•☺• Selamat Datang di Rumah Cerita 'Blognya mahasiswa TI yang lebih suka menulis cerita' <<<<<•☺•ECHY FACTS•☺•>>>>> Gue suka FC Barcelona •☺• Golongan darah gue A •☺• Lebih suka film genre Thriler daripada Horror •☺• Jangan lupa follow twitter Echy @cieEchy •☺• Echy itu Mandiri dalam arti sebenarnya dan juga dalam arti mandi sendiri •☺• Pengin punya Apartemen, moga kesampean #AMIN •☺• Penampilan Kampungan Wawasan Internasional •☺• Lebih suka ngelamun daripada ngelantur •☺•

Jumat, 18 November 2011

25 Days Get A Boyfriend [Part 6]


Part 6

Seminggu sebelum acara pernikahan Hera.
“Bang, gue laper. Gue ke kantin dulu ya”, pamit Erika sambil mencari dompetnya yang ada didalam tas.
Bhara yang lagi sibuk dengan setumpuk kertas-kertas hanya melambaikan tangan membiarkan adiknya itu pergi.
Benar-benar setengah hari yang melelahkan untuk Erika. Dia mencoba meregangkan otot leher dan pundaknya yang kaku sambil menunggu makanan yang tadi dipesannya datang. Lagi-lagi dia teringat dengan pernikahan Hera yang tinggal seminggu lagi, tapi sampai saat ini dia belum juga mempunyai pacar.

Erika dengan kesal mengacak-acak rambutnya sendiri, “Kenapa sih hidup gue harus begini?”, keluhnya yang kemudian tertunduk dengan lesu.
“Iya aku tahu kamu sudah nggak pasti bisa lagi sama aku. Tapi aku mohon sekali ini saja, ini untuk yang terakhir kalinya”, ucap Hana yang sedang menelfon Dika.
Dika selesai mencuci tangannya lalu mengeringkannya, “Hanya untuk sekali ini tapi gue harap keluarga lo nggak salah paham dengan ini semua”, lanjut Dika sambil sedikit merapikan rambutnya.
“Janji!”, ucap Hana singkat.
“Gue tutup telfonnya”, tukas Dika yang kemudian memutuskan telfon itu, menggenggam hp-nya dan berjalan keluar dari toilet.
Dika berjalan sendirian menuju ruangannya tapi karena dia melihat ada Erika di kantin, dia mengurungkan niatnya dan beralih ke kantin untuk bersama Erika. Diam-diam Dika mengendap-ngendap ingin mengagetkan Erika yang lagi asyik makan. Tapi Erika mengetahui kehadirannya.
“Nggak usah kayak copet deh. Kalau mau duduk ya tinggal duduk aja”, timpal Erika ringan.
Dika menjadi kikuk dia menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya nggak gatal itu. Lalu terseringai dan duduk disamping Erika.
“Kok sendirian?”, tanya Dika sambil menoleh kearah Erika.
Erika mengangguk, “Bukannya gue selalu sendirian ya?”, tukasnya ringan.
“Tapi sekarang sudah nggak sendirian. Ada gue disini”, lanjut Dika. Dika meminum jus jeruk kepunyaan Erika.
Erika tahu akan hal itu lalu mendesah payah sambil menoleh kearah Dika. Selesai minum Dika malah tersenyum tanpa merasa bersalah. Tapi ya sudahlah, itu cuman minuman. Erika kembali melanjutkan makannya.
“Lo cemberut gini gara-gara cowok lo nggak bisa nemenin lo makan siang ya?”, tanya Dika.
Erika sedikit tersedak lalu dengan cepat meraih minumannya yang tinggak sedikit. Dika mencoba membantu Erika yang tersedak, sampai akhirnya kondisi Erika sudah pulih seperti semula.
“Gue nggak punya cowok”, jawabnya ketus sambil melipat tangannya dan meletakkannya diatas meja. “Nggak ada yang mau sama gue”, keluhnya lirih.
“Gue mau sama loe, gue mau lo jadi cewek gue”, ucap Dika dalam hati.
Dika belum berani mengungkapkan semua isi hatinya pada Erika karena ada Hana yang masih membebani langkahnya.
Lalu terdengar dering hp, Erika dan Dika belum mengganti ringtone-nya jadi keduanya bergegas mencari-cari hp mereka.
“Hallo”, sapa Erika nggak bersemangat.
“Lo lupa ya? Lo kan ada janji makan siang sama Kevin”, ucap Cella sedikit kesal.
Dengan cepat Erika menepuk jidatnya, “Gue lupa!”, ucap Erika.
“Untungnya lo punya sahabat yang cerdas ini. Gue suruh dia kekantor lo. Mungkin lima menit lagi dia sampai di depan lo”, lanjut Cella.
Sekarang Erika mengangguk-anggukan kepalanya sambil melihat kearah seseorang yang melambaikan tangan padanya, dengan cepat Erika membalas lambaian tangan itu membuat Dika juga melihat kearah yang sama, “Nggak butuh lima menit Cell. Dia sudah ada didepan gue sekarang. Gue tutup telfonnya”, sahut Erika sambil melemparkan senyuman yang menawan.
“Maaf sudah buat lo nunggu lama”, sapa Kevin.
Erika bangkit dari tempat duduknya lalu bercipika-cipiki dengan Kevin dan setelah itu menyuruh Kevin untuk duduk. Dika yang masih ada disitu memandang Erika dengan mata yang cemburu. Erika memperkenalkan Kevin pada Dika.
Mereka bertiga duduk bersama. Dika bener-bener nggak mau beranjak dari situ, dia ingin tahu semua yang Erika dan Kevin bicarakan. Dia nggak mau membiarkan Erika bersama-sama cowok itu.
“Lo nggak ada kerjaan?”, tukas Erika sambil memukul pundak Dika.
Sambil tersenyum Dika menggelengkan kepalanya, “Kerjaan gue sudah selesai”, jawabnya ringan.
Membuat Erika sedikit kesal. Lalu menoleh kearah kevin lagi.
“Dika itu cowok lo ya?”, tanya Kevin terang-terangan.
Erika dan Dika bengong sambil saling berhadapan muka.
“Jadi gue sudah nggak ada kesempatan lagi ya Ri? Nasib gue emang gak baik banget, gak bisa miliki lo lagi. Padahal gue masih sayang banget sama lo”, lanjut Kevin serius.
Erika nggak bisa ngomong apa-apa karena kalimat Kevin yang nggak putus-putus itu.
“Semoga kalian bahagia”, ucap Kevin sambil berdiri, “Gue pulang duluan”, lanjut Kevin yang kemudian pergi begitu saja.
Kevin akhirnya pergi. Dika terlihat sangat senang dan Erika benar-benar merasa kacau. Lagi-lagi dia mengacak-acak sendiri rambutnya lalu menundukkan kepala, “Kenapa hidup gue selalu serumit ini?”, keluh Erika lagi. “Tinggal seminggu lagi!”, lanjut Erika kesal.
“Seminggu lagi?”, tanya Dika nggak ngerti.
“Iya! Tinggal seminggu lagi”, ucap Erika ketus sambil melihat kearah Dika. “Dalam waktu yang singkat itu gue harus dapet cowok buat gue ajak ke acara pernikahannya sahabat gue”, gerutu Erika masih ketus.
Sedetik kemudian Dika tertawa terbahak-bahak setelah mendengar cerita dari Erika itu. “Emangnya kalau dateng ke acara pernikahan itu lo harus punya cowok?”, tanya Dika.
“Kalau aja Reza baru jujur kalau dia sudah punya cewek lain setelah acara pernikahan ini, gue pasti nggak bakalan separah ini buat mikirin ini semua”, lanjut Erika yang kemudian menundukkan kepalanya hingga meja.
“Gue mau jadi cowok lo”, ucap Dika seketika itu juga.
“Lo mau karna lo kasihan sama gue kan?”, timpal Erika yang nggak percaya.
“Gue serius. Gue suka sama lo, gue mau jadi cowok lo”, lanjut Dika serius.
Dika mengangkat tubuh Erika agar nggak ambrug di meja lagi. Lalu ditatapnya lekat-lekat kedua mata Erika yang berkaca-kaca.
“Lo mau kan jadi cewek gue?”, tanya serius Dika pada Erika yang lagi kacau itu.
Erika masih nggak percaya, “Lo serius?”.
Dika hanya menganggukkan kepalanya.
“Itu bukan karna lo iba sama gue?”, tanya Erika lagi.
Dika menggelengkan kepalanya dengan cepat.
“Lo serius?”, tanya Erika lagi untuk memastikan.
Dika menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, “Gue serius. Dari awal kita ketemu, gue sudah suka sama lo. Cewek yang nangis di bus, cewek yang hampir kecopetan, cewek yang gue tolong, gue suka sama cewek itu. Dan gue cinta sama lo”, ucap tulus Dika akhirnya.
Erika tertegun mendengar pengakuan Dika dengan nada suara yang lumayan cukup buat orang-orang disekitar mereka mendengar perkataannya. Erika bengong bingung harus berkata apa karena ini benar-benar nggak pernah dia duga.
“Lo maukan jadi pacar gue?”, tanya Dika sekali lagi.
Sedetik kemudian suasana kantin itu berubah riuh. “Terima...terima...terima”, orang-orang meneriaki kata-kata itu.
Lalu Erika tersenyum lebar, “Kenapa lo baru bilang semua ini sekarang? Gue sudah lama nungguin moment kayak ini”, ucap Erika sambil mengerdipkan kedua matanya. Membuat matanya yang berkaca-kaca meneteskan air mata.
Dika tersenyum senang, “Ini artinya lo mau jadi cewek gue?”, tanya Dika memastikan.
Erika mengangguk. Dengan cepat Dika memeluk tubuh Erika, orang-orang yang menonton mereka bersorak senang atas bersatunya cinta mereka. Dika dan Erika sama-sama terlihat senang, keduanya bahagia, keduanya tersenyum lebar.
Untuk kali ini Dika bisa lebih banyak melupakan soal Hana yang benar-benar membebani batinnya. Serasa dia sudah merdeka dan nggak dijajah Hana lagi. Dika memang sudah nggak ada rasa lagi sama Hana, tapi Hana belum juga melepasnya, Hana nggak rela melepas Dika yang sempurna sebagai seorang manusia biasa itu.
---
Pagi yang indah untuk Erika dan juga Dika. Keduanya sudah resmi menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Dika benar-benar bisa melupakan Hana, dan dia akan langsung memutuskan Hana setelah apa yang diminta Hana untuk terakhir kalinya dia turuti. Beberapa hari lagi Dika akan benar-benar lepas dari Hana dan menjadi milik Erika seutuhnya.
Dika nggak pernah ngomong apa-apa sama Erika tentang Hana, ataupun sebaliknya. Biar ini menjadi rahadia Dika terlebih dulu. Sebelum nantinya dia akan jujur pada Erika setelah benar-benar putus dengan Hana.
‘Tin..tin..’, terdengar suara klakson mobil dari luar rumah Erika dan Bhara.
Keduanya lagi sarapan bersama. Erika yang mendengar suara itu bergegas menyudahi acara sarapannya lalu pamitan pada kakaknya itu. Wajah Erika terlihat sangat senang sekali, wajahnya lebih cerah dari biasanya.
“Berangkat duluan ya bang”, pamit Erika sambil menyalami tangan kanan kakaknya itu.
Bhara kemudian mengulurkan tangannya dan terlihat bingung, “Mau berangkat sendiri?”, tanyanya dengan mulut penuh makanan.
Erika meraih tangan kakaknya itu lalu menggelengkan kepalanya cepat, “Tuh sudah ada yang ngejemput”, jawab Erika ringan.
Erika berjalan menjauh dari kakaknya itu.
“Lo berangkat sama Dika?”, tanya Bhara dengan nada sedikit tinggi.
Erika mengangguk sambil terus berjalan.
“Lo jadian sama Dika?”, tanya Bhara lagi untuk memastikan, dengan nada agak tinggi lagi.
Erika kembali menganggukkan kepalanya, menandakan benar apa yang tadi kakaknya tanyakan itu. Bhara sudah nggak melihat Erika lagi yang sudah keluar dari rumah mereka.
Dika membukakan pintu mobilnya untuk Erika keduanya bertemu pandang dan tersenyum lebar. Setelah Erika masuk, gantian Dika yang masuk dan memacu mobilnya berangkat kekantor. Walaupun Erika belum menjadi karyawan di perusahaan itu tapi Bhara membutuhkan bantuan adiknya itu. Semoga menjadi hari yang menyenangkan bagi keduanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...