Found You, Princess Cilla - Part
5
Disebuah taman di malam yang
dingin dan gelap ini.
Juna duduk bersama dengan Sisil,
keduanya masih terdiam dari tadi, mereka nggak menyangka akan bertemu malam
ini.
Juna merangkul Sisil yang sangat
senang mendapati Juna sekarang sudah ada disisinya lagi. Bukan merangkul, Juna
langsung memeluk Sisil erat-erat, seolah-olah dia nggak mau terpisahkan lagi
dengan Sisil atau yang dulu sering dia panggil dengan sebutan ‘Princess Cilla’.
Sisil menangis, dia menumpahkan
semua bebannya, menumpahkan semua kesedihannya, menumpahkan semua
penderitaannya pada sosok yang sudah dia tunggu sepuluh tahun ini.
“Aku disini, aku menepati janjiku
untuk pulang menemuimu. Aku merindukanmu, sungguh-sungguh rindu. Aku nggak akan
pernah bisa melupakanmu”, ucap Juna sambil terus memeluk Sisil dengan penuh
kehangatan.
Sisil masih saja menangis, dia
masih nggak percaya ada Juna bersamanya. Ada bang Juna yang selalu membuatnya
tersenyum, ada bang Juna yang selalu ada buat dia, menghibur dia dan menemani
hari-harinya dulu.
Juna melepaskan pelukannya dan
mulai menyeka air mata Sisil yang membasahi pipi Sisil, dia menghapusnya dengan
kedua tangannya dengan pelan karena nggak mau menyakiti Sisil.
“Ada aku disini, kamu nggak perlu
nangis lagi”, ucap Juna menenangkan.
Tangisan Sisil sudah mereda.
“Ayah sudah meninggal”, ucap
Sisil dengan tangannya masih digenggam erat Juna.
“Aku tahu itu. Tempo hari aku
ziarah ke makam Mamah kamu dan aku terkejut saat melihat ada makam baru
disamping makan tante Sonia. Aku lebih terkejut lagi saat melihat nisan makam
itu bertuliskan nama Ayah kamu”, lanjut Juna menjelaskan.
“Aku diusir dari rumah, makanya
aku tinggal di kontrakan itu. Ibu tiriku mengusirku karena dia nggak puas
dengan pembagian harta warisan Ayah”. Sisil atau Cilla menjelaskan semuanya
pada Juna.
“Aku bekerja untuk mencukupi
semua kebutuhanku. Ini terlalu sulit bagiku”, ucap Sisil yang kemudian
menundukkan kepalanya.
Juna memandang kearah Sisil atau
Cilla itu, dia melihat Cilla kembali menangis. Dengan cepat juna mengangkat
dagu Cilla dan mulai menghapus air mata yang keluar dari mata indah Cilla yang
sangat Juna sayangi itu.
“Aku janji akan buat semuanya
kembali seperti semula, dan bikin kamu kembali ke rumah kamu”, janji Juna.
Cilla tersenyum senang.
---
Pagi-pagi benar Juna datang ke
kontrakannya Cilla, membawakan sarapan untuk Cilla. Ayam goreng khas KFC akan
menjadi lauk sarapan mereka pagi ini.
Mereka berdua duduk diruang tamu
dalam kontrakan mungil itu. Juna dengan penuh kasih sayang menyuapi Cilla. Begitu
juga dengan Cilla, mereka saling mengasihi satu sama lain. Seperti saat mereka
kecil dulu.
Setelah selesai makan Cilla dan
Juna keluar dari rumah dan pergi kesekolahan. Juna akan mengantarkan Cilla
kesekolahan sebelum dia berangka ke kampusnya.
Mereka berdua terlihat mesra.
Sampai di depan gerbang sekolahan
SMA Nusantara. Sebelum Cilla turun dari mobil Juna, Juna menghadiahkan sebuah
kecupan hangat di kening Cilla. Membuat wajah Cilla merona merah karena terlalu
senang dan tentu saja malu.
Didepan mereka ternyata ada Ardi
yang sedang mencoba masuk ke sekolahan tapi terhenti karena melihat Juna yang
sedang mendaratkan ciuman di kening Cilla.
“Nanti siang aku jemput ya”, ucap
Juna.
“Nggak perlu, nanti siang aku
langsung ke tempat kerja”, jawab Cilla.
“Kalau gitu ntar aku tunggu kamu
disana aja ya, sebelum kerja kita makan siang bareng dulu”, lanjut Juna sambil
mengelus lembut rambut panjang Cilla.
Cilla mengangguk dan keluar dari
mobil lalu melambaikan tangan sesaat sebelum Juna pergi.
Setelah Juna pergi, Cilla
berjalan masuk ke sekolahnya.
Dia berjalan menyusuri lorong
menuju ruang kelasnya. Nggak disangka-sangka Ardi malah berjalan bersamanya,
tepat berada disisi kanannya. Langkah mereka berdua juga sama, membuat
orang-orang yang melihat mereka terkejut. Sang idola Ardi jalan bersama Sisil.
“Tadi yang nganterin loe itu
pacar loe ya?”, tanya Ardi ingin tahu.
Tapi Sisil nggak menjawab
apa-apa, dia terus berjalan tanpa menghiraukan Ardi.
Sesaat kemudian dengan cepat Ardi
berdiri di depan Sisil, membuatnya berhenti dengan cepat. Ardi memegang kedua
pundak Sisil. Dan mengarahkan matanya tepat ke dalam mata Sisil yang besar dan
cantik.
“Loe cewek bang Juna? Loe pacar
kakak gue itu?”, bentak Ardi membuat Sisil melonjak terkejut dan orang-orang
disekitar mereka juga terkejut, “Kenapa loe harus ada hubungan sama bang Juna? Kenapa
harus loe yang jadi pacarnya bang Juna?”, lanjut Ardi dengan nada keras.
Sisil benar-benar terdiam. Dia
nggak tahu harus berbuat apa. Emily yang sedang berjalan menuju kelasnya juga
berhenti karena melihat Sisil dan Ardi yang menjadi pusat perhatian.
“Gue itu sayang sama loe, gue
cinta sama loe dari petama kita ketemu, dari pertama loe pindah kesekolah ini!”,
ucap Ardi jujur dengan perasaannya.
Membuat Emily terkejut, dia
terlihat marah dengan pernyataan Ardi. Karena Emily suka dengan Ardi, tapi
malah Ardi lebih menyukai Sisil.
Sisil terkejut, kontan dia
menganga nggak tahu harus berbuat apa.
“Gue yang kenal loe duluan, tapi
kenapa loe bisa jadian sama bang Juna?”, lanjut Ardi masih mencengkram pundak
Sisil.
Beberapa saat mereka terdiam
tanpa suara. Ardi dengan perasaan kecewanya melepaskan tangannya dari pundak
Sisil.
Sisil memperlihatkan kalung yang
dipakainya, “Gue Cilla”, ucapnya singkat.
Membuat orang-orang yang menonton
mereka bingung.
Ardi memegang bandul kelung itu
dan memperhatikannya dengan seksama. Dia ingat dengan kalung itu. Kalung yang
Juna berikan pada seseorang yang Juna cintai sepuluh tahun yang lalu di sebuah
bandara sebelum Juna terbang ke Amerika.
Ardi mengingat itu. Dia mengingat
Cilla teman seumurannya yang selalu dia jahili. Ardi benar-benar nggak suka
dengan Cilla dulu karena perhatian Papahnya tertuju pada Cilla dan sedikit
mengabaikannya. Dan sekarang Ardi melah mengaku menyukai Cilla didepan khalayak
ramai.
---
Kali ini Sisil kembali dengan
cepat merapikan buku-bukunya, setelah guru keluar dari kelasnya pasti dia juga
akan bergegas keluar. Tapi kenyataannya berbeda, Ardi mencengkram erat tangan
kirinya, Ardi nggak membiarkan Sisil pergi.
Sisil benar-benar nggak bisa
melepaskan tangannya dari genggaman Ardi, akhirnya dia mengalah saja. Dia
mengikuti kemana Ardi pergi menariknya. Mereka berdua berjalan menuju parkiran.
Emily yang lagi menunggu temannya di luar kelas melihat ke bawah sekolahan itu,
dia melihat Sisil yang sedang bersama dengan Ardi, lagi-lagi itu membuatnya
cemburu.
Ardi membukakan pintu mobil untuk
Sisil, kemudian dia sendiri duduk di belakang kemudi.
“Sebenarnya apa yang loe lakuin
setelah pulang sekolah kayak gini?”, tanya Ardi penasaran.
Sisil memalingkan wajahnya
melihat Ardi, “Gue kerja”, jawabnya singkat.
Ardi juga memandang kearah Sisil,
“Buat apa?”, tanyanya lagi, “Orang tua loe kaya, nggak perlua loe kerja di saat
masih SMA kayak gini”, lanjut Ardi berspekulasi.
Sisil menyunggingkan sebuah
senyuman lebar, “Kalau gue mau hidup, gue harus kerja”, jawab Sisil ringan lalu
memakai sabuk pengaman, “Loe mau tahu dimana temapt kerja gue? Cepetan nyalain
mobil loe”, perintahnya tegas.
Akhirnya Ardi mengikuti apa yang
Sisil mau, setelah mengenakan sabuk pengaman dia siap untuk mengantarkan Sisil
ke tempat kerjanya.
Sampai juga di sebuah Mall.
Sisil tahu kalau Ardi akan
mengajukan pertanyaan tapi dia buru-buru menyelanya, “Nggak perlu banyak tanya,
ikut gue aja”, lanjut Sisil sambil berjalan masuk kedalam Mall.
“Gue mau makan siang dulu, jadi
terserah loe mau ikut atau nggak”, lanjut Sisil berjalan lebih cepat didepan
Ardi.
Dengan beberapa langkah saja Ardi
sudah bisa menyamai langkah Sisil.
Mereka berdua masuk ke sebuah
area food court, Ardi melihat ada sosok yang dia kenal. Siapa lagi kalau bukan
Juna sang kakaknya. Sisil berjalan mendekat pada Juna sambil menggambarkan
senyuman diwajahnya.
Juna yang mengetahui kehadiran
Sisil langsung bangkit dari tempat duduknya dan mendaratkan sebuah kecupan
dikening Sisil sesaat setelah Sisil ada dihadapannya. Ardi sungguh merasa nggak
nyaman ada disitu tapi dia harus bertahan.
“Ngapain loe kesini?”, tanya Juna
ketus.
“Bukan urusan loe”, timpal Ardi
singkat yang kemudian duduk di kursi yang ada disebelah kursi yang tadi Juna
duduki.
“Woi. Itu buat princess Cilla!”,
tegur Juna.
Tapi Ardi malah melipat tangannya
dan berpura-pura nggak mendengar suara kakaknya.
“Sudah biarin aja”, Sisil
mengalah dan duduk di kursi yang ada didepan Ardi, begitu juga dengan Juna yang
duduk disamping Sisil didepan Ardi. Ardi terlihat nggak suka.
Setelah memesan makanan yang
ingin mereka makan, Juna dan Sisil mengobrol berdua dan seakan mengacuhkan Ardi
yang juga ada disitu.
“Loe bener-bener jahat ya bang!”,
timpal Ardi ketus.
Juna bingung alisnya terangkat, “Maksud
loe apa?”, tanyanya sambil melipatkan tangannya.
“Loe ngrebut cewek yang gue suka!
Harusnya Sisil jadian sama gue, bukannya sama loe”, timpal Ardi sebel dengan
wajahnya yang sedikit serius.
Sisil dibuat tertawa oleh kalimat
yang Ardi keluarkan itu, kontan Juna juga tertawa. Mereka lucu melihat tingkah
Ardi yang mereka kira sangat kekanak-kanakan tersebut.
Ardi mendesah, “Loe itu ya, nggak
pernah masang wajah segembira itu didepan gue sebelumnya. Giliran sama abang
gue, loe malah ketawa-ketiwi kayak gitu!”, celetuk Ardi lagi.
Ardi baru melihat Sisil selepas
ini tertawanya. Sebelumnya dia sama sekali belum pernah melihat Sisil sebahagia
ini.tapi kemudian Ardi juga ikut tertawa bersana Juna dan Sisil.
“Karna Cilla cuman suka sama gue,
bukan sama loe!”, timpal Juna memberikan jawaban untuk Ardi.
Ardi dibuat manyun dengan jawaban
yang Juna berikan.
Makanan pesanan mereka datang,
lalu ketiganya menyantap dengan lahap.
---
Juna lagi main di kontrakan
Sisil. Sore ini Juna nggak ada kuliah jadi dia memutuskan untuk main
kekontrakannya Sisil. Daripada dirumah cuman bareng Ardi karena Papah mereka
lagi pergi ke Surabaya, karena ada urusan yang penting.
“Kamu tinggal dirumah aku aja ya,
disini nggak layak buat kamu”, ucap Juna meyakinkan sambil menggenggam erat
tangan Sisil.
Tapi Sisil menggeleng, “Aku nggak
mau jadi beban buat kamu sam keluarga kamu”, jawabnya tanpa beban sedikitpun, “Lagian
kamu bakalan buat semuanya kembali normal kan? Aku masih pegang janji kamu itu”,
lanjut Sisil mengingatkan Juna tentang janjinya.
Juna mengangguk pasti dengan
penuh semangat, “Ya. Tentu saja aku inget. Aku akan berusaha untuk membuat
semua ini kembali normal”, ucapnya meyakinkan.
Sisil tersenyum senang mendengar
kalimat yang keluar dari mulut Juna tersebut.
Tiba-tiba suasana romantis mereka
terusik karena hp-nya Juna berdering nyaring. Juna melihat layar phone
cell-nya, ternyata Ardi yang memanggilnya.
“Siapa?”, tanya Sisil ringan.
“Ardi. Aku terima telfon dulu ya”,
ucap manis Juna.
Arjuna mengangkat telfonnya dan
belum sempat menyapa sipenelfon.
“Jemput Papah sekarang. Dia sudah
ada dibandara, dia nggak mau naik taksi”, perintah Ardi pada kakaknya.
Tapi nggak ada jawaban dari Juna.
“Kita jemput Papah di bandara yuk”,
ajak Juna pada Sisil.
Sisil mengangguk, “Aku ganti baju
dulu ya”, jawabnya ringan dan langsung berlalu.
“Loe lagi sama Sisil?”, tanya
Ardi yang tadi mendengar suara Sisil didekat Juna.
“Ya”, jawab Juna singkat, “Gue
sama princess Cilla mau jemput Papah sekarang”, ucap Juna singkat.
Juna langsung memutuskan telfon
itu tanpa memberi kesempatan Ardi buat ngomong lagi. Ardi benar-benar dibuat
kesal oleh Juna dan Sisil.
TO BE CONTINUED....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar