Sayembara Cinta Tiara Part 3
“Mamah! Kenapa Tiara nggak
dibangunin!”, teriak Tiara dari dalam kamarnya.
Dengan cepat dia keluar dari
selimutnya, meraih handuk yang tergantung di pintu masuk kamar mandi dalam
kamarnya, lalu masuk kekamar mandi dan mulai membersihkan tubuhnya. Handphone-nya
yang ada di meja belajar berdering, ada telfon dari Tika.
“Pasti dia belum bangun!”, ucap
Tika yang sedang duduk bersama Bayu saat menuju kampus.
“Oh ya, kemarin ada lima orang
cowok yang katanya mau ikut sayembara itu. Mereka mau ketemu sama kita, jadi
gue bilang aja besok pagi mereka harus dateng ke restoran lo, kita ngadain
audisi disana”, ucap Bayu.
“Tapi waktu mereka datangnya
dibuat beda-beda kan?” tanya Tika memastikan.
Bayu mengangguk, “Tentu saja”,
jawabnya singkat.
“Soalnya ada beberapa cowok juga
yang tertarik sama Tiara dan gue minta mereka datang ke restoran gue juga. Ntar
gue hubungin lagi mereka tepatnya jam berapa mereka harus datang”, lanjut Tika
sambil mengetik pesan untuk Tiara yang tadi nggak mengangkat telfonnya.
Sampai juga di kampus, Bayu dan
Tika berjalan bersama masuk kekampus.
Tiara baru selesai mandi. Setelah
dia berganti baju, dengan cepat dia membubuhkan bedak di wajahnya, dan dengan
terampil dia memakai eye liner yang berbentuk pen di kedua kelopak matanya. Bukan
hal yang sulit untuknya.
Dengan cepat dia memakai sepatu
dan meraih tasnya, lalu keluar dari rumahnya yang ternyata sudah sepi. Papah
dan Mamahnya sudah berangkat ke kantor masing-masing. Mbok Saodah yang sudah
bekerja menjadi pembantu dari dulu di rumah ini langsung menawari Tiara
sarapan. Tapi Tiara menolaknya karena dia sudah terlambat.
Dia mengambil selembar roti
gandum lalu menggigitnya, melambaikan pangan kearah mbok Odah, “Berangkat dulu
mbok”, gumam Tiara nggak jelas karena sedang menggigit roti.
Mbok Odah menyauti saja, “Hati-hati
non”.
Tiara melambaikan tangannya lagi.
Mobilnya sudah siap dan sudah
dipanaskan oleh mang Kohar supir keluarganya.
“Berangkat dulu mang”, teriak
Tiara sambil membuka pintu mobilnya.
Langsung saja, Tiara ngebut. Dia
nggak mau terlambat sampai di kampus. Karena dosen yang mengajar kali ini
benar-benar killer, sampai-sampai dulu dia pernah dapet C gara-gara cuman
terlambat lima belas menit. Padahal hasil UTS dan UAS nya terbilang bagus, tapi
kedisiplinan adalah yang nomer satu bagi dosen itu.
“Kenapa juga harus ada lampu
merah gini!”, umpatnya kesal karena terjebak traffic light.
Sedetik kemudian lampu berubah
hijau. Tiara yang berada dibarisan mobil yang kesepuluh melihat itu dan
langsung memencet klakson keras-keras. Dia kesal karena sudah lampu hijau dari
tadi tapi mobilnya belum bisa jalan juga.
Tiba saatnya untuk dia bebas dari
traffic light tapi hal yang sial terjadi, lampunya dengan cepat berubah merah
lagi. Tiara yang kesal memukul-mukul gagang kemudinya. Pengemudi VW golf hitam
yang ada disampingnya memerhatikan tingkah lucu Tiara itu.
Tiara nggak menyadarinya.
Sementara itu dikampus.
Tika dan Bayu sudah ada didalam
kelas mendengarkan perkuliahan dari dosen yang killer itu. Tika mencoba
mengirimkan sms pada Tiara yang belum juga sampai di kampus. Tapi apa ternyata
Tiara melupakan hp-nya, handophone-nya masih ada diatas meja didalam kamarnya.
“Mampus gue!”, Tiara menepuk
jidatnya.
Dia merasakan ada yang aneh di
mobilnya, dengan cepat dia merapatkan mobilnya di pinggir jalan yang cukup
sepi. Dia keluar dari mobilnya dan mendapati ban belakang sebelah kanan
mobilnya kempes. Benar-benar kesialan yang bertubi-tubi.
“Sialan!”, Tiara menendang ban
mobilnya yang kempes, dan, “Aduh..aduh”, dia merasakan kesakitan.
Dilihatnya sekeliling tempat dia
berhenti, nggak ada orang yang bisa membantunya. Mobil-mobil yang
berlalu-lalang mengacuhkannya. Tiara membuka pintu mobil bagian depan tempat
duduk penumpang, dia merogoh tasnya untuk mencari hp. Tapi kemudian dia
teringat kalau hp-nya masih ada dirumah.
Kontan dia mengacak-acak sendiri
rambutnya, dia kesal dengan semua ini. “Kenapa gue harus sesial ini!”, teriak
Tiara.
Tiba-tiba ada sebuah mobil hitam
yang berhenti didepan mobilnya. Tiara masih sibuk bergumam nggak jelas, mengumpat
kesialan hari ini.
Seorang cowok bertubuh tegap, tinggi, berkulit nggak
coklat, berparas tampan keluar dari mobil VW hitam legam itu. Lalu cowok itu
menghampiri Tiara yang masih saja nggak rela kalau dirinya akan mendapat nilai
C lagi gara-gara ini semua.
“Mobil lo kenapa?”, tanya cowok
itu dengan suara yang benar-benar menawan.
Tiara sedikit terkejut saat
mendengar suara itu. Dia memalingkan wajahnya kearah cowok itu, “Ban mobil gue
kempes”, ucapnya sambil mengerutkan dahi.
“Ada ban cadangannya?”, tanya
cowok itu lagi, dia terlihat ingin membantu Tiara.
Tiara mengangguk dan berjalan ke
belakang mobilnya, lalu menunjukkan ban cadangan yang sudah tergeletak di
aspal.
“Lo yang ambil ban itu dari
bagasi?”, tanya cowok itu nggak percaya.
Tiara mengangguk dan memperlihatkan
kedua tangannya yang kotor karena mengangkat ban itu tadi. “Tentu aja, tadi
nggak ada orang lain selain gue disini”, ucapnya ringan.
Cowok itu tersenyum takjub dengan
kekuatan Tiara yang mampu mengangkan ban cadangan yang terbilang berat itu. Lalu
dia menggulung lengan kemejanya sampai diatas siku, menggelindingkan ban itu
kedepan untuk menggantikannya dengan ban yang kempes.
“Ada dongkrak?”, tanya cowok itu
lagi.
Tiara menggelengkan kepalanya, “Nggak
ada. Semuanya ketinggalan di rumah, dari dongkrang sama semua kunci-kuncinya”,
ucap Tiara yang terlihat mengerti dengan dunia otomotif. “Kalau gue bawa
dongkrak sama perlengkapan yang lain gue nggak perlu minta tolong sama orang
lain, gue bisa ganti ban sendiri”, lanjut Tiara percaya diri.
Cowok itu kembali tersenyum lalu
beranjak ke mobilnya untuk mengambil peralatan untuk mengganti ban. Tiara
tersenyum kearah punggung orang itu, dia merasa tertolong oleh orang itu yang
sedikit nggak asing baginya. Sepertinya dia pernah bertemu dengan orang itu
sebelumnya. Tapi entah dimana.
Cowok yang Tiara belum kenal
namanya itu meletakkan dongkrak dan sekotak perlengkapan lainnya di depan
Tiara, “Tuh gue pinjemin dongkrak sama yang lainnya. Loe bisa ganti ban mobil
sendirikan?”, ucap cowok itu ingin mengetes Tiara.
Tiara merasa di tantang, dia
tersenyum sinis lalu menggulung kemeja panjangnya yang ternyata semotif dengan
apa yang cowok itu pakai, “Ok!”, jawabnya singkat yang kemudian memasang
dongkrak.
Ban yang kempes terlepas lalu
cowok itu membawanya masuk ke bagasi mobil Tiara.
“Gue ada kuliah, jadi gue pergi
duluan ya”, pamit cowok itu yang kemudian bergegas masuk ke mobilnya.
“Tapi dongkraknya gimana?”,
teriak Tiara.
Tapi cowok itu keburu pergi. Jadi
dia melanjutkan saja pekerjaannya sebagai montir.
---
Tiara menghampiri Tika dan Bayu
yang lagi duduk bersama di kantin untuk makan siang.
Karena capek berlari Tiara
langsung meminum sampai habis minuman Tika yang tersedia dimeja. Lalu dia
mengatur nafasnya kembali yang tersengal-sengal akibat berlari-lari.
“Lo bakalan dapet C lagi!”, tukas
Tika.
“Gue udah tahu!”, timpal Tiara
nggak mau kalah sambil bangkit dari tempat duduknya hendak pergi untuk memesan
minuman lagi.
Tapi, lagi-lagi dia menabrak
seseorang. Bajunya kembali kotor padahal sudah kotor tadi gara-gara mengganti
ban mobilnya. Karena dia yang salah dia terus meminta maaf dan berjanji akan
mengganti semuanya. Tanpa melihat kearah orang yang ditabraknya dia bergegas
pergi ke toilet.
“Tika, bayarin dulu minuman dia. Gue ketoilet
dulu!”, teriak Tiara sambil berlari.
“Sekali lagi maafin temen gue itu
ya”, ucap Bayu.
Cowok itu mengangguk lalu pergi
dari tempat itu.
Tika terpesona dengan cowok itu,
cowok yang tampan dan sangat cool menurutnya.
“Kenapa harus cowok itu lagi ya?”,
tanya Bayu pada Tika yang masih menganga.
Melihat Tika yang terus menganga,
Bayu mengibas-ngibaskan tangannya didepan wajah Tika untuk menyadarkannya.
Tikapun tersadar, “Kenapa harus
cowok itu lagi ya?”, tanya Tika yang kemudian menatap mata Bayu.
Bayu mendesah, “Gue juga ngomong
gitu tadi!”, timpalnya sebel.
Tika tertawa garing.
Maksud dari Tika dan Bayu itu
mengenai orang yang tadi ditabrak oleh Tiara. Ini sudah kali ketiga Tiara
menabrak orang yang sama dan ditempat yang sama, orang tersebut juga selalu
memesan makanan dan minuman yang sama, bakso dan segelas jus jambu.
Kenapa Tiara harus bertabrakan
sama cowok itu. Cowok itukan idola di kampus, harusnya Tiara lebih hati-hati
lagi dan nggak mengulanginya untuk yang ketiga kalinya seperti kali ini. Apalagi
Tiara nggak memandang cowok itu sama sekali.
Cowok itu bernama Denny Hilmantio
Farizi. Cowok ganteng pujaan para cewek di kampus ini. Sampai-sampai artis yang
kuliah disini nggak dilirik sama sekali, beribu-ribu pasang mata tertuju
kearahnya. Sesaat setelah dia bertabrakan dengan Tiara, banyak cewek yang
mengerumininya untuk membantunya membersihkan kotoran yang ada di bajunya.
Dan cowok itu merupakan cowok
yang sama dengan cowok yang tadi membantu Tiara di jalan untuk menggati ban
mobil Tiara yang kempes. Cowok bermobil VW Golf hitam yang mentertawakan ulah
konyol Tiara waktu mengumpat karena traffic light. Dan Tiara nggak tahu siapa
nama cowok itu.
Tiara sudah membersihkan bajunya
yang ternodai makanan dan minuman tadi.
“Lo sudah bayar kerugian dia kan?”,
tanya Tiara sambil kembali duduk disamping Tika.
Tika mengangguk, “Sudah! Tapi kok
lo bener-bener keterlaluan ya sama cowok itu. Sudah tiga kali lo selalu
numpahin makanan dan minumannya”, umpat Tika kesal pada temannya itu.
“Emangnya cowok yang tadi itu
cowok yang tempo hari tabrakan sama gue juga disini?”, tanya Tiara nggak
ngerti.
Tika memukul-mukul kepala
sahabatnya itu, “Dodol, dodol, dodol. Sudah tiga kali lo nabrak dia, masa loe
nggak hapal?”.
Pukulan Tika cukup sakit membuat
Tiara mengelus-elus kepalanya kasihan, “Gue nggak pernah sekalipun melihat
wajah orang yang gue tabrak”, ucapnya ringan sambil mengaduk-aduk jus jambunya
yang sudah datang dari tadi.
Bayu dan Tika menghela nafas
payah bersama-sama. Membuat Tiara juga melakukan hal yang sama.
Bayu melihat ke telapak tangan
Tiara yang terlihat merah akibat bekerja keras, “Tangan lo kenapa?”, tanyanya
singkat.
Tiara melihat kedua telapak
tangannya, “Gue abis jadi montir tadi, ganti ban mobil sendiri di pinggir jalan”,
jawabnya lemah, “Sungguh melelahkan”, lanjutnya yang kemudian menghembuskan
nafas payah.
“Wah..wah,, hebat banget nih
cewek yang satu ini!”, ucap Bayu salut dengan kemahiran Tiara mengganti ban
mobil sendiri.
Tiara menggulung tangannya dan
meletakkannya di meja, “Tapi yang jadi masalah yang tadi minjemin gue dongkrak
sama perlengkapan lainnya tuh siapa ya?”, tanya Tiara penasaran.
To be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar