Sayembara Cinta Tiara Part 1
Dengan perlahan Mutiara Della
Afriena menyetir mobilnya keluar dari halaman rumahnya yang terbilang besar dan
cukup mewah itu. Tiara, sapaan akrabnya akan berangkat ke kampunya untuk
menuntut ilmu tentunya.
Tiara merupakan mahasiswi
semester 2 di sebuah perguruan tinggi swasta yang terkmuka dan terakreditasi
baik. Cewek pecinta warna magenta ini mendesain interior mobilnya dengan warna
magenta, dan pagi ini pula dia memakain kemeja dengan warna magenta yang menawan.
Beberapa saat kemudian setelah
melewati sebuah lampu lalu lintas handphone-nya berdering nyaring. Dengan cepat
dia memasang earphone dikedua telinganya lalu mengangkat telfon itu yang
ternyata dari teman sekelasnya yaitu Cantika Aprilia Putri, yang dipanggil
Tika.
“Lo sudah sampai mana?”, tanya
Tika tanpa basa-basi.
“Sepuluh menit lagi gue sampe”,
jawab Tiara ringan sambil memutar kemudinya mengikuti tikungan jalan.
“Ya sudah, cepetan”, timpal Tika
ringan.
Setelah telfon terputus, Tiara
melepaskan earphone-nya dan kembali serius mengemudi.
Dan benar, sepuluh menit kemudian
dia sampai di parkiran kampus yang sudah cukup penuh oleh mobil-mobil dan juga
motor-motor dari mahasiswa-mahasiswa yang lain. Tiara mencari tempat parkir
yang kosong, dia melongok kesana-kemari untuk mencari tempat yang kosong.
Sebuah mobil VW Golf hitam legam terlihat
keluar dari parkiran dengan cepat Tiara merespon dan memarkirkan mobilnya
ditempat yang tadi mobil berwarna hitam itu parkir. Setelah selesai dengan
mobilnya, Tiara cepat-cepat keluar untuk menghampiri Tika yang lagi menunggunya
di depan kampus.
“Ah lo lama banget sih, dosennya
tadi sudah jalan kekelas tuh”, timpal Tika saat Tiara ada dihadapannya.
Masih mengatur nafasnya karena
berlari-lari tadi, Tiara langsung ditarik masuk kekampus oleh Tika yang sudah
sebel menunggu Tiara.
“Pelan-pelan dong”, tukas Tiara
tapi nggak diperhatikan oleh Tika.
“Woi!”. Ada orang yang menepuk
pundak Tiara dan Tika.
Keduanya terlonjak kaget, dengan
cepat mereka membalik badannya untuk melihat siapa yang mengagetkan mereka. Ternyata
Bayu yang juga baru sampai di kampus.
“Ah lo ini, kerjaannya ngagetin
orang mulu!”, timpal Tiara ngos-ngosan.
Bayu hanya tersenyum lebar untuk
menanggapi Tiara.
“Ayo cepetan, ntar kita terlambat”,
ucap Tika sambil menarik tangan Tiara lagi untuk mempercepat langkah mereka.
Dari belakang Bayu mengikuti
keduanya.
Aji Bayu Tirto adalah teman
sekelas mereka berdua. Dan perlu kalian tahu Tika memiliki perasaan yang lebih
dari seorang teman pada Bayu, tapi dia malu untuk mengungkapkan itu. Diam-diam
Bayu juga memiliki perasaan yang sama pada Tika, tapi dia nggak cukup berani
untuk mengungkapkan itu karena Tika yang terlalu sempurna untuknya. Dan Tiara
adalah kuncinya, dia tahu semua itu.
Mereka bertiga sampai juga didepan
kelas dan bergegas masuk saat dosen yang pagi ini mengajar masuk. Mereka aman,
mereka nggak terlambat. Sungguh perjalanan ke kelas yang melelahkan.
“Bawa tissue nggak?”, tanya Tiara
pada Tika yang sangat perfectionis itu.
Tika merogoh tasnya lalu memberikan
kantong tissue yang selalu dia bawa, “Nih”, ucap Tika sambil memberikannya pada
Tiara.
Tiara mengelap keringatnya yang
mengucur dari dahinya, nggak banyak cuman sedikit keringat dan membuatnya
kegerahan. Dengan buku yang ada ditasnya Tiara mulai mengipas-ngipas agar lebih
dingin. Padahal ruang kelas itu sudah ber-AC tapi belum sanggup untuk menghapus
kegerahan Tiara.
---
Jus jambu biji merah dingin sudah
tersaji dihadapan Tiara. Dengan cepat dia menikmati minuman yang segar itu. Disampingnya
ada Tika yang juga sedang menikmati minumannya, jus strobery dan Bayu yang
duduk didepannya lagi menikmati ice coffee yang terlihat segar sekali.
“Pacaran kok di kampus, gak elit
banget!”, timpal Tiara yang melihat ada sepasang kekasih yang lagi
mesra-mesraan di kantin.
Bayu dan Tika melihat kearah
pasangan yang Tiara lihat.
“Ngiri aja lo! Makanya cari pacar
sana biar bisa mesra-mesraan gitu di kampus”, ledek Bayu terang-terangan pada
Tiara.
Mendengar kalimat Bayu, Tiara
berubah manyun dan nggak berselera untuk minum lagi.
“Oh ya, gue kan sudah pernah
cerita tentang cinta-cintaan gue ke lo. Gantian dong sekarang lo ceritain
tentang kisah cinta lo”, sahut Tika sambil mengaduk-aduk minumannya.
Bayu dibuat antusias tentu saja
Tika juga antusias. Tiara terdiam sejenak tertunduk melihat kearah minumannya
dan mengaduk-aduk jus jambunya itu.
“Janji nggak ketawa ya!”, paksa
Tiara.
Kontan Bayu dan Tika
menganggukkan kepala mereka serentak.
“Namanya Galih Ananta Pratama. Cowok
pertama gue walaupun bukan cinta monyet pertama gue. Janji ya jangan ketawa!”,
ucap Tiara lagi.
Kedua temannya kembali
menganggukkan kepala.
Tiara melanjutkan ceritanya, “Dia
bukan cowok yang cakep, tubuhnya gendut sama sekali nggak atletis, dan karena
itu gue kasihan sama dia. Gue terima aja dia. Dan gue anggep itu suatu
kebodohan gue. Yang gue tahu dia itu tajir. Iya, dia memang tajir tapi pelitnya
minta ampuuuuun”, ucap Tiara menjelaskan.
Bayu dan Tika serius
mendengarkan.
“Dia paling suka makan, tapi
nggak pernah rela membagi makanannya itu sama siapa aja. Termasuk gue yang
waktu itu jadi pacarnya. Terang aja gue dongkol, saat itu juga gue langsung
putusin dia, dan yang paling bikin gue malu dia nangis kayak anak kecil. Gelasahan
di lantai kantin. Malu minta ampun!”, lanjut Tiara penuh semangat.
Akhirnya Bayu dan Tika tertawa
juga. mereka terpingkal-pingkal mendengar cerita Tiara itu.
“Tuh kan ketawa!”, keluh Tiara
nggak nyaman.
Tika menepuk pundak temannya itu,
“Cerita lo lucu, wajib di ketawain. Ya kan Bayu?”, Tika mencari sekongkolan.
Mereka berdua bertos di udara,
mereka menang.
Tiara menghirup nafasnya panjang
lalu menghembuskannya perlahan, “Mau gue ceritain yang lainnya nggak?”, tanya
Tiara lemah, pasrah.
Bayu dan Tika mengangguk lagi,
mereka kembali bersemangat dan serius mendengarkan.
“Cowok cakep bertubuh tinggi
tegap, cukup atletis, pinter main gitar, dan romantis. Namanya Kesatria Ari
Hartanto, biasa di panggil Satria. Dia cowok idola di SMA Permata. Gue sudah
lupa gimana dia nembak gue, yang jelas caranya itu sangat romantis”, ucap Tiara
sambil mengingat, masuk ke kehidupannya yang dulu.
“Banyak desas-desus yang beredar,
membuat gue nggak nyaman. Dia playboy lah, punya cewek lain lah, inilah,
itulah, sampai akhirnya gue memutuskan hubungan dengannya”, lanjut Tiara.
Bayu dan Tika masih serius
mendengarkan.
“Sampai akhirnya setahun kemudian
kita jadian lagi, gue mencoba percaya sama dia. Dia terlihat sudah berubah. Tapi
saat gue lagi sayang-sayangnya sama dia gue denger desas-desus lagi. Dia
balikan sama gue karna ingin balas dendam sama gue yang sudah pernah mutusin
dia. Karena itu gue memutar otak lagi, gue nggak tahu harus gimana. Akhirnya
gue memutuskan untuk putus dengan dia untuk yang kedua kalinya”, lanjut Tiara
menceritakan tentang mantan pacarnya.
Tiba-tiba kepalanya terasa sakit
karena di pukul oleh Tika, “Bodoh lo! Cowok se-perfect gitu lo putusin. Pasti
lo salah paham sama dia”, timpal Tika nggak terima kalau Tiara bersikap seperti
itu.
“Jangan protes! Itu kehidupan gue”,
tukas Tiara cepat masih memegang kepalanya.
“Tapi lo terlalu bodoh buat
mutusin dia gitu aja!”, timpal Tika lagi.
Bayu yang tadinya diam ikutan
ngomong, “Playboy buat apa dipertahanin. Ya nggak Ra?”, Bayu mengangkat alisnya
yang tebal.
Tiara mengangguk setuju.
“Terus mantan cowok lo yang dua
lagi gimana ceritanya?”, tanya Bayu penasaran.
Tiara bangkit dari tempat
duduknya, “Gue ceritain lain kali aja ya”, jawab Tiara ringan sambil memutar
badanya hendak pergi.
Tapi, dia malah menabrak orang
yang sedang membawa nampan berisi semangkok bakso dan segelas jus jeruk. Banyak
dari tumpahan itu mengotori pakaian Tiara dan hanya sedikit yang mengotori
pakaian orang itu.
“Maaf, maaf, gue nggak sengaja”,
ucap Tiara menyesal karena terburu-buru enyah dari tempat itu tadi.
Bayu juga bangkit, “Maafin temen
gue”, ucap Bayu membantu.
Tika hanya menganga terpesona
pada cowok yang ditabrak oleh Tiara tadi.
“Nggak apa-apa. Lagian lo yang
lebih kotor daripada gue”, ucapnya singkat dengan suara yang menawan.
---
Tiara merupakan cewek yang manis,
dia cuek sama penampilannya, walaupun cuek apa yang dia pakainya selalu enak
dipandang mata. Dia nggak terlalu suka dandan, cukup bedak dan eye liner untuk
makin membuat mata Tiara berbinar seperti halnya mutiara. Dia nggak suka pakai
lipstik dia lebih suka sesekali menggigiti bibirnya agar merona merah.
Beda dengan Tika yang fashionable
banget, dia cantik memakai riasan nggak memakainya pun akan tetap cantik. High
hills selalu menemani kakinya berjalan, dia pecinta fashion. Mau up to date.
Pagi ini Tiara memakai jeans
hitam dipadu dengan kemeja kotak-kotak lengan pendek warna magenta tentunya. Jam
tangan warna senada melekat di pergelangan tangan kirinya, rambut panjangnya
dikucir tinggi, flat shoes warna magenta dan tas selempangnya yang berwarna
hitam.
Tika memakai dress biru simple
dipadu dengan jas fashion warna krem, tas pundaknya berwarna merah dan hill-nya
berwarna merah juga. Walau bermacam-macam warna, semuanya terlihat serasi.
Mereka berjalan bersama menuju
kelas dengan langkah yang nggak terlalu cepat. Tinggi keduanya hampir sama karena
Tika memang sedikit lebih pendek dari pada Tiara, jadi walaupun Tika memakain
high hill dia belum cukup untuk melampaui Tiara yang memakai flat shoes.
“Bayu mana?”, tanya Tiara pada
Tika karena pagi ini mereka berangkat bersama.
“Dia ke toilet dulu”, jawab Tika
singkat sambil merapikan rambutnya yang sedikit tertiup angin.
Nggak lama kemudian mereka berdua
sampai di tempat duduk mereka masing-masing. Bayu duduk di bangku yang dekat
dengan Tika.
Tiara diacuhkan oleh Tika dan
Bayu yang lagi asyik mengobrol, “Kalian sudah jadian?”, tanya Tiara tiba-tiba.
Bayu dan Tika berubah terkejut.
“Kalau kalian mau jadian,
harusnya kalian cariin cowok dulu buat gue. Biar gue nggak ngiri sama kalian!”,
tukas Tiara tanpa memandang kearah teman-temannya itu. Dia mengambil buku yang
ada didalam tasnya.
Bayu dan Tika kembali saling
bertemu pandang. Mereka saling tersenyum, sepertinya ada rencana yang terlintas
di kepala mereka. Mereka mempunyai rencana tersembunyi yang nggak Tiara
ketahui.
To be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar