiara.
Tiara mengangguk lalu menyuapkan
bulatan bakso untuk Denny sambil tersenyum, kali ini semangatnya sudah kembali.
Dia tersenyum senang setelah Denny sudah ada dihadapannya, dari tadi dia
menunggu-nunggunya.
“Nah gitu dong Ra. Senyum! Dari
tadi manyun mulu”, ledek Bayu yang sedang merangkul Tika dengan mesra.
Tika menoleh ke arah Bayu lalu
menoleh ke arah Tiara dan Denny lagi, “Iya tuh kak. Dari tadi Tiara nggak
bersemangat karena nggak ada kakak. Di kelas dia cuman ngelamun nggak jelas
sampai-sampai dikeluarin dari kelas sama dosen”, timpal Tika menjelaskan apa
yang terjadi tadi.
Flashback on.
Tiara lagi asyik dengan
lamunannya, dia nggak bisa konsentrasi sama kuliahnya pagi ini. Dia hanya bisa
memikirkan Denny, Denny, dan hanya Denny. Dia melamun tanpa mempedulikan apa
yang dosennya katakan.
Sampai akhirnya dosen yang killer
itu menyadari kalau ada salah seorang mahasiswanya nggak memperhatikan apa yang
dia bicarakan. Dengan cepat dosen itu berjalan kearah Tiara dan menyuruhnya
untuk keluar dari kelasnya.
Flashback off.
“Ah Tika. Ngapain sih cerita yang
tadi. Malu tahu!”, gerutu Tiara malu dengan apa yang Tika katakan pada Denny.
Denny membelai lembut rambut
Tiara yang panjang, “Yang sudah ya sudah. Nggak apa-apa. Asal nggak diulangin
lagi ya”, ucap Denny dewasa kayak orang tua yang lagi menasehati anaknya.
Tiara tersenyum lebar dan
mengangguk untuk menanggapi nasehat dari Denny tadi.
Saatnya untuk Denny masuk
kekelas. Tika, Tiara, dan Bayu juga harus masuk kekelas mereka yang
selanjutnya. Setelah berpamitan dengan Denny mereka berjalan kearah yang
berbeda karena tujuan mereka juga berbeda.
Tika, Tiara, dan Bayu pergi ke
gedung lantai 3 gedung A. Sedangkan kelas Denny yang sekarang ada di lantai 2
gedung B.
Dan makin banyak orang yang
melirik sinis kearah Tiara yang berjalan bersama-sama dengan Tika dan Bayu. Tiara
merasa nggak nyaman jadinya, dia berjalan sambil menundukkan kepalanya dan
mengusel diantara Tika dan Bayu. Tubuhnya sedikit gemetaran karena takut.
Akhirnya mereka bertiga selesai
kuliah juga, hari mulai beranjak sore. Tika meminta Bayu mengantarkannya
pulang, sedangkan Tiara ingin ke perpustakaan sebentar untuk mengembalikan buku
yang tiga hari lalu dia pinjam.
Setelah berpamitan dengan kedua
sahabatnya itu Tiara berjalan menuju perpustakaan yang ada dilantai yang sama
dimana sekarang dia berada. Sore itu kampus cukup sepi dan hanya terdengar suara
rintikan hujan yang deras diluar.
“Terima kasih”, ucap Tiara pada
petugas perpustakaan lalu dia keluar dari perpustakaan itu berjalan sendirian
menuju parkiran.
Dalam perjalanan menuju parkiran
dia merasakan ada orang yang mengikutinya. Merasa nggak nyaman jadi dia
mempercepat langkahnya agar cepat sampai di parkiran. Dia berjalan cepat
menyusuri tangga dan tiba-tiba.
‘Byuuur’, seember yang berisi air
kotor membasahi tubuh Tiara.
Dia benar-benar terkejut, dia
melihat keatas tapi orang yang menyiramnya sudah nggak ada, hanya embernya yang
ikut jatuh tadi. Untung nggak menimpa kepala Tiara.
Sekarang tubuhnya basah kuyup. Dia
berlari dari tempat sepi itu, karena lantainya jadi licin dia terpleset dan
membuat pergelangan kaki kanannya terkilir karena terpleset tadi. Dan yang
parahnya lagi nggak ada yang datang menolongnya. Dia mencoba berdiri tapi dia
mengurungkan niatnya itu saat ada sekelompok cewek-cewek mengerumuninya.
“Dasar cewek nggak tahu malu!”,
ucap seseorang dengan nada kesal lalu menumpahkan banyak tepung terigu tepat
dikepala Tiara.
Lalu teman-temannya yang lain
juga melakukan hal yang sama. Segala telur, tepung terigu, dan yang lainnua
mereka lemparkan pada Tiara yang sudah lemah itu. Ada juga yang menghadiahkan
tamparan di pipi kiri Tiara. Pokoknya mereka semua anarkis.
Sampai akhirnya sepuluh menit
kemudian mereka menyudahi acara pengeroyokan itu. Tiara yang sudah awut-awutan
mencoba menghapus air matanya lalu bangkit dari duduknya, berusaha untuk keluar
dari tempat itu menuju parkiran.
Kampus sudah sepi waktu itu. Dia
berjalan sendirian sambil menahan sakit di pergelangan kaki kananya. Dia
berjalan sendirian menuju parkiran. Hujan diluar kampus belum reda. Dia
berjalan membelah hujan di malam itu tanpa mempedulikan apa-apa, yang penting
dia bisa sampai di aprkiran secepatnya.
“Sialan!”, teriak Tiara kesal
karena melihat semua ban mobilnya kempes.
Dia kembali menangis tapi
tangisannya nggak terlihat karena tersamarkan oleh rintikan hujan. Dia duduk di
trotoar yang ada dibelakang mobilnya, dia duduk diantara mobilnya dengan mobil
Denny. Dia memeluk kedua kakinya dan menutupi wajahnya dengan lutut. Dia
menangis sejadi-jadinya tapi nggak ada seorangpun yang mendengarnya.
Denny selesai juga dengan
kuliahnya dia berjalan keluar dari kampus dan bertemu dengan seseorang yang
terlihat sedang mencari-cari sesuatu.
“Hey Denny! Gue nyariin lo dari
tadi”, sapa cowok itu.
“Ada apa bro?”, tanya Denny.
“Itu tadi gue lihat cewek lo abis
di kerjain sama cewek-cewek nggak jelas. Dia awut-awutan keluar dari kampus
terus dia jalan ke parkiran”, ucap cowok itu menejlaskan.
Mendengar hal itu Denny menjadi
khawatir dan bergegas berlari keparkiran untuk mencari Tiara. Denny melihat
mobil Tiara yang masih terparkir disitu, dia melihat ban mobil Tiara yang
kempes semuanya. Lalu dia mendengar isakan tangis seorang cewek, dia melongok
ke sisi antara mobilnya dengan mobil Tiara.
“Tiara”, ucap Denny saat melihat
Tiara yang masih menangis.
Tiara mengadari kehadiran Denny
dan kedunya berpelukan. Tiara menangis lagi, Deny benar-benar merasa bersalah,
dia terus meminta maaf ada Tiara karena dirinya nggak bisa menjaga Tiara. Tubuh
Tiara gemetaran hebat, menggigil kedinginan karena hampir satu jam dia ada
disitu kehujanan.
“Gue takut”, ucap Tiara gemetaran.
“Maafin gue. Gue janji bakalan
lebih jagain lo, gue akan pastiin nggak bakal ada kejadian kayak gini lagi”,
janji Denny lagi.
Keduanya saling bertemu pandang,
saling menatap lekat-lekat, lalu sebuah kecupan hangat mendarat di kening Tiara
yang terlihat sangat kedinginan. Lalu keduanya saling berpelukan lagi. Denny
mencoba menguatkan Tiara yang terlihat lemah dan ketakutan.
Hal konyol yang membahayakan
Tiara yang dilakukan senior-seniornya yang menyukai Denny dan membenci Tiara. Seharusnya
nggak ada kejadian seperti itu, kalau para cewek-cewek arogan itu bersikap
dewasa dan membiarkan Tiara bersama dengan Denny.
To be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar