•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Rabu, 02 November 2011

Found You, Princess Cilla [Part 5]


Found You, Princess Cilla - Part 5

Disebuah taman di malam yang dingin dan gelap ini.
Juna duduk bersama dengan Sisil, keduanya masih terdiam dari tadi, mereka nggak menyangka akan bertemu malam ini.
Juna merangkul Sisil yang sangat senang mendapati Juna sekarang sudah ada disisinya lagi. Bukan merangkul, Juna langsung memeluk Sisil erat-erat, seolah-olah dia nggak mau terpisahkan lagi dengan Sisil atau yang dulu sering dia panggil dengan sebutan ‘Princess Cilla’.
Sisil menangis, dia menumpahkan semua bebannya, menumpahkan semua kesedihannya, menumpahkan semua penderitaannya pada sosok yang sudah dia tunggu sepuluh tahun ini.
“Aku disini, aku menepati janjiku untuk pulang menemuimu. Aku merindukanmu, sungguh-sungguh rindu. Aku nggak akan pernah bisa melupakanmu”, ucap Juna sambil terus memeluk Sisil dengan penuh kehangatan.

Sisil masih saja menangis, dia masih nggak percaya ada Juna bersamanya. Ada bang Juna yang selalu membuatnya tersenyum, ada bang Juna yang selalu ada buat dia, menghibur dia dan menemani hari-harinya dulu.
Juna melepaskan pelukannya dan mulai menyeka air mata Sisil yang membasahi pipi Sisil, dia menghapusnya dengan kedua tangannya dengan pelan karena nggak mau menyakiti Sisil.
“Ada aku disini, kamu nggak perlu nangis lagi”, ucap Juna menenangkan.
Tangisan Sisil sudah mereda.
“Ayah sudah meninggal”, ucap Sisil dengan tangannya masih digenggam erat Juna.
“Aku tahu itu. Tempo hari aku ziarah ke makam Mamah kamu dan aku terkejut saat melihat ada makam baru disamping makan tante Sonia. Aku lebih terkejut lagi saat melihat nisan makam itu bertuliskan nama Ayah kamu”, lanjut Juna menjelaskan.
“Aku diusir dari rumah, makanya aku tinggal di kontrakan itu. Ibu tiriku mengusirku karena dia nggak puas dengan pembagian harta warisan Ayah”. Sisil atau Cilla menjelaskan semuanya pada Juna.
“Aku bekerja untuk mencukupi semua kebutuhanku. Ini terlalu sulit bagiku”, ucap Sisil yang kemudian menundukkan kepalanya.
Juna memandang kearah Sisil atau Cilla itu, dia melihat Cilla kembali menangis. Dengan cepat juna mengangkat dagu Cilla dan mulai menghapus air mata yang keluar dari mata indah Cilla yang sangat Juna sayangi itu.
“Aku janji akan buat semuanya kembali seperti semula, dan bikin kamu kembali ke rumah kamu”, janji Juna.
Cilla tersenyum senang.
---
Pagi-pagi benar Juna datang ke kontrakannya Cilla, membawakan sarapan untuk Cilla. Ayam goreng khas KFC akan menjadi lauk sarapan mereka pagi ini.
Mereka berdua duduk diruang tamu dalam kontrakan mungil itu. Juna dengan penuh kasih sayang menyuapi Cilla. Begitu juga dengan Cilla, mereka saling mengasihi satu sama lain. Seperti saat mereka kecil dulu.
Setelah selesai makan Cilla dan Juna keluar dari rumah dan pergi kesekolahan. Juna akan mengantarkan Cilla kesekolahan sebelum dia berangka ke kampusnya.
Mereka berdua terlihat mesra.
Sampai di depan gerbang sekolahan SMA Nusantara. Sebelum Cilla turun dari mobil Juna, Juna menghadiahkan sebuah kecupan hangat di kening Cilla. Membuat wajah Cilla merona merah karena terlalu senang dan tentu saja malu.
Didepan mereka ternyata ada Ardi yang sedang mencoba masuk ke sekolahan tapi terhenti karena melihat Juna yang sedang mendaratkan ciuman di kening Cilla.
“Nanti siang aku jemput ya”, ucap Juna.
“Nggak perlu, nanti siang aku langsung ke tempat kerja”, jawab Cilla.
“Kalau gitu ntar aku tunggu kamu disana aja ya, sebelum kerja kita makan siang bareng dulu”, lanjut Juna sambil mengelus lembut rambut panjang Cilla.
Cilla mengangguk dan keluar dari mobil lalu melambaikan tangan sesaat sebelum Juna pergi.
Setelah Juna pergi, Cilla berjalan masuk ke sekolahnya.
Dia berjalan menyusuri lorong menuju ruang kelasnya. Nggak disangka-sangka Ardi malah berjalan bersamanya, tepat berada disisi kanannya. Langkah mereka berdua juga sama, membuat orang-orang yang melihat mereka terkejut. Sang idola Ardi jalan bersama Sisil.
“Tadi yang nganterin loe itu pacar loe ya?”, tanya Ardi ingin tahu.
Tapi Sisil nggak menjawab apa-apa, dia terus berjalan tanpa menghiraukan Ardi.
Sesaat kemudian dengan cepat Ardi berdiri di depan Sisil, membuatnya berhenti dengan cepat. Ardi memegang kedua pundak Sisil. Dan mengarahkan matanya tepat ke dalam mata Sisil yang besar dan cantik.
“Loe cewek bang Juna? Loe pacar kakak gue itu?”, bentak Ardi membuat Sisil melonjak terkejut dan orang-orang disekitar mereka juga terkejut, “Kenapa loe harus ada hubungan sama bang Juna? Kenapa harus loe yang jadi pacarnya bang Juna?”, lanjut Ardi dengan nada keras.
Sisil benar-benar terdiam. Dia nggak tahu harus berbuat apa. Emily yang sedang berjalan menuju kelasnya juga berhenti karena melihat Sisil dan Ardi yang menjadi pusat perhatian.
“Gue itu sayang sama loe, gue cinta sama loe dari petama kita ketemu, dari pertama loe pindah kesekolah ini!”, ucap Ardi jujur dengan perasaannya.
Membuat Emily terkejut, dia terlihat marah dengan pernyataan Ardi. Karena Emily suka dengan Ardi, tapi malah Ardi lebih menyukai Sisil.
Sisil terkejut, kontan dia menganga nggak tahu harus berbuat apa.
“Gue yang kenal loe duluan, tapi kenapa loe bisa jadian sama bang Juna?”, lanjut Ardi masih mencengkram pundak Sisil.
Beberapa saat mereka terdiam tanpa suara. Ardi dengan perasaan kecewanya melepaskan tangannya dari pundak Sisil.
Sisil memperlihatkan kalung yang dipakainya, “Gue Cilla”, ucapnya singkat.
Membuat orang-orang yang menonton mereka bingung.
Ardi memegang bandul kelung itu dan memperhatikannya dengan seksama. Dia ingat dengan kalung itu. Kalung yang Juna berikan pada seseorang yang Juna cintai sepuluh tahun yang lalu di sebuah bandara sebelum Juna terbang ke Amerika.
Ardi mengingat itu. Dia mengingat Cilla teman seumurannya yang selalu dia jahili. Ardi benar-benar nggak suka dengan Cilla dulu karena perhatian Papahnya tertuju pada Cilla dan sedikit mengabaikannya. Dan sekarang Ardi melah mengaku menyukai Cilla didepan khalayak ramai.
---
Kali ini Sisil kembali dengan cepat merapikan buku-bukunya, setelah guru keluar dari kelasnya pasti dia juga akan bergegas keluar. Tapi kenyataannya berbeda, Ardi mencengkram erat tangan kirinya, Ardi nggak membiarkan Sisil pergi.
Sisil benar-benar nggak bisa melepaskan tangannya dari genggaman Ardi, akhirnya dia mengalah saja. Dia mengikuti kemana Ardi pergi menariknya. Mereka berdua berjalan menuju parkiran. Emily yang lagi menunggu temannya di luar kelas melihat ke bawah sekolahan itu, dia melihat Sisil yang sedang bersama dengan Ardi, lagi-lagi itu membuatnya cemburu.
Ardi membukakan pintu mobil untuk Sisil, kemudian dia sendiri duduk di belakang kemudi.
“Sebenarnya apa yang loe lakuin setelah pulang sekolah kayak gini?”, tanya Ardi penasaran.
Sisil memalingkan wajahnya melihat Ardi, “Gue kerja”, jawabnya singkat.
Ardi juga memandang kearah Sisil, “Buat apa?”, tanyanya lagi, “Orang tua loe kaya, nggak perlua loe kerja di saat masih SMA kayak gini”, lanjut Ardi berspekulasi.
Sisil menyunggingkan sebuah senyuman lebar, “Kalau gue mau hidup, gue harus kerja”, jawab Sisil ringan lalu memakai sabuk pengaman, “Loe mau tahu dimana temapt kerja gue? Cepetan nyalain mobil loe”, perintahnya tegas.
Akhirnya Ardi mengikuti apa yang Sisil mau, setelah mengenakan sabuk pengaman dia siap untuk mengantarkan Sisil ke tempat kerjanya.
Sampai juga di sebuah Mall.
Sisil tahu kalau Ardi akan mengajukan pertanyaan tapi dia buru-buru menyelanya, “Nggak perlu banyak tanya, ikut gue aja”, lanjut Sisil sambil berjalan masuk kedalam Mall.
“Gue mau makan siang dulu, jadi terserah loe mau ikut atau nggak”, lanjut Sisil berjalan lebih cepat didepan Ardi.
Dengan beberapa langkah saja Ardi sudah bisa menyamai langkah Sisil.
Mereka berdua masuk ke sebuah area food court, Ardi melihat ada sosok yang dia kenal. Siapa lagi kalau bukan Juna sang kakaknya. Sisil berjalan mendekat pada Juna sambil menggambarkan senyuman diwajahnya.
Juna yang mengetahui kehadiran Sisil langsung bangkit dari tempat duduknya dan mendaratkan sebuah kecupan dikening Sisil sesaat setelah Sisil ada dihadapannya. Ardi sungguh merasa nggak nyaman ada disitu tapi dia harus bertahan.
“Ngapain loe kesini?”, tanya Juna ketus.
“Bukan urusan loe”, timpal Ardi singkat yang kemudian duduk di kursi yang ada disebelah kursi yang tadi Juna duduki.
“Woi. Itu buat princess Cilla!”, tegur Juna.
Tapi Ardi malah melipat tangannya dan berpura-pura nggak mendengar suara kakaknya.
“Sudah biarin aja”, Sisil mengalah dan duduk di kursi yang ada didepan Ardi, begitu juga dengan Juna yang duduk disamping Sisil didepan Ardi. Ardi terlihat nggak suka.
Setelah memesan makanan yang ingin mereka makan, Juna dan Sisil mengobrol berdua dan seakan mengacuhkan Ardi yang juga ada disitu.
“Loe bener-bener jahat ya bang!”, timpal Ardi ketus.
Juna bingung alisnya terangkat, “Maksud loe apa?”, tanyanya sambil melipatkan tangannya.
“Loe ngrebut cewek yang gue suka! Harusnya Sisil jadian sama gue, bukannya sama loe”, timpal Ardi sebel dengan wajahnya yang sedikit serius.
Sisil dibuat tertawa oleh kalimat yang Ardi keluarkan itu, kontan Juna juga tertawa. Mereka lucu melihat tingkah Ardi yang mereka kira sangat kekanak-kanakan tersebut.
Ardi mendesah, “Loe itu ya, nggak pernah masang wajah segembira itu didepan gue sebelumnya. Giliran sama abang gue, loe malah ketawa-ketiwi kayak gitu!”, celetuk Ardi lagi.
Ardi baru melihat Sisil selepas ini tertawanya. Sebelumnya dia sama sekali belum pernah melihat Sisil sebahagia ini.tapi kemudian Ardi juga ikut tertawa bersana Juna dan Sisil.
“Karna Cilla cuman suka sama gue, bukan sama loe!”, timpal Juna memberikan jawaban untuk Ardi.
Ardi dibuat manyun dengan jawaban yang Juna berikan.
Makanan pesanan mereka datang, lalu ketiganya menyantap dengan lahap.
---
Juna lagi main di kontrakan Sisil. Sore ini Juna nggak ada kuliah jadi dia memutuskan untuk main kekontrakannya Sisil. Daripada dirumah cuman bareng Ardi karena Papah mereka lagi pergi ke Surabaya, karena ada urusan yang penting.
“Kamu tinggal dirumah aku aja ya, disini nggak layak buat kamu”, ucap Juna meyakinkan sambil menggenggam erat tangan Sisil.
Tapi Sisil menggeleng, “Aku nggak mau jadi beban buat kamu sam keluarga kamu”, jawabnya tanpa beban sedikitpun, “Lagian kamu bakalan buat semuanya kembali normal kan? Aku masih pegang janji kamu itu”, lanjut Sisil mengingatkan Juna tentang janjinya.
Juna mengangguk pasti dengan penuh semangat, “Ya. Tentu saja aku inget. Aku akan berusaha untuk membuat semua ini kembali normal”, ucapnya meyakinkan.
Sisil tersenyum senang mendengar kalimat yang keluar dari mulut Juna tersebut.
Tiba-tiba suasana romantis mereka terusik karena hp-nya Juna berdering nyaring. Juna melihat layar phone cell-nya, ternyata Ardi yang memanggilnya.
“Siapa?”, tanya Sisil ringan.
“Ardi. Aku terima telfon dulu ya”, ucap manis Juna.
Arjuna mengangkat telfonnya dan belum sempat menyapa sipenelfon.
“Jemput Papah sekarang. Dia sudah ada dibandara, dia nggak mau naik taksi”, perintah Ardi pada kakaknya.
Tapi nggak ada jawaban dari Juna.
“Kita jemput Papah di bandara yuk”, ajak Juna pada Sisil.
Sisil mengangguk, “Aku ganti baju dulu ya”, jawabnya ringan dan langsung berlalu.
“Loe lagi sama Sisil?”, tanya Ardi yang tadi mendengar suara Sisil didekat Juna.
“Ya”, jawab Juna singkat, “Gue sama princess Cilla mau jemput Papah sekarang”, ucap Juna singkat.
Juna langsung memutuskan telfon itu tanpa memberi kesempatan Ardi buat ngomong lagi. Ardi benar-benar dibuat kesal oleh Juna dan Sisil.

TO BE CONTINUED....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...